Lompat ke isi

Lanjumin Dt. Tumangguang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 28: Baris 28:
Lanjumin juga pernah beraktivitas sebagai wartawan. Ia pernah memimpin beberapa [[surat kabar]] dan media berkala [[pribumi]], di antaranya ''Soeloeh Peladjar'', ''Pedoman Prijaji'', ''Tjaja Hindia'', dan ''Neratja'' (yang kemudian berubah nama menjadi ''Hindia Baroe''). Lanjumin yang memakai nama pena ''Notonegoro'' dalam berbagai tulisannya juga disebut sebagai [[mentor]] dari [[Adinegoro]], seorang perintis [[pers]] [[nasional]]. Ia juga mengelola ''Evolutie'', sebuah usaha [[percetakan]] yang disubsidi [[pemerintah]] Hindia Belanda. Aktivitasnya yang cukup intens di bidang [[jurnalistik]] membuat ia disebut-sebut sebagai salah satu bapak pers pribumi.<ref name="niadilova.blogdetik.com"/>
Lanjumin juga pernah beraktivitas sebagai wartawan. Ia pernah memimpin beberapa [[surat kabar]] dan media berkala [[pribumi]], di antaranya ''Soeloeh Peladjar'', ''Pedoman Prijaji'', ''Tjaja Hindia'', dan ''Neratja'' (yang kemudian berubah nama menjadi ''Hindia Baroe''). Lanjumin yang memakai nama pena ''Notonegoro'' dalam berbagai tulisannya juga disebut sebagai [[mentor]] dari [[Adinegoro]], seorang perintis [[pers]] [[nasional]]. Ia juga mengelola ''Evolutie'', sebuah usaha [[percetakan]] yang disubsidi [[pemerintah]] Hindia Belanda. Aktivitasnya yang cukup intens di bidang [[jurnalistik]] membuat ia disebut-sebut sebagai salah satu bapak pers pribumi.<ref name="niadilova.blogdetik.com"/>


Ia meninggal pada 1946<ref>{{Cite book|date=1967|url=https://books.google.com/books?id=Nfbkd50TJa4C&newbks=0&printsec=frontcover&pg=RA17-PA26&dq=%22Tumangguang%22+%22moeis%22&hl=id|title=Focus on Indonesia|publisher=Information Division, Embassy of Indonesia|language=en}}</ref> dalam peristiwa pemberontakan lokal PKI di [[Baso, Agam]]. Dari pernikahannya dengan [[Khailan Syamsu]], ia memiliki anak bernama Yohana Siti Menara Saidah yang merupakan istri [[Chaerul Saleh]].
Ia meninggal pada 1946<ref>{{Cite book|date=1967|url=https://books.google.com/books?id=Nfbkd50TJa4C&newbks=0&printsec=frontcover&pg=RA17-PA26&dq=%22Tumangguang%22+%22moeis%22&hl=id|title=Focus on Indonesia|publisher=Information Division, Embassy of Indonesia|language=en}}</ref> dalam peristiwa pemberontakan lokal PKI di [[Baso, Agam]]. Ia memiliki anak bernama Yohana Siti Menara Saidah yang merupakan istri [[Chaerul Saleh]].


Sebagai [[Penghulu|penghulu di Minangkabau]], ia menyandang gelar Datuk Tumangguang. Gelar tersebut sebelumya dipangku oleh Sutan Sulaiman, Laras Sungai Puar.
Sebagai [[Penghulu|penghulu di Minangkabau]], ia menyandang gelar Datuk Tumangguang. Gelar tersebut sebelumya dipangku oleh Sutan Sulaiman, Laras Sungai Puar.

Revisi per 28 Juni 2023 23.57

Lanjumin Dt. Tumangguang
LahirLandjoemin
Sungai Pua, Agam, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia
AlmamaterStovia, Batavia
PekerjaanBirokrat, wartawan
Suami/istriKhailan Syamsu
KerabatAbdoel Moeis (biras)

Lanjumin Dt. Tumangguang atau Patih Datoek Toemenggoeng adalah seorang birokrat, wartawan, dan intelektual terkemuka asal Minangkabau pada awal abad ke-20 atau masa Hindia Belanda. Ia merupakan salah satu tokoh di antara beberapa tokoh Minang lainnya yang bekerja dan berafiliasi pada pemerintahan Hindia Belanda.[1]

Kariernya dimulai sebagai juru tulis Patih di Weltevreden, Batavia, pada tahun 1908. Lalu berturut-turut menjadi Asisten Wedana (melangkahi pangkat menteri polisi) dan Wedana pada tahun 1914, lalu diperbantukan pada kantor Inlandsche Zaken pada tahun 1916. Ia kemudian diangkat menjadi Patih di Weltevreden dan pernah pula menjadi anggota Gementeraad Batavia.[1]

Lanjumin juga pernah beraktivitas sebagai wartawan. Ia pernah memimpin beberapa surat kabar dan media berkala pribumi, di antaranya Soeloeh Peladjar, Pedoman Prijaji, Tjaja Hindia, dan Neratja (yang kemudian berubah nama menjadi Hindia Baroe). Lanjumin yang memakai nama pena Notonegoro dalam berbagai tulisannya juga disebut sebagai mentor dari Adinegoro, seorang perintis pers nasional. Ia juga mengelola Evolutie, sebuah usaha percetakan yang disubsidi pemerintah Hindia Belanda. Aktivitasnya yang cukup intens di bidang jurnalistik membuat ia disebut-sebut sebagai salah satu bapak pers pribumi.[1]

Ia meninggal pada 1946[2] dalam peristiwa pemberontakan lokal PKI di Baso, Agam. Ia memiliki anak bernama Yohana Siti Menara Saidah yang merupakan istri Chaerul Saleh.

Sebagai penghulu di Minangkabau, ia menyandang gelar Datuk Tumangguang. Gelar tersebut sebelumya dipangku oleh Sutan Sulaiman, Laras Sungai Puar.

Referensi

  1. ^ a b c "Minang Saisuak #170 - Lanjumin gelar Datuak Tumangguang" Surya Suryadi - Singgalang, Minggu, 6 April 2014. Diakses 2-11-2019.
  2. ^ Focus on Indonesia (dalam bahasa Inggris). Information Division, Embassy of Indonesia. 1967.