Pembicaraan Pengguna:Ahmad Z Ujung: Perbedaan antara revisi
→Upacara Mardang Dalam Masyarakat Pakpak: bagian baru Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan Topik baru |
|||
Baris 92: | Baris 92: | ||
:Ahmad Z Ujung [[Pengguna:Ahmad Z Ujung|Ahmad Z Ujung]] ([[Pembicaraan Pengguna:Ahmad Z Ujung#top|bicara]]) 3 Februari 2023 13.48 (UTC) |
:Ahmad Z Ujung [[Pengguna:Ahmad Z Ujung|Ahmad Z Ujung]] ([[Pembicaraan Pengguna:Ahmad Z Ujung#top|bicara]]) 3 Februari 2023 13.48 (UTC) |
||
== Upacara Mardang Dalam Masyarakat Pakpak == |
|||
RANGKAIAN KEGIATAN DALAM ACARA RITUS MARDANG MASYRAKAT PAKPAK |
|||
MARDANG |
|||
Pembahasan |
|||
Proses menanam padi diladang dikenal dengan istilah mardang yang terbagi atas dua jenis pekerjaan yaitu Mertutak dan mengenah. |
|||
Mertutak yaitu menugal dengan alat bantu tugal “sebatang kayu yang di runcingkan”. Mengenah adalah menabur benih di lubang hasil tugalan. Mertutak “Menugal” biasanya dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dikerjakan oleh perempuan dan anak-anak. |
|||
Mertutak “menugal” dilakukan sekitar 3- 4 orang sesuai dengan luas lahannya, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dilakukan sekitar 6-8 orang sesuai dengan luas lahannya. Biasanya pekerjaan Mardang “menanam” diawali waktu yang lebih cepat yakni sekitar jam 07.00 wib dan biasanya juga akan selesai sebelum pukul 14.00 wib. |
|||
Agenda/ rundown |
|||
Pertama: Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara. |
|||
Kedua: Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan sudah siap untuk diardangi, pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang dan perlengkapan lainnya untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang. Sebelum memulai mardang, para pekerja terlebih dahulu membuat persodipen. Memohon kepada Tuhan agar semua pekerjaan nantinya berjalan lancar dan hasilnya juga memuasakan. Dan biasanya akan di buat juga persentabin kepada leluhur dan pengisi ladang agar semua berjalan baik. |
|||
Ketiga: Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut ambil bagian dalam kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong. |
|||
Keempat: Dalam kerja mardang para pekerja akan berjalan maju dalam menanam padi, di depan adalah para penutak(membuat lubang tempat di masukkannya padi untuk di tanam) dan di belakang akan di ikuti oleh pengenah. |
|||
Keenam: Setelah selesai padi ditanam, tahapa selanjutnya adalah kisabo( menutup lubang-lubang padi dengan cara menyapukan ranting pohon yang berdaun seperti meyapu halaman rumah. Tujuannya adalah agar lubang padi tertutup dan tidak bisa di makan oleh burung kerap ataupun ndukur titi (burung tekukur) yang sangat meyukai padi. |
|||
Ketujuh : setelah semua pekerjaan selesai para pekerja akan makan bersama yang di suguhkan oleh sukut (pemilik ladang) ada beberapa menu makanan yang di sajikan dan tentu saja memiliki makna tersendiri. Menu makanan tersebut adalah sebagai berikut. |
|||
1. Pelleng Si Cina Mbara |
|||
Pelleng adalah salah satu makanan khas masyarakat adat Pakpak yang berbentuk nasi kuning dengan rasa yang khas. Pada jaman dahulu pelleng dihidangkan saat acara-acara adatdan dihidangkan pada saat akan berangkat berperang, merkemenjen (mencari kemenyan), merkottas (syukuran) membuka lahan baru dan saat seseorang akan diberangkatkan pergi merantau. |
|||
Pelleng sangat erat kaitannya dengan perayaan kerja baik, yang mencakup peristiwa suka cita, seperti upacara adat perkawinan, upacara memasuki rumah baru, menanam padi dan upacara adat lainnya yang dianggap baik oleh masyarakat Pakpak. |
|||
Pelleng dipandang sebagai makanan yang tidak hanya kaya dan menyehatkan namun juga memiliki unsur spiritualitas tinggi, Itulah sebabnya mengapa pelleng biasa dihidangkan pada pagi hari sebelum peristiwa-peristiwa penting, karena pada saat matahari terbit masyarakat mulai melakukan segala aktivitas dan dipercaya sebagai rejeki yang akan semakin meningkat (membaik). |
