Lompat ke isi

Ratu Sanjaya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Jangan menghapus / menghilangkan artikel hasil penggabungan, Membalikkan revisi 24144896 oleh Inayubhagya (bicara)
Tag: Menghapus pengalihan Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
Inayubhagya (bicara | kontrib)
Ini halaman pengalihan bukan artikel. Dimohon tidak gegabah membuat artikel pada halaman pengalihan.
Tag: Pengalihan baru Pengembalian manual
 
Baris 1: Baris 1:
#ALIH [[Sanjaya dari Mataram]]
'''Sanjaya''' atau '''Rahyang Sanjaya''' atau '''Ratu Sanjaya''' adalah Raja Tanah Jawa.

Beliau mewarisi tahta dari Kerajaan Sunda, Galuh, dan Kalingga sekaligus.

Namanya dikenal melalui [[prasasti Canggal]], [[prasasti Mantyasih]], dan [[Prasasti Wanua Tengah III]] serta naskah [[Carita Parahyangan]].
{{infobox royalty
| title = (Sri Maharaja Harisdarma Bimaparakrama)<br>(Prabu Maheswara Sarwajitastru Yupapurnajaya)<br>
(Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya)
| image =
| birth_name = Sanjaya
| father = [[Sanna]] (Sena)
| mother = [[Sannaha]]
| succession =
| reign =
| predecessor =
| successor =
| spouse = * [[Dewi Sudhiwara]] putri Prabu [[Dewasingha]]
* [[Dewi Tejakancanahayu Purnawangi]] cucu prabu [[Tarusbawa]]
| issue = *[[Rakai Panangkaran]] (Kerajaan Medang)
*[[Tamperan Barmawijaya]] (Kerajaan Sunda dan Galuh)
| house = [[Wangsa Syailendra|Syailendra]]
}}
{{kotak mulai}}
{{S-hou|[[Wangsa Sailendra]]}}
{{S-bef| before=[[Sanna]]|as=[[Kerajaan Galuh|Raja Galuh 3]]}}
{{S-ttl|title=Raja [[Kerajaan Medang]]
|years=732 - 746 }}
{{S-aft|after=[[Rakai Panangkaran]]}}
{{S-bef| before=[[Sri Maharaja Tarusbawa]]|as=[[Kerajaan Sunda|Raja Sunda 1]]}}
{{S-ttl| rows = 2 | title=[[Kerajaan Sunda Galuh|Raja Sunda dan Galuh]]
| years = 723-732}}
{{S-aft| rows = 2 | after = [[Tamperan Barmawijaya]]}}
{{S-bef| before = Purbasora|as=[[Kerajaan Galuh|Raja Galuh 4]]}}
{{kotak selesai}}

== Merebut kembali tahta Galuh ==
Sebagaimana diketahui bahwa ayah Sanjaya, Sena adalah raja ketiga dari [[Kerajaan Galuh]] yang naik takhta pada tahun 709 M. Namun Sena dikudeta oleh Purbasora pada tahun 716 M yang menyebabkan Sena beserta keluarganya melarikan diri dan meminta perlindungan kepada Raja Kerajaan Sunda, Tarusbawa. Setelah Sanjaya berhasil menjadi raja di Kerajaan Sunda pada tahun 732 M untuk menggantikan Tarusbawa. Sanjaya segera menyusun rencana untuk merebut kembali takhta dari tangan Purbasora yang masih pamannnya sendiri.

Sanjaya segera mempersiapkan pasukannya untuk menggempur Kerajaan Galuh. Setelah memperkuat pasukannya, Sanjaya juga mencari dukungan dari berbagai tempay yang menggulingkan Purbasora dari takhta Kerajaan Galuh. Kemudian Sanjaya pergi ke [[Kerajaan Denuh]] (yang sekarang berada di Taksimalaya) untuk meminta dukungan Rajaresi Wanayasa Rahyang Kidul. Karena itu Kerajaan Denuh, Wanayasa menolak permintaan Sanjaya dan memilih untuk bersikap netral.

Setelah permintaanya kepada Rajaresi Wayanasa Rahyang Kidul dari Kerajaan Denuh, lalu segera menuju ke [[Kerajaan Gunung Sawal]] untuk mendapatkan dukungan. Setelah mendapatkan dukungan, kemudian Kerajaan Gunung Sawal dijadikan markas untuk pasukan Sanjaya untuk merebut Kerajaan Galuh. Dari Kerajaan Gunung Sawal ini, Sanjata beserta pasukannya berhasil membunuh Purbasora pada tahun 723 M. Setelah berhasil membunuh Purbasora, Sanjaya segera mempersiapkan diri dan pasukannya menyerang [[Kerajaan Indraprahasta]] di tahun yang sama. Kerajaan Indraprahasta ini adalah asal dari permaisuri Purbasora yang bernama Citra Kirana.

