Lompat ke isi

Srowot, Kalibagor, Banyumas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 17: Baris 17:
Pemerintahan desa dibagi menjadi dua [[dusun]], empat [[RW]], dan dua puluh empat [[RT]]. Pengelompokan tradisional disebut "grumbul" (kluster) masih digunakan.
Pemerintahan desa dibagi menjadi dua [[dusun]], empat [[RW]], dan dua puluh empat [[RT]]. Pengelompokan tradisional disebut "grumbul" (kluster) masih digunakan.


Perangkat desa terdiri dari seorang Kepala Desa (dipilih langsung), dibantu satu Sekretaris Desa, dengan dua Kepala Dusun, tiga Kepala Seksi (Pemerintahan, Pembangunan, dan Kesejahteraan Rakyat), dua Kepala Urusan (Umum dan Keuangan), serta tiga staf yang membantu kepala seksi.
Pemerintah desa terdiri dari seorang Kepala Desa (dipilih langsung), dibantu satu Sekretaris Desa, dengan dua Kepala Dusun, tiga Kepala Seksi (Pemerintahan, Pelayanan, dan Kesejahteraan Rakyat), Tiga Kepala Urusan (Umum, Perencanaan dan Keuangan).


Motto pemerintahan desa adalah ''NATA JIWA mBANGUN DESA''.
Motto pemerintahan desa adalah ''NATA JIWA mBANGUN DESA''.

Revisi per 23 Mei 2023 04.05

Srowot
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanyumas
KecamatanKalibagor
Kode pos
53191
Kode Kemendagri33.02.10.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas319,1 ha
Jumlah penduduk4007 jiwa (1023 KK)
Kepadatan-

Srowot adalah desa di Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia.

Administrasi

Pemerintahan desa dibagi menjadi dua dusun, empat RW, dan dua puluh empat RT. Pengelompokan tradisional disebut "grumbul" (kluster) masih digunakan.

Pemerintah desa terdiri dari seorang Kepala Desa (dipilih langsung), dibantu satu Sekretaris Desa, dengan dua Kepala Dusun, tiga Kepala Seksi (Pemerintahan, Pelayanan, dan Kesejahteraan Rakyat), Tiga Kepala Urusan (Umum, Perencanaan dan Keuangan).

Motto pemerintahan desa adalah NATA JIWA mBANGUN DESA.

Mata pencaharian

Sebagian besar masyarakat adalah petani peternak atau buruh tani. Desa ini masih dinyatakan sebagai desa tertinggal karena pendapatan per kapitanya di bawah rata-rata. Ternak yang dipelihara adalah sapi, kambing, domba, dan ayam. Pertanian padi kebanyakan berupa sawah tadah hujan, yang sangat berisiko mengalami kegagalan panen pada musim tanam gadu (tanam di akhir musim hujan).

Fasilitas umum

Jalan-jalan utama desa telah di aspal dengan bantuan dana dari Pemerintah Daerah Kabupaten, Provinsi maupun usaha swadaya.