Perkesa '78: Perbedaan antara revisi
←Membuat halaman berisi '{{Infobox football club | clubname = Perkesa'78 | image = | fullname = Persatuan Sepak bola Kebajoran & Sekitarnya | nickname = | founded = *{{start date and age|1978|03|17}} {{small|(sebagai ''Perkesa'79'')}} *{{start date and age|1987}} {{small|(sebagai ''Perkesa Mataram'')}} | dissolved = {{start date and age|1992}} | ground = *Stadion Pajajaran, Bogor (1979-1980) *Stadion Jenggolo, Sidoarjo (1980-1987) *Stadion Mandal...' Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 21: | Baris 21: | ||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
[[Acub |
[[Acub Zainal|Brigadir Jendral TNI (Purn.) Acub Zainal]], Mantan Panglima Kodam (Pangdam) XVII Cendrawasih yang juga mantan Gubernur [[Irian Jaya]] (1973-1975) itu mencari bibit-bibit pesepakbola dari Papua dan menampungnya dalam klub Perkesa 78. Klub ini menjadi peserta dalam Kompetisi [[Galatama]] ([[Liga Sepakbola Utama]]), kompetisi semiprofesional pertama di Indonesia yang dibentuk pada 17 Maret 1978. |
||
Berbeda dengan Kompetisi Perserikatan yang levelnya masih amatir, Galatama jadi kompetisi yang bisa dibilang cikal bakal kompetisi profesional Liga Indonesia sekarang. Sayangnya, Galatama tinggal kenangan karena berakhir pada 1994. |
Berbeda dengan Kompetisi Perserikatan yang levelnya masih amatir, [[Galatama]] jadi kompetisi yang bisa dibilang cikal bakal kompetisi profesional Liga Indonesia sekarang. Sayangnya, [[Galatama]] tinggal kenangan karena berakhir pada 1994. |
||
Peserta-peserta Galatama musim pertama 1979-1980 belum mencakup seluruh daerah Indonesia. Dari Indonesia timur, pesertanya datang dari Bali, Makassar dan Palu. Belum ada Persipura Jayapura yang mewakili provinsi paling timur. Kendati begitu, bukan berarti Galatama tanpa para pemain Papua. |
Peserta-peserta [[Galatama]] musim pertama 1979-1980 belum mencakup seluruh daerah Indonesia. Dari Indonesia timur, pesertanya datang dari [[Bali]], [[Makassar]] dan [[Palu]]. Belum ada [[Persipura Jayapura|Persipura]] yang mewakili provinsi paling timur. Kendati begitu, bukan berarti [[Galatama]] tanpa para pemain [[Papua]]. |
||
Para pemain dari [[Papua]] bergabung dengan klub Perkesa 78 yang didirikan [[Acub Zainal]]. Namanya melejit di dunia olahraga dan sepakbola berkat kesuksesannya sebagai ketua pelaksana Pekan Olahraga Nasional VII tahun 1969 di [[Surabaya]]. |
|||
Awalnya, Perkesa 78 hanya tim amatir di [[Kebayoran Baru]], [[Jakarta Selatan]]. Nama klubnya juga merupakan kependekan dari asal daerah itu: Persatuan Sepakbola Kebayoran dan Sekitarnya. |
|||
Klub itu kemudian menjadi perseroan terbatas (PT) pada November 1978 untuk diikutkan dalam kompetisi [[Galatama]] pada musim pertama. [[Acub Zainal]] sebagai direktur utama, Martalegawa sebagai direktur pemasaran, R.A.S. Kartawidjaja sebagai direktur umum dan Wijatno Darman sebagai direktur keuangan. |
|||
Mereka dibawa dari [[Papua]] untuk kemudian ditempa di [[Cipaku]], [[Bogo] dengan suasana penuh optimisme. Meski dilatih keras dengan disiplin ala militer, bukan berarti Acub mengabaikan perasaan para pemainnya. Dilatih untuk menang, tapi pemain harus tetap senang. |
|||
Harapan Acub hancur karena para pemain Perkesa 78 menerima suap dari bandar judi. Terlebih perantara suap adalah sang kapten, Jafeth Sibi. Tempo, 14 Juli 1979, melaporkan para pilar Perkesa 78 melalui Jafeth Sibi disogok Rp1,5 juta dari JSG (Jeffry Suganda Gunawan) untuk mengalah dari tim Cahaya Kita dalam laga di [[Stadion Menteng]], [[Jakarta Pusat|Jakarta]] pada 5 Juni 1979. |
|||
Selain Jafeth, para pemain yang rata-rata menerima Rp80 ribu antara lain Fredrik Sibi, Saul Sibi, Baco Ivac Dallom, dan Yulius Wolff. Acub yang mengetahui dari seorang “Mister X” lewat sepucuk surat, bak tersambar petir. Setelah mericek laporan dari sepucuk surat tersebut, Acub membawa skandal suap ini ke pengurus Galatama. Tidak lama setelah rapat Komisi Galatama, Acub memutuskan membubarkan Perkesa 78. Kapten Jafeth Sibi dipecat dan para pemain yang menerima suap diganjar sanksi. |
|||
Masyarakat [[Papua]] geger dan berharap Perkesa 78 tidak dibubarkan. Banyaknya desakan dan saran dari berbagai kalangan, membuat Acub batal membubarkan Perkesa 78. Namun, klub harus berpindah-pindah tempat. Dari [[Kota Bogor|Bogor]], klub pindah ke [[Sidoarjo]] menjadi Perkesa Sidoarjo pada 1980, kemudian pindah lagi ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] menjadi Perkesa Mataram pada 1987.<ref name="Perkesa'78">https://historia.id/amp/olahraga/articles/perkesa-78-kisah-klub-sepakbola-orang-papua-vg13J</ref> |
Revisi per 21 Februari 2023 23.33
Nama lengkap | Persatuan Sepak bola Kebajoran & Sekitarnya |
---|---|
Berdiri |
|
Dibubarkan | 1992 |
Stadion |
|
Pemilik | Acub Zaenal |
Liga | Galatama |
Perkesa'78 adalah sebuah klub sepak bola Galatama yang berdiri di Jakarta, tetapi bermarkas di Bogor. Klub ini berdiri pada tahun 1978, yang didirikan oleh Mayjen TNI (Purn.) Acub Zaenal.