== Menjadi raja Sunda dan Galuh ==
Setelah berhasil membunuh Purbasora dan menghancurkan Kerajaan Indraprahasta, Sanjaya naik takhta sebagai Raja Kerajaan Galuh yang kelima pada tahun 723 M. Sedangkan Sekar Kencana dijadikan pula sebagai permaisuri Kerajaan Galuh dengan gelar Teja Kancana Ayu Purnawangi. Sedangkan Sanjaya bergelar Sri Maharaja Harisdarma Bimaparakrama atau dikenal pula dengan gelar Prabu Maheswara Sarwajitastru Yupapurnajaya. Setelah dinobatkan sebagai raja di Kerajaan Galuh, Sanjaya secara langsung memerintah dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Di sisi lain, Sanjaya juga mendapatkan hak takhta [[Kerajaan Kalingga]] dari ibunya. Sehingga Sanjaya kini menjadi raja dari tiga kerajaan, yakni Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga. Meskipun kini Sanjaya menjadi raja di Kerajaan Galuh setelah menyinngkirkan Purbasora, namun kondisi politik di Kerajaan Galuh belum dapat dikatakan kondusif.

Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan di Kerajaan Galuh, maka disepakati bahwa Sanjaya tidak memerintah Kerajaan Galuh secara langsung. Sempakwaja Bhatara Danghyang Guru, kemudian mengangkat Premana Dikusuma anak dawi Wijayakusuma sekaligus cucu dari Purbasora. Setelah pengangkatan Premana Dikusuma, Sanjaya menempatkan anaknya, Rakryan Tamperan (Tamperan Barmawijaya sebagai duta (perwakilannya) di Kerajaan Galuh.

== Mewariskan Tahta Sunda kepada Tamperan Barmawijaya ==
Penempatan [[Tamperan Barmawijaya]] (Rakryan Tamperan atau Rahyang Tamperan) ternyata menyebabkan kondisi politik Kerajaan Galuh kembali memanas. Oleh sebab itu, Sanjaya menarik Tamperan Barmawijaya menuju ke ibukota Kerajaan Sunda di Pakuan. Pada tahun 731 M, Sanjaya dipanggil oleh ayahnya, Sena yang kini berkuasa di Kerajaan Kalingga memerintah atas nama isterinya, Sanaha cucu dari Ratu Sima. Pada tahun 732 M, Sanjaya menggantikan Sena, untuk menjadi sebagai raja di Kalingga. Setelah mengantikan Sena di Kerajaan Kalingga, Sanjaya memberikan takhta Kerajaan Sunda kepada anaknya, [[Tamperan Barmawijaya]] (Rakryan Tamperan atau Rahyang Tamperan).

Di sisi lain, Sanjaya mendirikan Kerajaan Medang dan menjadi sebagai Raja yang pertama yang memerintah di [[Medang|Kerajaan Medang]] pada sekitar tahun 732-746. Sanjaya disebut nama yang lain, yakni [[Sanjaya dari Mataram]]. Dia bergelar '''Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya'''.

== Mendirikan Kerajaan Medang ==
Dalam [[prasasti Mantyasih]] yang dikeluarkan [[Dyah Balitung|Maharaja Dyah Balitung]] tahun [[907]], nama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya tertulis pada urutan pertama dari para raja yang pernah memerintah [[Kerajaan Medang]].

Sanjaya sendiri mengeluarkan [[prasasti Canggal]] tanggal [[6 Oktober]] [[732]] yang berisi tentang pendirian sebuah ''lingga'' serta bangunan candi untuk memuja [[Siwa]] di atas sebuah bukit. Candi tersebut kini hanya tinggal puing-puing reruntuhannya saja, yang ditemukan di atas Gunung Wukir, dekat [[Dataran Kedu|Kedu]].

Prasasti Canggal juga mengisahkan bahwa, sebelum Sanjaya bertakhta sudah ada raja lain bernama [[Sanna]] yang memerintah [[Pulau Jawa]] dengan adil dan bijaksana. Setelah Sanna meninggal dunia karena gugur diserang musuh, keadaan menjadi kacau. Sanjaya putra Sannaha (saudara perempuan Sanna) kemudian tampil sebagai raja. Dengan gagah berani ia menaklukkan raja-raja lain di sekitarnya, sehingga Pulau Jawa kembali tentram.