|||
Pada jaman dahulu di Pakpak sering terjadi peperangan karena perebutan lahan atau untuk mempertahankan wilayah Pakpak dari pendatang maupun penjajah. Pada masa-masa peperangan pelleng si cina mbara akan di sediakan untuk disantap bersama karena dipercaya bisa menjadi makanan penambah semangat (agar semangat dalam menghadapi peperangan semakin besar dan berapi-api) dan makanan yang memiliki nilai spritualisme tinggi sebagai pemacu keberanian dan kekuatan untuk menghadapi tantangan. |
|||
Pada masa sekarang pelleng tidak hanya dimasak pada konteks situasi tertentu saja, namun sudah bisa dimasak dan di konumsi kapanpun masyarakat Pakpak ingin mengonsumsinya. Namun makna yang terkandung didalam pembuatan pelleng yaitu sebagai harapan baik masih dipercaya hingga saat ini Itulah sebapnya mengapa pelleng masih ada dan terjaga keberadaanya pada masyarakat Pakpak. |
|||
Contoh harapan baik yang di inginkan seperti ketika seorang anak akan merantau maka orangtua akan menyediakan pelleng si cina mbara kepada anaknya dengan harapan agar tidak terjadi hal buruk diperantauan, dan bisa membawa kesuksesan dari perantauan. Ketika akan memasuki rumah baru diharapkan agar rumah yang ditempati bisa ditinggali dengan nyaman dan tidak ada hal buruk yang mengganggu dan seisi rumah memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan. Ketika menanam padi agar padi yang ditanam menghasilkan panen yang berlimpah. Begitu seterusnya setiap kegiatan yang menghidangka pelleng si cina mbara dipercaya akan memberikan kebaikan. |
|||
2.Nakan ngersing |
|||
Nakan ngersing artinya adalah nasi kuning. Nakan ngersing memiliki bentuk dan tampilannya sama seperti nasi biasa hanya warnanya yang berbeda, yaitu memiliki warna kuning yang berasal dari pewarna alami tumbuhan kunyit. |
|||
Bagi masyarakat Pakpak nakan ngersing lajimnya disajikan pada upacara yang berhubungan dengan pertanian atau persehili (tolak bala). Pada masa-masa menanam maupun panen masyarakat Pakpak akan nakan ngersing dengan harapan agar tanaman yang di tanam dapat menghasilkan panen yang melimpah, demikian juga di masa panen nakan ngersing diadakan sebagai bentuk rasa syukur untuk panen yang telah dihasilkan. |
|||
3.Tobis |
|||
Tobis merupakan makanan yang akan hadir pada saat mardang di Pakpak. Baik tobis tualu maupun Tobis buluh semmaakan dijadikan makanan pendukung sebagai lauk. |
|||
Tobis (rebung) tak hanya enak untuk dikonsumsi ternyata masyarakat telah mengetahui banyaknya manfaat rebung bagi tubuh hal ini dikarenakan rebung memiliki kandungan zat yang berlimpah, diantaranya mengandung protein, |
|||
karbohidrat, antioksida, serat, kalium, vitamin A, vitamin B6, vitamin E dan asam amino yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Sehingga tobis ini bermanfaat untuk menurunkan kadar koletrol dalam tubuh, detoksi racun dalam tubuh, mencegah kerusakan sel, mengatasi gangguan pncernaan dan mencegah kangker. |
|||
Makna keberadaan bambu juga terlihat dari tobis bahwa semua bagian dari bambu bisa di manfaatkan. |
|||
Pic yang terlibat |
|||
Pihak yang akan membuka lahan |
|||
Para kerabat (Pekerja) |
|||
Isi dialog |
|||
Dalam hal ini dialog yang di ucapkan bersifat umum dan tidak ada dialog khusus.hanya dialog ringan antara perempuan yang sedang bekerja |
|||
Contoh: |
|||
Pihak pemilik lahan: “ Njuah-njuah , en mo tuhu kita enggo merpulung rebakken isen i mo na lako petupaken ulan menoto, bujur lias ate mendahiken kade-kade karina si tampak-pulung isen. Si enggo mernahang langkah lako kikebasken juma ta en. |
|||
