Lompat ke isi

Salib Kasih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 124: Baris 124:
[[Kategori:Batak Toba]]
[[Kategori:Batak Toba]]
[[Kategori:Salib Kasih]]
[[Kategori:Salib Kasih]]
[[Kategori:Tempat wisata di Sumatera Utara]]

Revisi per 3 September 2023 08.31

Salib Kasih

Salib Kasih Tarutung
(25 September 2022)
Informasi
Lokasi Siatas Barita, Tapanuli Utara, Sumatra Utara
Negara Indonesia Indonesia
Pemilik
Awal pembangunan 30 Oktober 1993
Penyelesaian 30 Maret 1997
Biaya Rp 6.000 (masuk)
Jenis objek wisata Wisata rohani Kristen
Luas 7,00 km2
Fasilitas Ruang doa, Parkir, Souvenir, toilet
Ikon Salib Kasih, di area luar kawasan Salib Kasih

Salib Kasih adalah sebuah tempat wisata rohani yang dibuat untuk mengenang jasa misionaris agama Kristen yang berasal dari Jerman Ingwer Ludwig Nommensen yang memulai misinya di Tanah Batak dan merupakan tempat Ingwer Ludwig Nommensen memandang ke arah Rura Silindung di bawahnya. Salib Kasih berada di kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, sekitar 2 kilometer dari pusat kota Tarutung.

Salib Kasih ini terletak di Dolok (Bukit) Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara, provinsi Sumatra Utara. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 30 Oktober 1993 dan diresmikan pada Minggu Paskah tanggal 30 Maret 1997 oleh Bupati Tapanuli Utara, Drs. Tahan Mangaraja Halomoan Sinaga.[1] Berbagai fasilitas disediakan untuk mendukung kawasan ini sebagai destinasi wisata rohani di Tapanuli Utara.

Sejarah

Prasasti riwayat hidup Nommensen di Salib Kasih dalam Bahasa Batak Toba
Patung Nommensen di pintu masuk Salib Kasih (25 September 2022)

Ingwer Ludwig Nommensen atau orang Batak lebih sering menyebutnya sebagai Nommensen adalah seorang misionaris Kristen asal Jerman yang berhasil menyebarkan agama Kristen Protestan di kawasan Tapanuli, atau Tanah Batak (Tano Batak dalam istilah bahasa Batak Toba). Nommensen pertama kali tiba di Indonesia pada 25 Juni 1861, tepatnya di Barus, Tapanuli Tengah.[2]

Suatu ketika, Nommensen berada di bukit Siatas Barita, ia kemudian bernazar untuk menyerahkan hidupnya sebagai misionaris hingga akhir hidupnya. Ia menyebarkan agama Kristen sampai ke Sigumpar tahun 1918, dan wafat pada 23 Mei 1918. Untuk mengenang jasa Nommensen dalam menyebarkan agama Kristen, Salib Kasih dibangun tepat di bukit Siatas Barita. Salib Kasih kemudian menjadi destinasi wisata rohani Kristen di Sumatra Utara.[2]

Pembangunan

Salib Kasih mulai dibangun pada 30 Oktober 1993, dan selesai dibangun pada 30 Maret 1997. Berbagai renovasi di sekitar area Salib Kasih juga kerap dilakukan renovasi, termasuk perbaikan jalan pendakian, perbaikan cat atau warna komplek Salib Kasih, dan sebagainya. Tinggi salib itu sendiri sekitar 31 meter.[2]

Area Salib Kasih

Memasuki area wisata Salib Kasih, terdapat dua bagian area, yakni bagian luar, dan bagian dalam. Bagian luar adalah tempat parkir, tempat penjualan souvenir, dan pintu masuk ke dalam. Sementara bagian dalam, menjadi Area Pusat Ibadah, di mana Salib Kasih berada. Dikenakan biaya masuk untuk memasuki area dalam, besarnya biaya masuk diatur oleh pemerintah setempat, baik untuk pengunjung lokal maupun pengunjung internasional atau mancanegara.

