Lompat ke isi

Baju bodo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 64: Baris 64:
<gallery>
<gallery>
Berkas:Celebration of the circumcision of the Bugis tribe of Makassar.jpg|Foto perempuan bugis menggunakan Waju Tokko dalam ritual adat mapacci
Berkas:Celebration of the circumcision of the Bugis tribe of Makassar.jpg|Foto perempuan bugis menggunakan Waju Tokko dalam ritual adat mapacci
Berkas:Pengantin bugis - panoramio.jpg|Pengantin wanita bugis menggunakan baju tokko berwarna putih
</gallery>
</gallery>



Revisi per 11 Mei 2023 12.32

Waju Tokko adalah pakaian tradisional perempuan suku Bugis, di Sulawesi Selatan.

[1]

Bentuk

Waju Tokko/Baju Tokko berbentuk segi empat, k

Kata “Waju Tokko”, menurut beberapa pau-ptaurioloang berasal dari kata “pokko”, hal ini memilik pada bentuk baju tersebut yang berbentuk baju kurung tanpa jahitan, bagian bawah terbuka, bagian atas berlubang seukuran kepala tanpa kerah.

Bagian depan tidak memiliki kancing atau perekat lainnya, pada ujung atas sebelah kiri dan kanan dibuat lubang selebar satu jengkal.

Dahulu, baju Tokko bisa dipakai tanpa penutup payudara. Hal ini sudah sempat diperhatikan James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 saat dia mengunjungi istana Bone. Seiring dengan masuknya Islam, baju ini pun mengalami perubahan. Baju ini dipasangkan dalaman yang berwarna senada namun lebih terang.

Perempuan Bugis dahulu mengenakan pakaian sederhana. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada.[2]

Cara memakai baju Tokko ini masih berlaku pada tahun sampai tahun 1930-an.

Warna

Menurut adat Bugis, setiap warna baju Tokko yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat pemakainya.[3]

Warna Arti
Jingga dipakai oleh anak perempuan berumur 10 tahun.
Jingga dan merah dipakai oleh gadis berumur 10-14 tahun.
Merah dipakai oleh perempuan berumur 17-25 tahun.
Putih dipakai oleh para dayang dan dukun.
Hijau dipakai oleh perempuan bangsawan.
Ungu dipakai oleh para janda.

Penggunaan

Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju Tokko mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.[4]

Galeri

Referensi

  1. ^ http://www.suarapembaruan.com/News/2007/11/18/Gaya/gaya02.htm[pranala nonaktif permanen] Daily.
  2. ^ James Brooke, Narrative of Events, dikutip Christian Pelras dalam Manusia Bugis, Jakarta, Nalar, 2006, hal. 271
  3. ^ Gita (2009-06-21). "Mencari Perempuan Bugis". Kompasiana. Diakses tanggal 2009-11-25. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=25344&jenis=Life[pranala nonaktif permanen] Bangga dengan Pakaian Adat. Harian Ujungpandang Ekspres.

Pranala luar