(salam selamat kepada kita semua yang hadir disni , terima kasih banyak kami ucapkan kepada para kerabat yang sudah hadir dan turut membantu pekerjjann kami dalam membuka/ mengerjakan lahan ini ) |
|||
Pekerja : “ Njuah-njuah meraduna , kami pe merlolo ate ngo enggo i arahken ke na lako ki urupi dekket mereken geggoh i bagesen kerejo ta en ” |
|||
(Salam selamat juga, kami juga sangat senang karena telah di undang dan di percayakan ikut membantu dan memberikan tenaga dalam pekerjan kita ini) |
|||
Pihak pemilik ladang : “ rebbakken mo kkita mengido mendahiken Tuhan asa kade pe na ta ula i mo jadi, terlebih i bagesen mardang en asa mberas mo kaduan buahna, oda i dahi pengago janah mbue ma hasilna. Bagi ma mendahi akka sumangan asa menjujung meratahi mo, dekket asa i dengani akka mpung si perjolo mo kita karina mi si mendena” |
|||
(meminta kepada Tuhan agar di berikan hasil yang melimpah dan juga para leluhur yang telah mendahului kita agar tetap ikut menjaga. ) |
|||
Pekerja : “ imo tuhu ” |
|||
( semoga semua berjalan dengan baik) |
|||
Setting lokasi |
|||
Dalam acara merambusi lokasi yang di gunakan adalah lahan pertanian yang akan ditanami padi . |
|||
List property |
|||
Property yang digunakan dalam acara mardang terbagi mejadi dua bagian penting yang pertama adalah untuk alat menutak yaitu kayu yang memiliki panjang sekitar satu setengah meter dengan diameter sebesar pergelangan tangan dewasa. Ujung kayu di buat runcing untuk melobangi tanah. |
|||
Property yang kedua adalah baka untuk tempat padi yang akan di tanam yang di pegang oleh si pengenah. |
|||
Pakain khusus |
|||
Dalam acara mardang pakaian yang digunakan bersifat bebas dan biasanya di sebut pakaian berladang (ari-ari). Dan tambahan sebagai penutup kepala untuk menghindari terik matahari. Untuk laki-laki disebut dengan gonje-gonje dan untuk perempuan saong-saong |
|||
Mpama-mpama |
|||
Dalam acara menoto biasanya mpama yang digunakan bersifat bebas dan candaan agar para pekerja tidak merasa bosan dan juga merasa terhibur. |
|||
Contoh mpama dalam masa proses menoto adalah |
|||
Ndates delleng Pinantar, |
|||
Ndatessen deng delleng si gambir |
|||
Ibaing kinincor inang, |
|||
Itahanken ngomerar-ari ki tulus riar |
|||
Tokkok siohor-ohor, |
|||
Kain panjang i babo ganjela |
|||
keranjang poda tertokor, |
|||
Laus meronan pe nggo mela. |
|||
Ncuak kayu merdahan, |
|||
Idempang kayu tembeski. |
|||
Sai sakatmokarina angan-angan, |
|||
Janah bage ate monina rejeki. |
|||
Mersora imbo i delleng, |
|||
Sipuludua singguk-guken; |
|||
Mbue pe kata sinterrem, |
|||
Kita sidua mende-mende mersiungkunen. |
|||
Musik instrument |
|||
Belum menggunakan musik instrument secara khusus. Di saat pengerjaan para pekerja akan bersiul-siul sambil memyanyi untuk menghibur diri. |
|||
Nangen/odong-odong |
|||
Dalam kegiatan mardang nagngen dan odong-odong tidak bersifat terikat dan resmi. Biasanya pekerja akan melantunkan syair odong-odong yang bersifat permohonan . |
|||
Contohnya |
|||
Mardang merupakan proses penanaman padi yang dilakukan di lahan darat. Mardang bukan hanya sekedar kegiatan menanam padi, tapi lebih memiliki arti yang filosofis. |
|||
Mardang merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pakpak secara turun temurun. Dalam kegiatan mardang tercermin budaya kerja sama dan gotong royong, penanaman padi dilakukan dengan aling tolong-menolong. |
|||
Mardang juga terdapat makna ucapan syukur dan doa agar panen yang akan datang melimpah ruah. |
|||
I lembar-lembar juma en |
|||
Kami tunandeken harapan |
|||
Merkiteken page na kami ennah |
|||
Mi lubang-lubang laba i setiap soki |
|||
i tutak kayu kole en |
|||
Kami suratken meriah ukur |
|||
i sabo mende mo mbersih kasean |
|||
Turah meranak merdukak rohi |
|||
Tumatak perotor pengenah page |
|||
Mersodip merdengan mbersih ni ate |