Sejarah
Brigadir Jendral TNI (Purn.) Acub Zainal, Mantan Panglima Kodam (Pangdam) XVII Cendrawasih yang juga mantan Gubernur Irian Jaya (1973-1975) itu mencari bibit-bibit pesepakbola dari Papua dan menampungnya dalam klub Perkesa 78. Klub ini menjadi peserta dalam Kompetisi Galatama (Liga Sepakbola Utama), kompetisi semiprofesional pertama di Indonesia yang dibentuk pada 17 Maret 1978.
Berbeda dengan Kompetisi Perserikatan yang levelnya masih amatir, Galatama jadi kompetisi yang bisa dibilang cikal bakal kompetisi profesional Liga Indonesia sekarang. Sayangnya, Galatama tinggal kenangan karena berakhir pada 1994.
Peserta-peserta Galatama musim pertama 1979-1980 belum mencakup seluruh daerah Indonesia. Dari Indonesia timur, pesertanya datang dari Bali, Makassar dan Palu. Belum ada Persipura yang mewakili provinsi paling timur. Kendati begitu, bukan berarti Galatama tanpa para pemain Papua.
Para pemain dari Papua bergabung dengan klub Perkesa 78 yang didirikan Acub Zainal. Namanya melejit di dunia olahraga dan sepakbola berkat kesuksesannya sebagai ketua pelaksana Pekan Olahraga Nasional VII tahun 1969 di Surabaya.
Awalnya, Perkesa 78 hanya tim amatir di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Nama klubnya juga merupakan kependekan dari asal daerah itu: Persatuan Sepakbola Kebayoran dan Sekitarnya.
Klub itu kemudian menjadi perseroan terbatas (PT) pada November 1978 untuk diikutkan dalam kompetisi Galatama pada musim pertama. Acub Zainal sebagai direktur utama, Martalegawa sebagai direktur pemasaran, R.A.S. Kartawidjaja sebagai direktur umum dan Wijatno Darman sebagai direktur keuangan.
Mereka dibawa dari Papua untuk kemudian ditempa di Cipaku, [[Bogo] dengan suasana penuh optimisme. Meski dilatih keras dengan disiplin ala militer, bukan berarti Acub mengabaikan perasaan para pemainnya. Dilatih untuk menang, tapi pemain harus tetap senang.
Harapan Acub hancur karena para pemain Perkesa 78 menerima suap dari bandar judi. Terlebih perantara suap adalah sang kapten, Jafeth Sibi. Tempo, 14 Juli 1979, melaporkan para pilar Perkesa 78 melalui Jafeth Sibi disogok Rp1,5 juta dari JSG (Jeffry Suganda Gunawan) untuk mengalah dari tim Cahaya Kita dalam laga di Stadion Menteng, Jakarta pada 5 Juni 1979.
Selain Jafeth, para pemain yang rata-rata menerima Rp80 ribu antara lain Fredrik Sibi, Saul Sibi, Baco Ivac Dallom, dan Yulius Wolff. Acub yang mengetahui dari seorang “Mister X” lewat sepucuk surat, bak tersambar petir. Setelah mericek laporan dari sepucuk surat tersebut, Acub membawa skandal suap ini ke pengurus Galatama. Tidak lama setelah rapat Komisi Galatama, Acub memutuskan membubarkan Perkesa 78. Kapten Jafeth Sibi dipecat dan para pemain yang menerima suap diganjar sanksi.
Masyarakat Papua geger dan berharap Perkesa 78 tidak dibubarkan. Banyaknya desakan dan saran dari berbagai kalangan, membuat Acub batal membubarkan Perkesa 78. Namun, klub harus berpindah-pindah tempat. Dari Bogor, klub pindah ke Sidoarjo menjadi Perkesa Sidoarjo pada 1980, kemudian pindah lagi ke Yogyakarta menjadi Perkesa Mataram pada 1987.[1]