Barlian: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 63: | Baris 63: | ||
Penghargaan : |
Penghargaan : |
||
Satyalantjana Kesetiaan |
|||
1 Oktober 1953, ttd. Djuanda |
1 Oktober 1953, ttd. Djuanda |
||
Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia |
|||
5 Oktober 1954, ttd. Mr. Ali Sastroamidjojo |
5 Oktober 1954, ttd. Mr. Ali Sastroamidjojo |
||
Tanda Djasa Pahlawan Perdjoangan Gerilja |
|||
17 Agustus 1958, ttd. Soekarno |
17 Agustus 1958, ttd. Soekarno |
||
Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kesatu |
|||
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda |
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda |
||
Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kedua |
|||
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda |
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda |
||
Anggota Dewan Kehormatan Corps Sriwidjaja |
|||
5 Maret 1967, ttd. Makmun Murod |
5 Maret 1967, ttd. Makmun Murod |
||
Piagam Penghargaan Komando Daerah Militer II/SWJ |
|||
13 Februari 2023, ttd. Hilman Hadi, SIP.MBA.MHan. |
13 Februari 2023, ttd. Hilman Hadi, SIP.MBA.MHan. |
||
Setelah pensiun di usia yang sangat yaitu muda 37 tahun, Barlian bergiat di bidang sosial dan kemasyarakatan antara lain menjadi : |
Setelah pensiun di usia yang sangat yaitu muda 37 tahun, Barlian bergiat di bidang sosial dan kemasyarakatan antara lain menjadi : |
||
- Anggota MPRS |
- Anggota MPRS |
||
- Pimpinan Pusat Partai IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) |
- Pimpinan Pusat Partai IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) |
||
Baris 85: | Baris 88: | ||
- Wakil Ketua PMI (Palang Merah Indonesia) DKI |
- Wakil Ketua PMI (Palang Merah Indonesia) DKI |
||
- Pembina Masjid Cut Meutia, Menteng Jakarta. |
- Pembina Masjid Cut Meutia, Menteng Jakarta. |
||
Disamping beliau sebagai Direktur Utama PT Pelita Upaya, joint venture dengan Jepang antara lain dibidang pengadaan dan eksportir aspal Buton. |
Disamping beliau sebagai Direktur Utama PT Pelita Upaya, joint venture dengan Jepang antara lain dibidang pengadaan dan eksportir aspal Buton. |
||
Pada tahun 1973, Barlian dan Suwela menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Keluarga Barlian menghabiskan waktunya di kediamannya di Jalan Tanjung, Menteng Jakarta Pusat. |
Pada tahun 1973, Barlian dan Suwela menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Keluarga Barlian menghabiskan waktunya di kediamannya di Jalan Tanjung, Menteng Jakarta Pusat. |
||
Kematian : |
Kematian : |
||
Barlian meninggal bersama istrinya Suwela Bachsir pada tanggal 24 September 1975 dalam [[Garuda Indonesia Penerbangan 150|kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang]] dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatra Selatan. |
Barlian meninggal bersama istrinya Suwela Bachsir pada tanggal 24 September 1975 dalam [[Garuda Indonesia Penerbangan 150|kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang]] dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatra Selatan. |
||
Revisi per 18 September 2023 15.39
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. Masalah khususnya adalah: Butuh wikifikasi |
Barlian | |
---|---|
Panglima Kodam IV/Sriwijaya | |
Masa jabatan 2 Juli 1956 – 31 Desember 1958 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Tanjung Sakti, Lahat, Sumatra Selatan, Hindia Belanda | 23 Juli 1922
Meninggal | 24 September 1975 Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia | (umur 53)
Sebab kematian | Kecelakaan Pesawat Terbang |
Makam | TMP Ksatria Ksetra Siguntang, Kota Palembang, Sumatra Selatan |
Almamater | Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (1951—1952) |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang |
|
Masa dinas | 1944—1958 |
Pangkat | Kolonel TNI |
NRP | 13574 |
Satuan | Infanteri |
Komando | |
Pertempuran/perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Kolonel. Inf. (Purn). H. Barlian Bin Senapi (23 Juli 1922 – 24 September 1975) adalah salah satu mantan Panglima Kodam IV / Sriwijaya sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.
Ia pernah terlibat dalam awal pembentukan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).[1]
Masa kecil dan pendidikan
Ayahnya bernama H. Senapi bin Anggur (1890-1969) dan ibunya Hj. Renimpan binti Kenadjib (1889-1985). Barlian merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara, lahir di Tanjung Sakti, Lahat, Sumatra Selatan pada tanggal 23 Juli 1922. Tanjung Sakti sendiri adalah desa kecamatan yang indah dikelilingi perbukitan yang menghijau. Letaknya sekitar 10 km dari Kota Pagaralam di kaki Gunung Dempo.