|||
Mersentabi mende mi pengisi ladang |
|||
Mejalo pasu-psu mendahi Tuhan |
|||
Bage ate mo nimu tendi |
|||
Bage tennah mo nemmu sodip |
|||
Mberas page |
|||
Lambang dukut |
|||
Ahmad Z Ujung ( Syair mardang dalam buku Gema Lobat Tanoh Sulang Silima. 2021) |
|||
Penjelasan dari rangkaian acara mardang . |
|||
orotdaerah.com – Mardang adalah suatu tradisi kebersamaan menanam page (padi) yang dilakukan masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara. Tradisi mardang identik dengan budisaya padi darat dengan menabur benih padi secara bergotong-royong oleh keluarga dan sekelompok masyarakat. Kegiatan ini bisa juga disebut sebagai suatu kearifan lokal yang mempermudah dan mempercepat proses penanaman padi di daerah itu. |
|||
Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara. |
|||
Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan sudah siap untuk diardangi, pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang. |
|||
Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut ambil bagian dalam kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong. |
|||
Setelah selesai mardang, sukut biasnya menjamu pekerja makan siang di ladangnya tersebut. Jamuan yang sangat nikmat, apalagi nasi dan lauknya masih hangat karena dimasak di tengah ladang. Makanan hangat nan lezat itu membuat rasa letih bekerja selama mardang hilang karena semangat kerja dan jalinan silaturahim dalam kebersamaan. |
|||
Mardang tidak hanya kegiatan menabur dan menanam benih padi, tapi juga berlanjut ke tahap memelihara benih hingga tumbuh. Semangat bergotong-royong, saling membantu, kebersamaan, silaturahmi dan kepedulian sosiallah yang ditonjolkan. Inilah alasan sehingga tradisi mardang ini patut tetap dipelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai wujud kerja sama yang baik dan rasa perduli. |
|||
Mardang merupakan proses penanaman padi yang dilakukan di lahan darat. Mardang bukan hanya sekedar kegiatan menanam padi, tapi lebih memiliki arti yang filosofis. |
|||
Mardang merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pakpak secara turun temurun. Dalam kegiatan mardang tercermin budaya kerja sama dan gotong royong, penanaman padi dilakukan dengan aling tolong-menolong. |
|||
Mardang juga terdapat makna ucapan syukur dan doa agar panen yang akan datang melimpah ruah. |
|||
Ahmad Z Ujung[[Pengguna:Ahmad Z Ujung|Ahmad Z Ujung]] ([[Pembicaraan Pengguna:Ahmad Z Ujung#top|bicara]]) 7 Februari 2023 13.25 (UTC) |
Revisi per 7 Februari 2023 13.25
- Bacalah halaman Pengantar Wikipedia terlebih dahulu.
- Baca juga informasi tentang berkontribusi di Wikipedia.
- Lihat pula aturan yang disederhanakan sebelum melanjutkan.
- Selalu tanda tangani pertanyaan Anda di Warung Kopi atau halaman pembicaraan dengan mengetikkan
~~~~
pada akhir kalimat Anda. - Jangan takut! Anda tidak perlu takut salah ketika menyunting atau membuat halaman baru, menambahkan, atau menghapus kalimat.
Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!
Welcome! If you do not understand Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!
Menelusuri Potensi Alam Dairi
MENELUSURI POTENSI ALAM DAIRI
Dari Sidikalang, Lae Renun, hingga Tao Silalahi
Ahmad Z Ujung
Cikala le pongpong oe,
ue merbuah si nangka bari le oe
si manguda bagendari en
dak mengkabariMela mo cituk kene turang
ulang ulaken kene male
ulah-ulah nde neidi bagi
ulang mo… dak bagi…
Kade mo lemlem pagemu
pucuk bincoli mo kabir-kabiren
kade mo kelleng ate mu
anak maholi man pabing-abingen
Pong kirpong lepong kirpong
Memasuki gerbang kota Sidikalang, sesayup lagu Cikala le pongpong singgah di pendengaran. Lagu sarat nasehat karya musisi tradisional Pakpak, Daulat Padang ini sangat dikenal masyarakat. Lagu ngebeat yang dinyanyikan dengan penuh kegembiraan.
