Basofi Sudirman: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 51: | Baris 51: | ||
==Karier militer== |
==Karier militer== |
||
Pengalaman memimpin pasukan yang pernah dilaluinya adalah Komandan Detasemen Tempur Kopassandha (1971—1972), Komandan Batalyon |
Pengalaman memimpin pasukan yang pernah dilaluinya adalah Komandan Detasemen Tempur Kopassandha (1971—1972), Komandan Batalyon 512 Brawijaya (1973-1974), Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad (1981-1983). Selain itu Basofi juga punya pengalaman teritorial yang cukup. Misalnya, ia pernah menjadi Komandan Kodim 0824/Jember (1977—1978), Asisten Teritorial Kodam VIII/Brawijaya (1983—1984), Komandan Korem 083/Baladhika [[Malang]] (1984—1986), dan Kasdam Kodam I/Bukit Barisan (1986—1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes ABRI. Pengalaman lainnya adalah menjadi Dosen [[Seskoad]], tahun 1979—1981. Ia sendiri mengikuti [[Seskoad]] pada tahun 1978, dan [[Sesko ABRI]] tahun 1979. Sebagai prajurit Basofi tergolong cepat pensiun. Lulusan Seskoad 1978 dan Seskogab 1979 ini pensiun pada usia 47 tahun, dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. "Ya, karena masuk Golkar," begitu sebabanya. Ayahnya, [[H. Soedirman|Letjen TNI H. Soedirman]], sebetulnya tak setuju. Tapi bagi Basofi sendiri, di [[Golkar]] dan di [[ABRI]] sama saja. "Cuma, Bapak saya yang protes," tambahnya. |
||
Meskipun karier militernya kalah dibanding ayahnya—ayahnya bisa pensiun dengan pangkat [[Letnan Jenderal]] [[TNI]] dan pernah menjabat Komandan Jenderal [[Seskoad]]—karier sipilnya tergolong bagus. Sebelum menjadi [[Gubernur Jawa Timur]], jabatannya adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, dan pada tahun 1987 diangkat menjadi [[Wakil Gubernur DKI Jakarta]] Bidang pemerintahan. Itulah jabatan terakhirnya, sampai April 1993, sebelum menjadi [[Gubernur Jawa Timur]]. |
Meskipun karier militernya kalah dibanding ayahnya—ayahnya bisa pensiun dengan pangkat [[Letnan Jenderal]] [[TNI]] dan pernah menjabat Komandan Jenderal [[Seskoad]]—karier sipilnya tergolong bagus. Sebelum menjadi [[Gubernur Jawa Timur]], jabatannya adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, dan pada tahun 1987 diangkat menjadi [[Wakil Gubernur DKI Jakarta]] Bidang pemerintahan. Itulah jabatan terakhirnya, sampai April 1993, sebelum menjadi [[Gubernur Jawa Timur]]. |
Revisi per 2 Juli 2023 14.16
Basofi Sudirman | |
---|---|
Gubernur Jawa Timur ke-11 | |
Masa jabatan 1993–1998 | |
Wakil | Harwin Wasisto |
Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang Pemerintahan | |
Masa jabatan 1987–1992 | |
Gubernur | Wiyogo Atmodarminto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Bojonegoro, Jawa Timur | 28 Desember 1940
Meninggal | 7 Agustus 2017 Jakarta | (umur 76)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Golkar |
Hubungan | Kartoprawiro (Kakek) Kulah (Nenek) Letjen TNI H. Soedirman (Ayah) Masrikah binti Syakur (Ibu) |
Alma mater | Akademi Militer Nasional (1963) |
Pekerjaan | TNI Politisi Penyanyi |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1963–1987 |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI |
Satuan | Infanteri (Kopassus) |
Pertempuran/perang | Operasi Seroja |
Sunting kotak info • L • B |
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Moch. Basofi Sudirman (20 Desember 1940 – 7 Agustus 2017), adalah Gubernur Jawa Timur periode 1993–1998. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987–1992). Ia pernah berkarier sebagai penyanyi, dengan single Tidak Semua Laki-laki. Basofi Sudirman merupakan Putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.
