Lompat ke isi

Ngarai Sianok: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dedi A (bicara | kontrib)
ngarai sianok ada di batas kota, bukan di jantung/tengah kota
Dedi A (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
'''Ngarai Sianok''' adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota [[Bukittinggi]], dengan [[Kecamatan IV Koto]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]]. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai [[Koto Gadang]] sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki [[pemandangan]] yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.
'''Ngarai Sianok''' adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota [[Bukittinggi]], dengan [[Kecamatan IV Koto]], [[Kabupaten Agam]], [[Sumatera Barat]]. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai [[Koto Gadang]] sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki [[pemandangan]] yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.


[[Jurang]] ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang ([[Patahan Semangko]]). [[Patahan]] ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi ([[sinklinal]]) - yang dialiri [[Sungai Sianok]] yang airnya jernih. Di zaman kolonial [[Belanda]], jurang ini disebut juga sebagai ''kerbau sanget'', karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.
[[Jurang]] ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang ([[Patahan Semangko]]). [[Patahan]] ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi ([[sinklinal]]) - yang dialiri [[Batang Sianok]](batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial [[Belanda]], jurang ini disebut juga sebagai ''kerbau sanget'', karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.


Sungai Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan [[kano]] dan [[kayak]] yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti [[padma raksasa|rafflesia]] dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya [[monyet ekor panjang]], [[siamang]], [[simpai]], [[rusa]], [[babi hutan]], [[macan tutul]], serta [[tapir]].
Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan [[kano]] dan [[kayak]] yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti [[padma raksasa|rafflesia]] dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya [[monyet ekor panjang]], [[siamang]], [[simpai]], [[rusa]], [[babi hutan]], [[macan tutul]], serta [[tapir]].


{{indo-geo-stub}}
{{indo-geo-stub}}

Revisi per 28 Juli 2009 03.42

Ngarai Sianok

Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.

Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Batang Sianok(batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.

Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.