Inilah Indonesiaku, Negeri subur makmur, gemah lipah loh jinawi. Terbentang dari Sabang di belahan barat, hingga ujung timur Merauke. Negara kaya raya dengan potensi kekayaan alam, dihuni oleh berbagai ras, suku bangsa, serta budaya yang berbeda-beda. Terikat kuat oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika. Beraneka ragam bahasa dan tradisi, serta adat istiadat yang hidup di masyarakat menjadi aset budaya kearifan lokal serta menjadikannya sebagai ciri khas Indonesia di mata dunia.
Sidikalang adalah salah satu lingkup kecil dari belahan negeri Indonesia. Sebuah distrik di Kabupaten Dairi Sumatra Utara. Secara geografis berada di barat laut Provinsi Sumatra Utara. Berada di ketinggian 1.006 m di bawah permukaan laut, terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi. Lingkungan Sidikalang masih cukup alami dengan udara sejuk segar, jumlah penduduk masih seimbang dengan area wilayah. Hal inilah yang menjadikan Sidikalang, menjadi daerah hunian yang cukup nyaman. Sidikalang menjadi pusat kota, pusat perdagangan, pelayanan kesehatan, serta pelayanan umum lainnya.
Udara sejuk nyaman dengan secangkir kopi Sidikalang, nikmatnya tak terbilang. Sidikalang dan kopi adalah satu kesatuan utuh, inilah yang membuat Dairi menjadi Kabupaten yang cukup dikenal di antero persada nusantara.
Melirik potensi alam berupa destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Dairi lainnya adalah Sungai Lae Renun. Sungai yang terbentang dari Kecamatan Parbuluan hingga Kecamatan Tanah Pinem yang selanjutya menuju Aceh Tenggara. Lae Renun dimanfaatkan warga untuk pengairan sawah, perikanan, serta kebutuhan air minum. Selain sebagai tirta amarta untuk warga, sungai ini juga dijadikan salah satu destinasi spot wisata arung jeram, areal sungai yang kaya akan aliran jeram dan batuan ini sangat digemari oleh para penggemar arung jeram.
Lain Sidikalang, lain juga Sungai Lae Renun, dan lain lagi dengan wisata Danau Tao Silalahi. Pantai terpanjang yang masih tampak natural, dengan berbagai kekayaan alam hayati serta keaneka ragaman flora fauna. Menjadikan lokasi ini tak hanya menjadi kekayaan wisata Kabupaten Dairi, tetapi juga menjadi wisata andalan Sumatra Utara. Suasana sejuk segar membuat setiap pengunjung merasa sangat tenang dan nyaman. Kedai-kedai yang berderet menjajakan berbagai kuliner nikmat.
Tao Silalahi, menawarkan paket wisata alam, dengan bermalam di pinggir danau menggunakan tenda, menikmati panorama malam nan indah permai sambil menikmati lezatnya ikan pora-pora bakar. Jelang pagi ayo cepat bangun, berolahraga pagi dengan menelusuri bukit sambil menghangatkan badan. Ada hadiah keren luar biasa berupa lukisan karya Tuhan yang indah dan menakjubkan. Bias sunrise yang dapat dinikmati dari bukit di Tao Silalahi, akan memesona netra dan sangat menyentuh hati.
So, jangan hanya berfantasi, mari kita ke Dairi, untuk menikmati secangkir kopi, di tengah panorama alam yang penuh sensasi.
Sidikalang, Februari 2023
103.144.81.4 3 Februari 2023 13.42 (UTC)
- Ahmad Z Ujung Ahmad Z Ujung (bicara) 3 Februari 2023 13.48 (UTC)
Upacara Mardang Dalam Masyarakat Pakpak
RANGKAIAN KEGIATAN DALAM ACARA RITUS MARDANG MASYRAKAT PAKPAK
MARDANG
Pembahasan
Proses menanam padi diladang dikenal dengan istilah mardang yang terbagi atas dua jenis pekerjaan yaitu Mertutak dan mengenah.
Mertutak yaitu menugal dengan alat bantu tugal “sebatang kayu yang di runcingkan”. Mengenah adalah menabur benih di lubang hasil tugalan. Mertutak “Menugal” biasanya dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dikerjakan oleh perempuan dan anak-anak.
