Lompat ke isi

Sangeh: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 1: Baris 1:
{{refimprove|date=Mei 2019}}
{{refimprove|date=Mei 2019}}
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tempelcomplex bij het het heilige apenbos van Sangeh. TMnr 60004825.jpg|jmpl|250px|KOLEKSI MUSEUM TROPIS Kompleks candi di hutan kera suci Sangeh]]
'''Sangeh''' adalah sebuah tempat [[pariwisata]] di pulau [[Bali]] yang terletak di [[Sangeh, Abiansemal, Badung|Desa Sangeh]], [[Abiansemal, Badung|Kecamatan Abiansemal]], [[Kabupaten Badung]], [[Bali]], [[Indonesia]].
'''Sangeh''' adalah sebuah tempat [[pariwisata]] di pulau [[Bali]] yang terletak di [[Sangeh, Abiansemal, Badung|Desa Sangeh]], [[Abiansemal, Badung|Kecamatan Abiansemal]], [[Kabupaten Badung]], [[Bali]], [[Indonesia]].



Revisi per 25 Januari 2023 04.13

KOLEKSI MUSEUM TROPIS Kompleks candi di hutan kera suci Sangeh

Sangeh adalah sebuah tempat pariwisata di pulau Bali yang terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali, Indonesia.

Sangeh terkenal karena merupakan sebuah desa di mana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas dan dikeramatkan oleh penduduk setempat di sebuah hutan. Di tengah hutan ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari.Pura ini dibangun oleh Kerajaan Mengwi dan sekarang diserahkan ke penduduk setempat. Monyet di sini memiliki raja dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan.

Sejarah

Menurut legenda, adanya Pura Bukit Sari di hutan ini diceritakan secara mitologis dalam Lontar Babad Mengwi. Diceritakan dalam babad tersebut, putri Ida Batara di Gunung Agung berkeinginan untuk disungsung di Kerajaan Mengwi. Atas kehendak dia maka hutan pala yang ada di Gunung Agung tempat putri Ida Batara Gunung Agung bermukim pindah secara misterius pada waktu malam.

Ketika perjalanan baru sampai di Sangeh, telanjur ada penduduk yang melihat perjalanan tersebut. Hal ini konon yang menyebabkan hutan pala tersebut tidak bisa berjalan lagi menuju Mengwi dan berhenti di Desa Sangeh sekarang. Konon putra angkat Raja Mengwi yang pertama I Gusti Agung Putu yang bergelar Cokorda Sakti Blambangan menemukan bekas bangunan pelinggih.

Putra angkat Raja Mengwi tersebut bernama Anak Agung Ketut Karangasem. Atas penemuan tersebut Cokorda Sakti Blambangan memerintahkan untuk membangun kembali pura tersebut dan diberi nama Pura Bukit Sari. Yang dipuja di pura tersebut adalah Ida Batara Gunung Agung dan Batara Melanting. Pura Besakih di lereng Gunung Agung itu tergolong Pura Purusa atau sebagai jiwa dari Pulau Bali.

Referensi