Prasasti Canggal ternyata tidak menyebutkan nama kerajaan yang dipimpin Sanna dan Sanjaya. Sementara itu, [[prasasti Mantyasih]] menyebut Sanjaya sebagai raja pertama Kerajaan Medang yang terletak di Pohpitu. Adapun nama Sanna sama sekali tidak disebut dalam prasasti tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa Sanna bukanlah raja Medang. Dengan kata lain, Sanjaya memang mewarisi takhta Sanna namun mendirikan sebuah kerajaan baru yang berbeda dari sebelumnya. Kisah ini mirip dengan kejadian pada akhir abad ke-13, yaitu [[Raden Wijaya]] mewarisi takhta [[Kertanagara]] raja terakhir [[Singhasari]], tetapi ia mendirikan sebuah kerajaan baru bernama [[Majapahit]].
Pada zaman Kerajaan Medang terdapat suatu tradisi mencantumkan jabatan lama di samping gelar sebagai [[maharaja]]. Misalnya, raja yang mengeluarkan [[prasasti Mantyasih]] ([[907]]) adalah [[Dyah Balitung|Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambhu]]. Itu artinya, jabatan lama Dyah Balitung sebelum menjadi raja Medang adalah sebagai kepala daerah Watukura.

Sementara itu, gelar Sanjaya sebagai raja adalah ''Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya''. Dapat diperkirakan ketika Sanna masih berkuasa, Sanjaya bertindak sebagai kepala daerah [[Mataram]] (daerah [[Yogyakarta]] sekarang). Disebutkan pula dalam prasasti Mantyasih bahwa Sanjaya adalah raja pertama yang bertakhta di Kerajaan Medang yang terletak di Pohpitu (‘’rahyangta rumuhun i Medang i Pohpitu’’). Dengan demikian, Pohpitu adalah ibu kota Kerajaan Medang yang dibangun oleh Sanjaya, tetapi di mana letaknya belum bisa dipastikan sampai saat ini.

Kapan tepatnya Kerajaan Medang berdiri tidak diketahui dengan pasti. Seorang keturunan Sanjaya bernama [[Mpu Daksa|Daksottama]] memperkenalkan pemakaian ''[[Sanjayawarsa]]'' atau “[[kalender Sanjaya]]” dalam prasasti-prasastinya, antara lain [[prasasti Taji Gunung]] tahun [[910]], [[prasasti Timbangan Wungkal]] tahun [[913]], [[Prasasti Tulang Er]] tahun (914 M) dan [[prasasti Tihang]] tahun [[914]]. Menurut analisis para sejarawan, tahun 1 Sanjaya bertepatan dengan tahun [[716]] Masehi dan besar kemungkinan itu adalah tahun di mana Sanjaya berhasil mendapatkan kembali takhta warisan Sanna. Nama Sanjaya juga dapat kita jumpai pula dalam [[Prasasti Pupus]] yang ditemukan di daerah [[Semarang]] pada tahun 822 (900 M). Dalam [[Prasasti Pupus]] ini disebutkan bahwa [[Sanjaya]] telah meninggal atau Rahyangta.

== Hubungan dengan Rakai Panangkaran ==
Menurut [[prasasti Mantyasih]], Sanjaya digantikan oleh [[Maharaja]] [[Rakai Panangkaran]] sebagai raja Medang berikutnya. Raja kedua ini mendirikan sebuah bangunan [[Buddha]], yang kini dikenal sebagai [[Candi Kalasan]], atas permohonan para guru raja Sailendra tahun [[778]]. Berdasarkan berita tersebut, muncul beberapa teori tentang hubungan Sanjaya dengan Rakai Panangkaran.

Teori pertama dipelopori oleh van Naerssen menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya yang beragama [[Hindu]]. Ia dikalahkan oleh [[Wangsa Sailendra]] yang beragama [[Buddha]]. Jadi, pembangunan Candi Kalasan ialah atas perintah raja Sailendra terhadap Rakai Panangkaran yang menjadi bawahannya.

Teori kedua dipelopori oleh Porbatjaraka yang menyebutkan bahwa, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya, dan mereka berdua merupakan anggota Wangsa Sailendra. Dengan kata lain, [[Wangsa Sanjaya]] tidak pernah ada karena tidak pernah tertulis dalam prasasti apa pun. Menurut teori ini, Rakai Panangkaran pindah agama menjadi penganut [[Buddha]] atas perintah Sanjaya sebelum meninggal. Jadi, yang dimaksud dengan istilah “para guru raja Sailendra” dalam [[prasasti Kalasan]] tidak lain adalah para guru Rakai Panangkaran sendiri.