Mertutak “menugal” dilakukan sekitar 3- 4 orang sesuai dengan luas lahannya, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dilakukan sekitar 6-8 orang sesuai dengan luas lahannya. Biasanya pekerjaan Mardang “menanam” diawali waktu yang lebih cepat yakni sekitar jam 07.00 wib dan biasanya juga akan selesai sebelum pukul 14.00 wib.
Agenda/ rundown
Pertama: Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
Kedua: Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan sudah siap untuk diardangi, pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang dan perlengkapan lainnya untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang. Sebelum memulai mardang, para pekerja terlebih dahulu membuat persodipen. Memohon kepada Tuhan agar semua pekerjaan nantinya berjalan lancar dan hasilnya juga memuasakan. Dan biasanya akan di buat juga persentabin kepada leluhur dan pengisi ladang agar semua berjalan baik.
Ketiga: Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut ambil bagian dalam kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
Keempat: Dalam kerja mardang para pekerja akan berjalan maju dalam menanam padi, di depan adalah para penutak(membuat lubang tempat di masukkannya padi untuk di tanam) dan di belakang akan di ikuti oleh pengenah.
Keenam: Setelah selesai padi ditanam, tahapa selanjutnya adalah kisabo( menutup lubang-lubang padi dengan cara menyapukan ranting pohon yang berdaun seperti meyapu halaman rumah. Tujuannya adalah agar lubang padi tertutup dan tidak bisa di makan oleh burung kerap ataupun ndukur titi (burung tekukur) yang sangat meyukai padi.
Ketujuh : setelah semua pekerjaan selesai para pekerja akan makan bersama yang di suguhkan oleh sukut (pemilik ladang) ada beberapa menu makanan yang di sajikan dan tentu saja memiliki makna tersendiri. Menu makanan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pelleng Si Cina Mbara
Pelleng adalah salah satu makanan khas masyarakat adat Pakpak yang berbentuk nasi kuning dengan rasa yang khas. Pada jaman dahulu pelleng dihidangkan saat acara-acara adatdan dihidangkan pada saat akan berangkat berperang, merkemenjen (mencari kemenyan), merkottas (syukuran) membuka lahan baru dan saat seseorang akan diberangkatkan pergi merantau.
Pelleng sangat erat kaitannya dengan perayaan kerja baik, yang mencakup peristiwa suka cita, seperti upacara adat perkawinan, upacara memasuki rumah baru, menanam padi dan upacara adat lainnya yang dianggap baik oleh masyarakat Pakpak.
Pelleng dipandang sebagai makanan yang tidak hanya kaya dan menyehatkan namun juga memiliki unsur spiritualitas tinggi, Itulah sebabnya mengapa pelleng biasa dihidangkan pada pagi hari sebelum peristiwa-peristiwa penting, karena pada saat matahari terbit masyarakat mulai melakukan segala aktivitas dan dipercaya sebagai rejeki yang akan semakin meningkat (membaik).
Pada jaman dahulu di Pakpak sering terjadi peperangan karena perebutan lahan atau untuk mempertahankan wilayah Pakpak dari pendatang maupun penjajah. Pada masa-masa peperangan pelleng si cina mbara akan di sediakan untuk disantap bersama karena dipercaya bisa menjadi makanan penambah semangat (agar semangat dalam menghadapi peperangan semakin besar dan berapi-api) dan makanan yang memiliki nilai spritualisme tinggi sebagai pemacu keberanian dan kekuatan untuk menghadapi tantangan.
Pada masa sekarang pelleng tidak hanya dimasak pada konteks situasi tertentu saja, namun sudah bisa dimasak dan di konumsi kapanpun masyarakat Pakpak ingin mengonsumsinya. Namun makna yang terkandung didalam pembuatan pelleng yaitu sebagai harapan baik masih dipercaya hingga saat ini Itulah sebapnya mengapa pelleng masih ada dan terjaga keberadaanya pada masyarakat Pakpak.
Contoh harapan baik yang di inginkan seperti ketika seorang anak akan merantau maka orangtua akan menyediakan pelleng si cina mbara kepada anaknya dengan harapan agar tidak terjadi hal buruk diperantauan, dan bisa membawa kesuksesan dari perantauan. Ketika akan memasuki rumah baru diharapkan agar rumah yang ditempati bisa ditinggali dengan nyaman dan tidak ada hal buruk yang mengganggu dan seisi rumah memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan. Ketika menanam padi agar padi yang ditanam menghasilkan panen yang berlimpah. Begitu seterusnya setiap kegiatan yang menghidangka pelleng si cina mbara dipercaya akan memberikan kebaikan.