Latar belakang
Basofi Sudirman[1] lahir di desa yang tidak begitu subur: Ngrawuh, Bojonegoro, dari pasangan ayah bernama Letnan Jenderal TNI H. Soedirman dan ibu Masrikah binti Syakur, pada tanggal 28 Desember 1940. Berkat pengaruh ayahnya, sejak kecil ia sudah bercita-cita menjadi tentara. "Bapak selalu mengajak saya melihat-lihat kegiatan militer seperti tentara latihan. Saya melihat kebesaran Bapak saya di dunia kemiliteran itu, sehingga otomatis di benak saya nggak ada yang lain kecuali ingin jadi tentara. Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu. "Tetapi sekolah tetap lancar," tukasnya. Sekolah Rakyat (SR) hingga SMA ia selesaikan di Surabaya. Lulus SMA Negeri 5 Surabaya pada tahun 1960, Basofi muda melanjutkan ke Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang, Jawa Tengah, yang kemudian diselesaikannya pada tahun 1963. Setelah lulus AMN, karier militernya tergolong lancar, terutama setelah melalui berbagai pengalaman tempur.
Karier militer
Pengalaman memimpin pasukan yang pernah dilaluinya adalah Komandan Detasemen Tempur Kopassandha (1971—1972), Komandan Batalyon 512 Brawijaya (1973-1974), Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad (1981-1983). Selain itu Basofi juga punya pengalaman teritorial yang cukup. Misalnya, ia pernah menjadi Komandan Kodim 0824/Jember (1977—1978), Asisten Teritorial Kodam VIII/Brawijaya (1983—1984), Komandan Korem 083/Baladhika Malang (1984—1986), dan Kasdam Kodam I/Bukit Barisan (1986—1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes ABRI. Pengalaman lainnya adalah menjadi Dosen Seskoad, tahun 1979—1981. Ia sendiri mengikuti Seskoad pada tahun 1978, dan Sesko ABRI tahun 1979. Sebagai prajurit Basofi tergolong cepat pensiun. Lulusan Seskoad 1978 dan Seskogab 1979 ini pensiun pada usia 47 tahun, dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. "Ya, karena masuk Golkar," begitu sebabanya. Ayahnya, Letjen TNI H. Soedirman, sebetulnya tak setuju. Tapi bagi Basofi sendiri, di Golkar dan di ABRI sama saja. "Cuma, Bapak saya yang protes," tambahnya.
Meskipun karier militernya kalah dibanding ayahnya—ayahnya bisa pensiun dengan pangkat Letnan Jenderal TNI dan pernah menjabat Komandan Jenderal Seskoad—karier sipilnya tergolong bagus. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur, jabatannya adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta, dan pada tahun 1987 diangkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang pemerintahan. Itulah jabatan terakhirnya, sampai April 1993, sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur.
Riwayat jabatan
- Komandan Detasemen Tempur Kopassandha (1971-1972)
- Komandan Batalyon 412/Brawijaya (1973-1974)
- Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978)
- Dosen Seskoad (1979-1981)
- Komandan Brigif Linud 18/Kostrad (1981-1983)
- Asisten Teritorial Kodam VIII/Brawijaya (1983-1984)
- Komandan Korem 083/Baladhika (1984-1986)
- Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987)
Meninggal dunia
Mayjen TNI (Purn.) Basofi Sudirman (76), meninggal dunia sekitar pukul 10.55 WIB Senin, 7 Agustus 2017 akibat sakit di RS Medistra Jakarta Selatan. Jenazahnya Dimakamkan di Sandiego Hills, Karawang, Jawa Barat.[2][3]
Diskografi
Album studio
- Tidak Semua Laki-laki (1992)
- Hanya Kau yang Kupilih (1997)
- Tidak Semua Wanita (2000)
Pranala luar
Referensi
- ^ ""Biografi Basofi Soedirman"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-15. Diakses tanggal 2014-04-15.
- ^ "Basofi Sudirman Wafat"
- ^ "Pesan Terakhir Basofi Sudirman Kepada Keluarga Sebelum Wafat"
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Soelarso |
Gubernur Jawa Timur 1993–1998 |
Diteruskan oleh: Imam Utomo |
Didahului oleh: Eddie Marzuki Nalapraya Bunyamin Ramto |
Wakil Gubernur DKI Jakarta 1987–1992 Bersama dengan: Herbowo |
Diteruskan oleh: Mohammad Idroes Tubagus Muhammad Rais RS Museno |
- Kelahiran 1940
- Kematian 2017
- Meninggal usia 77
- Penyanyi Indonesia
- Tokoh militer Indonesia
- Tokoh TNI
- Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
- Alumni SMA Negeri 5 Surabaya
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Timur
- Tokoh dari Bojonegoro
- Politikus Indonesia
- Politikus Partai Golongan Karya
- Gubernur Jawa Timur
- Wakil Gubernur Jakarta
- Tokoh Kopassus