Lompat ke isi

Erau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Mengulur Naga.jpg|jmpl|200px|''Mengulur Naga'', salah satu prosesi dari adat Erau.]]
[[Berkas:Mengulur Naga.jpg|jmpl|200px|''Mengulur Naga'', salah satu prosesi dari adat Erau.]]
'''Erau''' adalah sebuah tradisi budaya [[Indonesia]] yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota [[Tenggarong]], [[Kutai Kartanegara]], [[Kalimantan Timur]]. Erau berasal dari [[bahasa Kutai]], ''eroh'' yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.<ref>[http://erau.kutaikartanegara.com/ Festival Erau Kutai Kartanegara]</ref>
'''NI99a''' adalah sebuah tradisi budaya [[Indonesia]] yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota [[Tenggarong]], [[Kutai Kartanegara]], [[Kalimantan Timur]]. Erau berasal dari [[bahasa Kutai]], ''eroh'' yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.<ref>[http://erau.kutaikartanegara.com/ Festival Erau Kutai Kartanegara]</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==

Revisi per 4 Agustus 2023 03.01

Mengulur Naga, salah satu prosesi dari adat Erau.

NI99a adalah sebuah tradisi budaya Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Erau berasal dari bahasa Kutai, eroh yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan.[1]

Sejarah

Suku Dayak yang berpartisipasi dalam upacara Erau di Tenggarong.

Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Sultan Kutai yang pertama (1300-1325), juga diadakan upacara Erau. Erau kemudian menjadi tradisi dalam penobatan setiap Sultan Kutai hingga Kesultanan Kutai bergabung menjadi bagian dari Indonesia.[2]

Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan.

Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman. Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan jamuan makan kepada rakyat dengan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai. Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782.[3]

Pelaksanaan Erau

Belimbur, acara puncak dari Erau dengan saling siram-menyiram.

Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.

Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2 tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri sejak 29 September 1782.

Atas petunjuk Sultan Kutai Kartanegara yang terakhir, Sultan A.M. Parikesit, maka Erau dapat dilaksanakan Pemda Kutai Kartanegara dengan kewajiban untuk mengerjakan beberapa upacara adat tertentu, tidak boleh mengerjakan upacara Tijak Kepala dan Pemberian Gelar, dan beberapa kegiatan yang diperbolehkan seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian dan olahraga/ketangkasan.[4]

Waktu Pelaksanaan

Meskipun 99 dikaitkan pelaksanaannya dengan ulang tahun 99 namun beberapa jadwal Erau dilaksanakan pada waktu lainnya.

Tahun Mulai Berakhir Keterangan
2001 99 99 99 99[5]
2002 28 September - Bersamaan dengan Festival Keraton Nusantara[6]
2003 22 September 29 September[7]
2004 27 Desember 3 Januari 2005[8]
2008 14 Desember 22 Desember[9]
2009 22 Juli 3 Agustus[10]
2010 15 Juli 19 Juli
2011 3 Juli[11] 10 Juli[12][13][14] Pra pembukaan sejak 29 Juni: Beluluh Sultan, Menjamu Benua, Merangin. Paska penutupan 11 Juli: Merebahkan Ayu
2012 1 Juli[15] 8 Juli
2013 30 Juni[16] 7 Juli Erau International Folklore & Art Festival (EIFAF) yang diikuti oleh 12 negara.
2014 15 Juni[17] 22 Juni Erau International Folklore & Art Festival (EIFAF) yang diikuti oleh 12 negara. Diantaranya adalah

Belanda, Italia, Hungaria, Latvia, Rusia, Kroasia, Filipina, Korea Selatan, Kolumbia, Mesir, dan Bangladesh.

Erau sebagai pesta budaya

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kutai untuk menjadikan Erau sebagai pesta budaya yakni dengan menetapkan waktu pelaksanaan Erau secara tetap pada bulan September berkaitan dengan hari jadi kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kesultanan Kutai Kartanegara.[4]

Festival Erau yang kini telah masuk dalam calendar of events pariwisata nasional, tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya Keraton Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada serta hidup dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.[4]

Galeri

Referensi

  1. ^ Festival Erau Kutai Kartanegara
  2. ^ Tjahjoko, Guno Tri (Desember 2015). Ni’mah, Umi Nurun, ed. Politik Ambivalensi: Nalar Elite di Balik Pemenangan Pilkada (PDF). Yogyakarta: Penerbit PolGov. hlm. iv. 
  3. ^ "Kutaikartanegara.com - Sejarah Erau". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-10. Diakses tanggal 2010-04-08. 
  4. ^ a b c "Kutaikartanegara.com - Pelaksanaan Erau". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-10. Diakses tanggal 2010-04-08. 
  5. ^ Milis Kaltimnet[pranala nonaktif permanen]
  6. ^ 34 Kesultanan se Indonesia Ikuti Festival Keraton Nusantara
  7. ^ "Agenda Erau". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-23. Diakses tanggal 2011-03-25. 
  8. ^ Forum Diskusi FN Kaltim[pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Asal muasal Sejarah Erau
  10. ^ Jadwal Erau 2009[pranala nonaktif permanen]
  11. ^ Awali Erau 2011, Kesultanan Kutai Laksanakan Mendirikan Ayu diakses 4 Juli 2011
  12. ^ Gubernur Canangkan Erau Tenggarong 2011[pranala nonaktif permanen]
  13. ^ Gubernur Kaltim Resmikan GOR Aji Imbut
  14. ^ Susunan Acara Erau 2011 di Tenggarong Diarsipkan 2011-07-06 di Wayback Machine. diakses 4 Juli 2011
  15. ^ Pembukaan Erau 2012, Digelar di Stadion Rondong Demang[pranala nonaktif permanen]. KoranKaltim. Diakses pada 20 Juni 2012
  16. ^ "Kenalkan Wisata Kutai Ke Seluruh Dunia - Festival Erau 2013". www.neraca.co.id. Diakses tanggal 2019-03-30. 
  17. ^ Asdhiana, I Made (ed.). "Yuk Nonton Festival Budaya Erau 2014 di Tenggarong". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-03-30. 

Pranala luar