2.Nakan ngersing
Nakan ngersing artinya adalah nasi kuning. Nakan ngersing memiliki bentuk dan tampilannya sama seperti nasi biasa hanya warnanya yang berbeda, yaitu memiliki warna kuning yang berasal dari pewarna alami tumbuhan kunyit.
Bagi masyarakat Pakpak nakan ngersing lajimnya disajikan pada upacara yang berhubungan dengan pertanian atau persehili (tolak bala). Pada masa-masa menanam maupun panen masyarakat Pakpak akan nakan ngersing dengan harapan agar tanaman yang di tanam dapat menghasilkan panen yang melimpah, demikian juga di masa panen nakan ngersing diadakan sebagai bentuk rasa syukur untuk panen yang telah dihasilkan.
3.Tobis
Tobis merupakan makanan yang akan hadir pada saat mardang di Pakpak. Baik tobis tualu maupun Tobis buluh semmaakan dijadikan makanan pendukung sebagai lauk.
Tobis (rebung) tak hanya enak untuk dikonsumsi ternyata masyarakat telah mengetahui banyaknya manfaat rebung bagi tubuh hal ini dikarenakan rebung memiliki kandungan zat yang berlimpah, diantaranya mengandung protein,
karbohidrat, antioksida, serat, kalium, vitamin A, vitamin B6, vitamin E dan asam amino yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Sehingga tobis ini bermanfaat untuk menurunkan kadar koletrol dalam tubuh, detoksi racun dalam tubuh, mencegah kerusakan sel, mengatasi gangguan pncernaan dan mencegah kangker.
Makna keberadaan bambu juga terlihat dari tobis bahwa semua bagian dari bambu bisa di manfaatkan.
Pic yang terlibat
Pihak yang akan membuka lahan
Para kerabat (Pekerja)
Isi dialog
Dalam hal ini dialog yang di ucapkan bersifat umum dan tidak ada dialog khusus.hanya dialog ringan antara perempuan yang sedang bekerja
Contoh:
Pihak pemilik lahan: “ Njuah-njuah , en mo tuhu kita enggo merpulung rebakken isen i mo na lako petupaken ulan menoto, bujur lias ate mendahiken kade-kade karina si tampak-pulung isen. Si enggo mernahang langkah lako kikebasken juma ta en.
(salam selamat kepada kita semua yang hadir disni , terima kasih banyak kami ucapkan kepada para kerabat yang sudah hadir dan turut membantu pekerjjann kami dalam membuka/ mengerjakan lahan ini )
Pekerja : “ Njuah-njuah meraduna , kami pe merlolo ate ngo enggo i arahken ke na lako ki urupi dekket mereken geggoh i bagesen kerejo ta en ”
(Salam selamat juga, kami juga sangat senang karena telah di undang dan di percayakan ikut membantu dan memberikan tenaga dalam pekerjan kita ini)
Pihak pemilik ladang : “ rebbakken mo kkita mengido mendahiken Tuhan asa kade pe na ta ula i mo jadi, terlebih i bagesen mardang en asa mberas mo kaduan buahna, oda i dahi pengago janah mbue ma hasilna. Bagi ma mendahi akka sumangan asa menjujung meratahi mo, dekket asa i dengani akka mpung si perjolo mo kita karina mi si mendena”
(meminta kepada Tuhan agar di berikan hasil yang melimpah dan juga para leluhur yang telah mendahului kita agar tetap ikut menjaga. )
Pekerja : “ imo tuhu ”
( semoga semua berjalan dengan baik)
Setting lokasi
Dalam acara merambusi lokasi yang di gunakan adalah lahan pertanian yang akan ditanami padi .
List property
Property yang digunakan dalam acara mardang terbagi mejadi dua bagian penting yang pertama adalah untuk alat menutak yaitu kayu yang memiliki panjang sekitar satu setengah meter dengan diameter sebesar pergelangan tangan dewasa. Ujung kayu di buat runcing untuk melobangi tanah.
Property yang kedua adalah baka untuk tempat padi yang akan di tanam yang di pegang oleh si pengenah.
Pakain khusus
Dalam acara mardang pakaian yang digunakan bersifat bebas dan biasanya di sebut pakaian berladang (ari-ari). Dan tambahan sebagai penutup kepala untuk menghindari terik matahari. Untuk laki-laki disebut dengan gonje-gonje dan untuk perempuan saong-saong
Mpama-mpama
Dalam acara menoto biasanya mpama yang digunakan bersifat bebas dan candaan agar para pekerja tidak merasa bosan dan juga merasa terhibur.