Teori ketiga dipelopori oleh [[Slamet Muljana]] bertentangan dengan kedua teori di atas. Menurutnya, Rakai Panangkaran bukan putra Sanjaya, melainkan anggota [[Wangsa Sailendra]] yang berhasil merebut takhta [[Kerajaan Medang]] dan mengalahkan Wangsa Sanjaya. Teori ini didasarkan pada daftar para raja dalam prasasti Mantyasih di mana hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu, sedangkan para penggantinya tiba-tiba begelar Maharaja. Selain itu, Rakai Panangkaran tidak mungkin berstatus sebagai raja bawahan, karena ia dipuji sebagai ''Sailendrawangsatilaka'' (permata Wangsa Sailendra) dalam prasasti Kalasan. Alasan lainnya ialah, dalam prasasti Mantyasih Rakai Panangkaran bergelar maharaja, sehingga tidak mungkin kalau ia hanya seorang bawahan.

Jadi, menurut teori pertama dan kedua, Rakai Panangkaran adalah putra Sanjaya. Sedangkan menurut teori ketiga, Rakai Panangkaran adalah musuh yang berhasil mengalahkan Sanjaya.

Sementara itu menurut teori pertama, Rakai Panangkaran adalah bawahan raja Sailendra. Sedangkan menurut teori kedua dan ketiga, Rakai Panangkaran adalah raja Sailendra itu sendiri.

Akan tetapi, dengan ditemukannya [[prasasti Wanua Tengah III]], maka misteri hubungan antara Rakai Panangkaran dengan Sanjaya telah menemukan titik terang. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh [[Dyah Balitung|Maharaja Dyah Balitung]] tahun [[908]] Masehi juga menyebutkan daftar raja-raja Kerajaan Medang seperti [[prasasti Mantyasih]] tahun [[907]]. Dalam prasasti Wanua Tengah III disebutkan bahwa Rakai Panangkaran adalah anak dari Rahyangta i Hara, sedangkan Rahyangta i Hara adalah adik dari Rahyangta i Medang.

Jika dalam prasasti Mantyasih disebutkan bahwa Sanjaya adalah raja pertama Kerajaan Medang, maka dapat diduga bahwa Rahyangta i Medang dalam prasasti Wanua Tengah III tidak lain adalah Sanjaya itu sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Rakai Panangkaran merupakan keponakan dari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Prasasti Wanua Tengah III juga menyebutkan awal mula Rakai Panangkaran naik takhta, yaitu pada [[7 Oktober]] [[746]]. Jika demikian, dapat disimpulkan pula bahwa pada tahun 746 itulah pemerintahan Sanjaya berakhir.

== Sanjaya Raja Tanah Jawa ==

* Sanjaya bergelar Sri Maharaja Harisdarma Bimaparakrama sebagai raja kedua yang memerintahkan Kerajaan Sunda pada tahun 723 - 732 M.
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|[[Raja Sunda Ke-1]]|jabatan=[[Kerajaan Sunda|Raja Sunda ke-2]]|pendahulu=[[Tarusbawa]]|pengganti=[[Tamperan Barmawijaya]]|tahun=[[723]]–[[732]]}}
{{kotak selesai}}

* Sanjaya bergelar Prabu Maheswara Sarwajitastru Yupapurnajaya sebagai raja kelima yang memerintahkan Kerajaan Galuh pada tahun 747 - (?) M.
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|[[Raja Galuh Ke-5]]|jabatan=[[Kerajaan Galuh|Raja Galuh ke-5]]|pendahulu=[[Purbasora]]|pengganti=[[Premana Dikusuma]]|tahun=[[723]]–[[732]]}}
{{kotak selesai}}

* Sanjaya sebagai raja kelima yang memerintahkan Kerajaan Kalingga pada tahun 732 - (?) M.{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|[[Raja Kalingga]]|jabatan=[[Kerajaan Kalingga|Raja Kalingga ke(?)]]|pendahulu=[[Sena]]|pengganti=[[???]]|tahun=[[732]]–[[(?)]]}}
{{kotak selesai}}

* Sanjaya bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya sebagai pendiri Kerajaan Medang yang memerintah pada tahun 732 - 746 M.
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|[[Raja Medang ke-1]]|jabatan=[[Kerajaan Medang|Raja Medang ke-1]]|pendahulu=[[-]]|pengganti=[[Rakai Panangkaran]]|tahun=[[732]]–[[746]]}}
{{kotak selesai}}

== Referensi ==

* Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
* Supratikno Rahardjo. 2002. ‘’Peradaban Jawa: dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir’’. Depok: Komunitas Bambu.
* Seri Biografi Tokoh - Abhesiva.id https://abhiseva.id/rahyang-sanjaya-penerus-takhta-kerajaan-sunda/

[[Kategori:Wangsa Sailendra]]
[[Kategori:Raja Sunda]]
[[Kategori:Raja Galuh]]
[[Kategori:Raja Medang]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Galuh]]
[[Kategori:Tokoh Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Sunda]]
[[Kategori:Kerajaan Galuh]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]

Revisi terkini sejak 8 September 2023 23.55

Mengalihkan ke: