Lompat ke isi

Mari longa: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Artjoa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k fix
 
Baris 20: Baris 20:
Selama melakukan perjalanan, Mari Longa melihat dengan matanya sendiri penderitaan orang Flores dari ujung barat hingga timur. Bagi yang melawan Belanda, mereka ditangkap, dipukul, ditendang, bahkan dimasukkan ke dalam bui. Dengan modal kepemimpinan dan keberaniannya, Mari Longa bertekad untuk melakukan revolusi menentang Belanda. Langkah awalnya adalah mencari simpatisan dengan mengadakan gerakan moral dari kampung ke kampung.<ref name=":0" />
Selama melakukan perjalanan, Mari Longa melihat dengan matanya sendiri penderitaan orang Flores dari ujung barat hingga timur. Bagi yang melawan Belanda, mereka ditangkap, dipukul, ditendang, bahkan dimasukkan ke dalam bui. Dengan modal kepemimpinan dan keberaniannya, Mari Longa bertekad untuk melakukan revolusi menentang Belanda. Langkah awalnya adalah mencari simpatisan dengan mengadakan gerakan moral dari kampung ke kampung.<ref name=":0" />


Mari Longa sangat disegani oleh masyarakat [[Kabupaten Ende|Ende]] karena ia juga memiliki rasa sosial yang tinggi terhadap sesama manusia. Ia suka menolong dan mendahulukan kepentingan orang banyak. Mari Longa bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang bulu, tidak ada perbedaan perlakuan antara satu orang dengan orang lainnya. Hal inilah yang membuat Mari Longa dapat diakui sebagai sosok pemimpin yang tangguh dan menjadi idola masyarakat saat itu. Mari Longa tiba di ujung masa pengembaraannya ketika ia bertemu dengan Nderu Ndoki yang menjadi  istrinya. Selain Nderu Ndoki, Mari Longa juga memiliki enam orang selir yaitu Kapi Mbipi'','' Weti Nduru, Fai Bilo, Weti Atu, Tidhu, Aru Atu, dan Bela Badjo.<ref name=":0" />
Mari Longa sangat disegani oleh masyarakat [[Kabupaten Ende|Ende]] karena ia juga memiliki rasa sosial yang tinggi terhadap sesama manusia. Ia suka menolong dan mendahulukan kepentingan orang banyak. Mari Longa bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang bulu, tidak ada perbedaan perlakuan antara satu orang dengan orang lainnya. Hal inilah yang membuat Mari Longa dapat diakui sebagai sosok pemimpin yang tangguh dan menjadi idola masyarakat saat itu. Mari Longa tiba di ujung masa pengembaraannya ketika ia bertemu dengan Nderu Ndoki yang menjadi istrinya. Selain Nderu Ndoki, Mari Longa juga memiliki enam orang selir yaitu Kapi Mbipi'','' Weti Nduru, Fai Bilo, Weti Atu, Tidhu, Aru Atu, dan Bela Badjo.<ref name=":0" />


==Gugur==
==Gugur==

Revisi terkini sejak 12 Juni 2023 05.32

Mari Longa
Nama asalLeba Longa
Lahir1855
Belanda Watunggere, Ende, Nusa Tenggara Timur, Hindia Belanda
Meninggal1907 (usia 52)
Belanda Watunggere, Ende, Nusa Tenggara Timur, Hindia Belanda
Sebab meninggalGugur dalam perang melawan Belanda
PekerjaanPahlawan dalam perjuangan melawan Belanda
Tahun aktif1890—1907
Lawan politikBelanda Belanda
Suami/istriNderu Ndoki
Kapi Mbipi
Weti Nduru
Fai Bilo
Weti Atu
Tidhu
Aru Atu
Bela Badjo
AnakNduru Mari
Orang tuaLonga Rowa (ayah)
Kemba Kore (ibu)

Mari Longa (skt.1855—1907) adalah seorang pejuang besar bangsa Indonesia yang dengan tegas melawan penjajah Belanda. Darah pemimpin dan kesatria mengalir dari ayahnya, Longa Rowa. Longa Rowa merupakan seorang panglima besar dan penjaga perbatasan Tanah Persekutuan Nida. Mari Longa dilahirkan dari rahim seorang ibu bernama Kemba Kore di Watunggere, Lio Timur, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Pada awalnya, Mari Longa diberi nama Leba Longa oleh ayahnya. Dalam bahasa Ende, leba adalah nama sayur pare yang sangat pahit rasanya. Ayah Mari Longa memilih nama Leba yang bermakna pahit, berharap anaknya dapat memiliki sifat yang tegas. Namun, seiring berjalan waktu, Leba Longa mengalami sakit-sakitan dan selalu cengeng. Suatu malam, Longa Rowa bermimpi bahwa anaknya harus diganti namanya menjadi Mari. Mari adalah sejenis pohon yang kulitnya sangat pahit dan keras kayunya. Dengan dihadiri oleh tokoh adat setempat, Leba secara resmi diganti namanya menjadi Mari Longa. Sejak saat itu, Mari Longa tumbuh dengan sangat sehat.[1]

Sejak usianya yang sekitar empat tahun, Mari Longa sudah belajar memanah. Kepemimpinan Mari Longa sudah terlihat ketika Ia bermain perang-perangan bersama teman-temannya. Pada usia delapan tahun, Mari Longa sudah terbiasa ikut berburu di hutan bersama orang-orang desa. Mari Longa juga dikenal sebagai seorang pengembara. Ia mengembara dari ujung Flores, bahkan sampai ke beberapa pulau terdekat Flores. Pengalamannya sejak kecil membuat cara pandang dan wawasannya semakin luas.[1]

Selama melakukan perjalanan, Mari Longa melihat dengan matanya sendiri penderitaan orang Flores dari ujung barat hingga timur. Bagi yang melawan Belanda, mereka ditangkap, dipukul, ditendang, bahkan dimasukkan ke dalam bui. Dengan modal kepemimpinan dan keberaniannya, Mari Longa bertekad untuk melakukan revolusi menentang Belanda. Langkah awalnya adalah mencari simpatisan dengan mengadakan gerakan moral dari kampung ke kampung.[1]

Mari Longa sangat disegani oleh masyarakat Ende karena ia juga memiliki rasa sosial yang tinggi terhadap sesama manusia. Ia suka menolong dan mendahulukan kepentingan orang banyak. Mari Longa bergaul dengan siapa saja, tanpa memandang bulu, tidak ada perbedaan perlakuan antara satu orang dengan orang lainnya. Hal inilah yang membuat Mari Longa dapat diakui sebagai sosok pemimpin yang tangguh dan menjadi idola masyarakat saat itu. Mari Longa tiba di ujung masa pengembaraannya ketika ia bertemu dengan Nderu Ndoki yang menjadi istrinya. Selain Nderu Ndoki, Mari Longa juga memiliki enam orang selir yaitu Kapi Mbipi, Weti Nduru, Fai Bilo, Weti Atu, Tidhu, Aru Atu, dan Bela Badjo.[1]

Pada tahun 1907, Mari Longa gugur di tangan Kapten Christoffel di depan Benteng Watunggere. Kini, kisah Mari Longa dengan masa kejayaannya tinggal cerita lusuh dan usang. Kesaktian dan kepemimpinan Mari Longa hanya selembar sejarah yang kini masih terlukis pada nama salah satu jalan di Kota Ende, Jalan Mari Longa. Ia memberikan roh dan semangat bagi generasi penerusnya untuk terus membangun negeri ini dengan semboyan “topo doga, ae bere iwa sele“ (tanpa menyerah dan tak kenal lelah).

Pertempuran/Perang

[sunting | sunting sumber]

Perang Mari Longa

Perang melawan suku Mego dan suku-suku lainnya (1870-an—1880-an)

[sunting | sunting sumber]
Perang melawan orang Mego dan suku-suku lainnya yang ada di Nusa Tenggara Timur
Tanggal1870-an - 1880-an
LokasiWatunggere, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Hasil Kemenangan suku Ende
• Suku Mego, Lise Lande, Londi Lala, Detukeli, dan Diko Lawi bersatu
Pihak terlibat
Suku Ende Suku Mego, Lise Lande, Londi Lala, Detukeli, dan Diko Lawi
Belanda Belanda
Tokoh dan pemimpin
Mari Longa
Kekuatan
Tentara-tentara Ende Tentara-tentara dan pasukan suku Mego, Lise Lande, Londi Lala, Detukeli, dan Diko Lawi
Tentara-tentara Belanda

Perang melawan Belanda (1890—1907)

[sunting | sunting sumber]
Perang Mari Longa
Tanggal1890-1902,1905-1907
LokasiWatunggere, Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Hasil Perang Koloni I:
• Kemenangan Mari Longa
Perang Koloni II:
• Kemenangan Mari Longa
Perang Koloni III:
• Kemenangan Mari Longa
Perang Koloni IV:
• Kemenangan Mari Longa
Perang Koloni V:
• Gugurnya Mari Longa
• Kemenangan Belanda
Pihak terlibat
Belanda Belanda Mari Longa dengan pasukan dan tentara-tentara Ende
Tokoh dan pemimpin
Belanda Kapten Hans Christoffel Mari Longa  
Bhara Nuri
Nduru Mari  (WIA)
Kekuatan
Serdadu-serdadu Belanda Rakyat-rakyat Ende
Korban
Banyak korban tewas dan terluka Tidak diketahui
  1. ^ a b c d Patty, Lasa, Wake, Servas, Frans, Piet (2001). Perang Mari Longa (1893-1907). Ende: Yayasan Servas Mario. hlm. 59. ISBN 979-9547-10-5.