Lompat ke isi

Mansyurdin Arma: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 71: Baris 71:


== Keluarga ==
== Keluarga ==
Mansyurdin menikah dengan Hilma Durin. Pasangan tersebut memiliki lima anak. Anak bungsu mereka, Diana Kartika, menjadi guru besar/profesor bahasa Jepang pertama di Sumatra. Diana Kartika menikah dengan Weno Aulia yang merupakan putra pertama mantan [[Gubernur Sumatera Barat]] [[Hasan Basri Durin]].<ref name=:"0"/>
Mansyurdin menikah dengan Hilma Durin. Pasangan tersebut memiliki lima anak. Anak bungsu mereka, Diana Kartika, menjadi guru besar/profesor bahasa Jepang pertama di Sumatra. Diana Kartika menikah dengan Weno Aulia yang merupakan putra pertama mantan [[Gubernur Sumatera Barat]] [[Hasan Basri Durin]].<ref name=":0"/>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 5 Mei 2023 02.53

Mansyurdin Arma
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Masa jabatan
1 Oktober 1992 – 1 Oktober 1997
PresidenSoeharto
Grup parlemenGolkar
Daerah pemilihanSumatra Barat
Wakil Gubernur Sumatera Selatan
Masa jabatan
November 1985 – 1 Oktober 1992
GubernurSainan Sagiman
Ramli Hasan Basri
Sebelum
Pendahulu
Ali Amin
Pengganti
Mohammad Arub
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1931-10-25)25 Oktober 1931
Padang Panjang, Sumatera Barat, Hindia Belanda
Meninggal31 Oktober 2002(2002-10-31) (umur 71)
Suami/istriHilma Durin
HubunganHasan Basri Durin (besan)
Anak5, termasuk Diana Kartika
AlmamaterUniversitas Gadjah Mada
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Drs. H. Mansyurdin Arma (25 Oktober 1931 – 31 Oktober 2002) merupakan seorang birokrat dan politikus dari Indonesia. Ia menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Selatan dari tahun 1985 hingga 1992 dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari tahun 1992 hingga 1997.

Masa kecil dan pendidikan

Mansyurdin lahir pada tanggal 25 Oktober 1931 di Padang Panjang. Setelah menamatkan pendidikan SD Negeri pada tahun 1942, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Rendah Lanjut dan lulus pada tahun 1946. Di tahun yang sama, ia bergabung dengan Tentara Pelajar Sumatera Tengah dan masuk Sekolah Menengah Pertama. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 1948 dan melanjutkan ke Sekolah Guru Muhammadiyah Kelas I, namun pindah beberapa bulan kemudian ke Sekolah Menengah Atas.[1]

Di SMA, Mansyurdin masuk ke SMA Bagian A yang mempelajari tentang ilmu pasti dan ilmu alam. Ia lulus SMA pada tahun 1952 dan merantau ke Yogyakarta. Mansyurdin kemudian mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada. Mansyurdin berkuliah selama enam tahun hingga ia lulus pada tahun 1958.[1]

Karier sebagai birokrat

Mansyurdin mulai bekerja sebagai ahli praja pada Kantor Pusat Departemen Dalam Negeri setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada. Setahun kemudian, Mansyurdin dipindahkan ke Kantor Gubernur Sumatera Selatan sebagai kepala seksi. Ia dipromosikan setelah beberapa tahun bekerja sebagai kepala biro. Mansyurdin kembali memperoleh promosi pada tahun 1966 dan menjabat sebagai Kepala Kantor Sensus Provinsi Sumatera Selatan.[1]

Empat tahun kemudian, Mansyurdin diangkat sebagai Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Sumatera Selatan. Mansyurdin bekerja sebagai asisten untuk sekretaris wilayah daerah Sumsel saat itu, Mohammad Umar. Setelah itu, pada tahun 1979, Mohammad Umar diberhentikan dari jabatannya dan Mansyurdin kemudian menggantikannya. Mansyurdin memegang jabatan sekretaris wilayah daerah selama kurang lebih enam tahun.[1]

Pada akhir bulan November 1985, Mansyurdin dilantik menjadi Wakil Gubernur Sumatera Selatan.[2] Ia merupakan wakil gubernur pertama sejak jabatan tersebut ditinggalkan oleh Ali Amin pada tahun 1968. Pengangkatan Mansyurdin membuka gagasan mengenai kemungkinan dibentuknya jabatan wakil gubernur kedua di Sumatera Selatan. Namun, gagasan tersebut tidak pernah terwujud.[3]

Di tengah masa jabatannya sebagai wakil gubernur, Mansyurdin dicalonkan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari daerah pemilihan Sumatera Barat dalam pemilihan umum tahun 1992. Mansyurdin berhasil terpilih dan dilantik sebagai anggota DPR pada tanggal 1 Oktober 1992.[1] Jabatan wakil gubernur yang ditinggalkannya bersamaan dengan pelantikannya sebagai anggota DPR baru terisi pada tanggal 30 Desember 1992 oleh Mohammad Arub.[4] Mansyurdin mengakhiri masa jabatannya sebagai anggota DPR pada tanggal 1 Oktober 1997.[1]

Wafat

Mansyurdin wafat pada tanggal 31 Oktober 2002.[5]

Keluarga

Mansyurdin menikah dengan Hilma Durin. Pasangan tersebut memiliki lima anak. Anak bungsu mereka, Diana Kartika, menjadi guru besar/profesor bahasa Jepang pertama di Sumatra. Diana Kartika menikah dengan Weno Aulia yang merupakan putra pertama mantan Gubernur Sumatera Barat Hasan Basri Durin.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Tim Penyusun (1997). Buku Kenangan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 1992-1997 (PDF). Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat. Jakarta. hlm. 307 – 308. Diakses tanggal 17 Agustus 2021. 
  2. ^ "Menteri Dalam Negeri Melantik Wakil Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Selatan". Mimbar Departemen Dalam Negeri. 1986. hlm. 26. Diakses tanggal 24 Desember 2021. 
  3. ^ Sejarah Perkembangan Pemerintahan di Daerah Sumatera Selatan. Palembang: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Selatan. 1996. hlm. 377. 
  4. ^ "Mendagri Lantik Wagub Sumsel"Perlu langganan berbayar. Kompas. 31 Desember 1992. hlm. 11. Diakses tanggal 24 Desember 2021. 
  5. ^ a b "Prof. Dr. Dra. Diana Kartika Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Jadi Guru Besar". Universitas Bung Hatta. 25 Februari 2020. Diakses tanggal 24 Desember 2021.