Lompat ke isi

Om: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 15: Baris 15:
Berkas:Bengali Om.svg|[[aksara Bengali|Bengali]], [[aksara Oriya|Oriya]], [[aksara Assam|Assam]]
Berkas:Bengali Om.svg|[[aksara Bengali|Bengali]], [[aksara Oriya|Oriya]], [[aksara Assam|Assam]]
Berkas:Tamil Om.svg|[[aksara Tamil|Tamil]]
Berkas:Tamil Om.svg|[[aksara Tamil|Tamil]]
Berkas:Grantha.jpg|[[aksara Grantha|Grantha]]
Berkas:Om in Grantha script.svg| [[aksara Grantha|Grantha]]
File:Ek onkar.png|[[aksara Gurmukhi|Gurmukhi]]
File:Ek onkar.png|[[aksara Gurmukhi|Gurmukhi]]
Berkas:Kannada OM.png|[[aksara Kannada|Kannada]], [[aksara Telugu|Telugu]], [[aksara Tulu|Tulu]]
Berkas:Kannada OM.png|[[aksara Kannada|Kannada]], [[aksara Telugu|Telugu]], [[aksara Tulu|Tulu]]

Revisi per 4 Juni 2023 18.08

Om (atau aum) adalah suku kata suci dan keramat dalam agama-agama dari India, yaitu agama Hindu, Buddha, dan Jaina. Om juga dieja Oṃ, ditulis dalam aksara Dewanagari sebagai dan औम्, dalam bahasa Sanskerta dikenal sebagai praṇava प्रणव (Suara Kosmis) atau auṃkāra (juga dieja Omkāra) ओंकार (secara harfiah berarti "suku kata auṃ").

Om biasanya dilafalkan sebagai vokal bulat hampir tertutup panjang atau lantang yang disengaukan (IPA: [õːː]). Penyengauan ini dalam perkembangannya di kalangan spiritual Jawa dibunyikan menjadi oṅ (dibaca "ong") atau hoṅ (dibaca "hong"), yang biasa digunakan dalam pembacaan mantera atau suluk para dalang cerita wayang purwa.[1]

Kata tersebut terkandung pada bagian awal mantra-mantra Hindu sebagai kata yang paling suci yang dilantunkan pada pendahuluan dan akhir pembacaan Weda atau sebelum memulai doa atau mantra. Kitab Māndukya Upanishad secara garis besar mengandung penjelasan tentang suku kata tersebut. Kata tersebut terdiri dari tiga fonem, [a], [u] dan [m], melambangkan Trimurti atau tiga jenjang kehidupan (kelahiran, kehidupan, dan kematian).

Tulisan

Bentuk suku kata suci Om berbeda-beda, tergantung aksara masyarakat setempat. Agama Jaina juga menuliskan suku kata Om dengan bentuk yang khas. Penulisan dengan aksara hanacaraka, ꦎꦴꦀ, menggunakan huruf "o" yang diberi tarung (menandakan bacaan diftong "au") dan diberikan sandhangan panyangga yang dibunyikan nasal menjadi auṃ atau oṃ. Oleh karena sandhangan panyangga berbentuk mirip sandhangan cecak, penulisan menjadi ꦎꦴꦁ, dan dibaca "auŋ" atau "oŋ".

Berikut ini ditampilkan beberapa penulisan pada aksara-aksara turunan Brahmi maupun piktograf Tiongkok.

Rujukan

  1. ^ Hermawan, Deny (4 Oktober 2020). "Melacak Mantra dan Kidung Dari Masa Jawa Klasik". buddhazine. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 

Pranala luar