Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur: Perbedaan antara revisi
k →Referensi: clean up |
k →Referensi: clean up, removed stub tag |
||
Baris 62: | Baris 62: | ||
{{Authority control}} |
{{Authority control}} |
||
{{Kelurahan-jakarta-stub}} |
Revisi per 24 Januari 2023 04.34
6°14′48″S 106°52′0″E / 6.24667°S 106.86667°E
Cawang | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | ||||
Kota Administrasi | Jakarta Timur | ||||
Kecamatan | Kramat Jati | ||||
Kodepos | 13630 | ||||
Kode Kemendagri | 31.75.04.1007 | ||||
Kode BPS | 3172050007 | ||||
Luas | 1,75 km² | ||||
Jumlah penduduk | 38.874 jiwa | ||||
Kepadatan | 22.214 jiwa/km² | ||||
|
Cawang, Kramat Jati memiliki kode pos 13630. Kelurahan ini terletak di wilayah administrasi kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 39.126 jiwa dan luas 179.04 ha.
Batasan kelurahan ini dengan Jalan MT Haryono di sebelah utara, Kali Ciliwung di sebelah barat, Jalan Mayjend Sutoyo di sebelah timur dan Jalan Makam Pahlawan Kalibata dan jalan dekat SMA Negeri 14 Jakarta di sebelah selatan.
Yang ada di kelurahan ini
Transportasi
Kereta api
Di lintas kereta api Jakarta-Bogor, terdapat sebuah stasiun kereta api, yakni Stasiun Cawang. Dahulu, di kelurahan Cawang, pernah dilewati oleh Jalur kereta api Cipinang-Pondok Rajeg dan memiliki 6 halte kereta api, yakni: Halte Kebaharan, Halte Gondang, Halte Gondang Lor, Halte Gondang Pasar, Halte Wudut dan Halte Simpang Cawang.
Halte dan jalur dibangun tahun 1939 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij. Dulunya stasiun ini pernah melayani KA Lokal. Namun sejak Krisis ekonomi 1997, jalur dan beberapa halte ini ditutup.
Bahkan, sisa-sisa rel kereta api masih ditelusuri, di depan UKI dan Gardu listrik.
Jalan tol
Jalan Tol Jakarta-Cikampek menghubungkan daerah Cawang dengan daerah Cikampek. Setiap hari, jalan tol ini dilewati 600.000-1.500.000 kendaraan per hari dengan kapasitas 1.200.000-3.000.000 penumpang per hari dan 500-1.000 ton barang per hari, seperti mengangkut:
- ikan asin dari daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur
- minyak bumi dan kayu jati dari daerah Purwodadi, Wirosari, Blora, Sragen (Jawa Tengah), Ngawi, Madiun dan Bojonegoro (Jawa Timur).
- kapuk dari daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- tras dari daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur.
- tembaga dari daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sejarah
Nama Cawang berasal dari nama seorang Letnan pasukan Melayu yang bekerja kepada Belanda, bernama Encik Awang. Nama Encik Awang akhirnya berubah menjadi Cawang. Awang adalah bawahan dari Letnan Kapten Encik Wan Abdul Bagus, yang bersama dengan timnya tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kampung Melayu, Jatinegara.[1]
Encik dalam bahasa Melayu berarti paman. Namun, kata encik sering digunakan bagi kaum lelaki yang dihormati, seperti masih digunakan di Sumatra, Kalimantan dan Malaysia.[2]
Berdasarkan sumber lainnya, nama Cawang berasal dari nama seorang pedagang Tionghoa, Cai Wang Hui (蔡汪惠) yang lolos dari tragedi Geger Pecinan dan mendirikan sebuah kediamannya di sana yang di kemudian hari dikenal sebagai daerah Cawang saat ini.
Kurang jelas, apakah sebagian atau seluruhnya, pada tahun 1759 menurut De Haan, Cawang sudah menjadi milik Pieter van den Velde, di samping tanah-tanah miliknya yang lain seperti Tanjung timur atau Groeneveld, Cikeas, Pondokterong, Tanjungpriok, dan Cililitan. Pada awal abad ke20 Cawang pernah menjadi buah bibir, karena di sana bermukim seorang pesilat beraliran kebatinan, bernama Sairin, alias bapak Cungak. Sairin dituduh oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai dalang kerusuhan di Tangerang pada tahun 1924. Di samping itu, ia pun dinyatakan terlibat dalam pemberontakan Entong Gendut, di Condet tahun 1916. Condet pada waktu itu termasuk bagian tanah partikelir Tanjung Oost.
Pada tahun 1970-an Cawang terbagi secara regioanal, yakni:
- Cawang I
- Cawang II
- Cawang III
- Cawang IV
- Cawang V