Area Pusat Ibadah

Jalan masuk menuju area pusat ibadah di Salib Kasih
Jalan utama menuju puncak Salib Kasih

Area pusat ibadah menjadi area inti dari lokasi ini. Terdapat dua jalur di dalam, satu jalur untuk naik ke atas, menuju Salib Kasih, dan satu jalur lagi untuk jalan turun dari area puncak Salib Kasih.

Memasuki kawasan Salib Kasi atau ke puncak Salib Kasih, pengunjung dapat berjalan dari jalur utama khusus jalan setapak. Melalui jalan ini, pengunjung dapat melihat 10 perintah Allah, yang ditulis berbentuk monumen, dan dibangun di sepanjang jalan menuju ke atas. Tulisan 10 perintah Allah tersebut ditulis dalam dua bahasa, yakni bahasa Batak Toba, dan juga Indonesia.[3]

Setelah sampai pada perintah Allah ke 10, maka pengunjung akan tiba di Salib Kasih, pusat dari tempat ini. Salib Kasih dibangun dengan ketinggian 31 meter,[3] dengan tulisan utama tepat di tengah salib, yakni "KASIH", kata "KASIH" ini ditulis menurun dan juga mendatar. Di sekitar Salib Kasih terdapat ruang doa, dan di bawah Salib itu sendiri juga terdapat ruang doa, yang dapat digunakan oleh pengungjung untuk berdoa.

Selain itu, tepat di depan Salib Kasih terdapat tempat duduk utama yang menghadap ke Tarutung, bisa menampung sekitar 500 orang. Dan ada sebuah mimbar kecil, yang digunakan oleh pendeta untuk berkotbah, jika dalam suasana ibadah. Melalui tempat ini, pengunjung juga dapat melihat sekitar Tarutung dari Salib Kasih. Ada juga sebuah batu besar seperti prasasti, sekilas informasi atau riwayat hidup Nommensen.[3]

Fasilitas

Tempat penjualan souvenir di area luar Salib Kasih

Untuk mendukung Salib Kasih, berbagai fasilitas umum disediakan di kawasan ini. Berbagai fasilitas yang ada yakni tempat parkir, toilet, tempat penjualan souvenir, tempat penjualan makanan dan minuman. Selain itu, beberapa arena tempat bermain anak-anak juga disediakan. Fasilitas penunjang ini berada di area luar, dan pengunjung bisa masuk tanpa biaya masuk.

Sementara fasilitas yang ada di dalam area pusat ibadah, terdapat ruang doa yang dapat digunakan pengunjung untuk berdoa. Ada juga tempat duduk untuk beristirahat di sepanjang jalan menuju puncak. Terdapat juga beberapa ayunan yang dipasang diantara pohon pinus. Tersedia juga toilet di sekitar area Salib Kasih.[4]

Galery Foto

Gambar Posisi Lain

Areal Salib Kasih

Prasasti Mengenang Nommensen

Rumah Doa dan Patung Nommensen

Lain-Lain

Referensi

  1. ^ "Salib Kasih Tarutung". www.travelingmedan.co. Diakses tanggal 26 September 2022. 
  2. ^ a b c "Salib Kasih Siatas Barita Tarutung". www.pariwisatasumut.net. 10 November 2017. Diakses tanggal 26 September 2022. 
  3. ^ a b c Noviyanti, Sri (ed.). "Salib Kasih, Monumen Misionaris Nomensen di Tapanuli Utara - pesonaindonesia.kompas.com". Kompas.com. Diakses tanggal 26 September 2022. 
  4. ^ Napitupulu, Masdalena. "Wisata Religi Salib Kasih, Monumen Misionaris Nomensen". IDN Times. Diakses tanggal 26 September 2022. 

Pranala luar