Contoh mpama dalam masa proses menoto adalah
Ndates delleng Pinantar,
Ndatessen deng delleng si gambir
Ibaing kinincor inang,
Itahanken ngomerar-ari ki tulus riar
Tokkok siohor-ohor,
Kain panjang i babo ganjela
keranjang poda tertokor,
Laus meronan pe nggo mela.
Ncuak kayu merdahan,
Idempang kayu tembeski.
Sai sakatmokarina angan-angan,
Janah bage ate monina rejeki.
Mersora imbo i delleng,
Sipuludua singguk-guken;
Mbue pe kata sinterrem,
Kita sidua mende-mende mersiungkunen.
Musik instrument
Belum menggunakan musik instrument secara khusus. Di saat pengerjaan para pekerja akan bersiul-siul sambil memyanyi untuk menghibur diri.
Nangen/odong-odong
Dalam kegiatan mardang nagngen dan odong-odong tidak bersifat terikat dan resmi. Biasanya pekerja akan melantunkan syair odong-odong yang bersifat permohonan .
Contohnya
Mardang merupakan proses penanaman padi yang dilakukan di lahan darat. Mardang bukan hanya sekedar kegiatan menanam padi, tapi lebih memiliki arti yang filosofis.
Mardang merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pakpak secara turun temurun. Dalam kegiatan mardang tercermin budaya kerja sama dan gotong royong, penanaman padi dilakukan dengan aling tolong-menolong.
Mardang juga terdapat makna ucapan syukur dan doa agar panen yang akan datang melimpah ruah.
I lembar-lembar juma en
Kami tunandeken harapan
Merkiteken page na kami ennah
Mi lubang-lubang laba i setiap soki
i tutak kayu kole en
Kami suratken meriah ukur
i sabo mende mo mbersih kasean
Turah meranak merdukak rohi
Tumatak perotor pengenah page
Mersodip merdengan mbersih ni ate
Mersentabi mende mi pengisi ladang
Mejalo pasu-psu mendahi Tuhan
Bage ate mo nimu tendi
Bage tennah mo nemmu sodip
Mberas page
Lambang dukut
Ahmad Z Ujung ( Syair mardang dalam buku Gema Lobat Tanoh Sulang Silima. 2021)
Penjelasan dari rangkaian acara mardang .
orotdaerah.com – Mardang adalah suatu tradisi kebersamaan menanam page (padi) yang dilakukan masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara. Tradisi mardang identik dengan budisaya padi darat dengan menabur benih padi secara bergotong-royong oleh keluarga dan sekelompok masyarakat. Kegiatan ini bisa juga disebut sebagai suatu kearifan lokal yang mempermudah dan mempercepat proses penanaman padi di daerah itu.
Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan sudah siap untuk diardangi, pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang.
Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut ambil bagian dalam kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
Setelah selesai mardang, sukut biasnya menjamu pekerja makan siang di ladangnya tersebut. Jamuan yang sangat nikmat, apalagi nasi dan lauknya masih hangat karena dimasak di tengah ladang. Makanan hangat nan lezat itu membuat rasa letih bekerja selama mardang hilang karena semangat kerja dan jalinan silaturahim dalam kebersamaan.
Mardang tidak hanya kegiatan menabur dan menanam benih padi, tapi juga berlanjut ke tahap memelihara benih hingga tumbuh. Semangat bergotong-royong, saling membantu, kebersamaan, silaturahmi dan kepedulian sosiallah yang ditonjolkan. Inilah alasan sehingga tradisi mardang ini patut tetap dipelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai wujud kerja sama yang baik dan rasa perduli.
Mardang merupakan proses penanaman padi yang dilakukan di lahan darat. Mardang bukan hanya sekedar kegiatan menanam padi, tapi lebih memiliki arti yang filosofis.
Mardang merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pakpak secara turun temurun. Dalam kegiatan mardang tercermin budaya kerja sama dan gotong royong, penanaman padi dilakukan dengan aling tolong-menolong.
Mardang juga terdapat makna ucapan syukur dan doa agar panen yang akan datang melimpah ruah.
Ahmad Z UjungAhmad Z Ujung (bicara) 7 Februari 2023 13.25 (UTC)