Tahun 1929, Barlian dan kakaknya yang bernama Ramli, diantar oleh ayah mereka H.Senapi ke Bengkulu. Waktu itu Barlian baru berumur 7 tahun dan kakaknya berumur 12 tahun. Mereka berdua tinggal dirumah teman ayahnya yang bernama Demang Toha dan dimasukkan ke Sekolah HIS (Hollands Indlandsche School), tamat tahun 1937.
Setamat dari HIS, Barlian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Malang dan tamat pada tahun 1941. Kemudian ke Sekolah Dagang Menengah (Handels Collegium Douwes Dekker) di Bandung tahun 1942, tetapi tidak melanjutkan karena Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya) pecah.
Barlian juga mengikuti Sekolah Latihan Pegawai (Shonan Koa Kunrenzjo) di Singapore tahun 1942. Kemudian bekerja di Kantor Residen Bengkulu sebagai Calon Wedana pada tahun 1943. [2]
Karier militer
Pada bulan Maret 1943, Jepang berusaha membentuk satuan militer yang dipimpin oleh orang-orang pribumi. Satuan militer pribumi itu dibentuk karena situasi Perang Pasifik menjadi semakin gawat. Tentara Sekutu telah mulai melancarkan serangan balasannya terhadap Tentara Jepang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Tentara Sekutu akan menyerbu Indonesia.
Selain itu, Jepang tidak mungkin lagi menambah jumlah tentaranya dengan orang-orang Jepang karena personilnya sudah disebar ke seluruh wilayah Asia Pasifik, maka dari itu Pemerintahan Militer Jepang di Sumatra memutuskan membentuk Giyugun (Tentara Sukarela) dan kesempatan itu pun segera diambil oleh Barlian.
Dan Barlian pun beserta para pemuda dari Sumatra Selatan yang telah lulus seleksi pendaftaran Giyugun di daerah masing-masing dikirim ke Kota Pagaralam, Sumatra Selatan untuk mengikuti pendidikan militer di Giyugun Kanbu Kyoiku dari tanggal 12 Desember 1943 sampai dengan bulan April 1944. Selulusnya dari sana, Barlian memperoleh pangkat Giyu-Shoi (Letnan Dua) dan bertugas menjadi Komandan Seksi Mortir hingga Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Pasca proklamasi kemerdekaan, Barlian bergabung kedalam BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kelak menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) sebagai Ketua BKR di Bengkulu dan tidak lama kemudian saat BKR berganti nama menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) maka Barlian menjadi Komandan TKR Karesidenan Bengkulu dengan pangkat Mayor hingga pada puncaknya menjadi Panglima KDM IV/Sriwijaya periode 1956—1958 dengan pangkat Kolonel serta pensiun pada tanggal 31 Desember 1958.
Riwayat Jabatan Militer
- Komandan Seksi Mortir pada Kompi Giyugun Lahat, Sumatra Selatan (1944—1945).
- Ketua BKR Karesidenan Bengkulu (1945). Sempat disergap dan ditawan oleh pasukan Jepang +/- 2 minggu bersama pemuda-pemuda lain.
- Komandan TKR Karesidenan Bengkulu (1945—1946).
- Komandan Resimen I Divisi Garuda I Sub Komandemen Sumatra Selatan di Bengkulu (1946).
- Komandan Divisi Garuda I Sub Komandemen Sumatra Selatan (1946—1947), membawahi resimen Bengkulu, Lahat, Baturaja dan Lampung.
- Kepala Staf Umum Divisi Garuda VIII Sumatra Selatan (1947—1948), termasuk Jambi, Lahat dan Lubuk Linggau. Menghadapi Clash ke-1.
- Komandan Brigade Garuda Emas / Sub Teritorium Bengkulu (1947—1949), setelah Divisi Garuda dijadikan Sub Komando Sumatra Selatan (SUBKOSS). Menghadapi Clash ke-2.
- Gubernur Daerah Militer Istimewa Sumatra Selatan untuk wilayah Bengkulu (1948—1949).
- Pamen Dpb Markas Besar Komando Sumatra (1949—1950).
- Wakil Kepala Staf Logistik Markas Besar Angkatan Darat (MBAD), Jakarta (1950).
- Direktur Dinas Usaha Tentara MBAD, sorenya mengikuti kuliah Sosial Ekonomi pada Universitas Akademi Nasional (1950-1951).
- Perwira Siswa di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung, Jawa Barat (1951—1952).
- Sekretaris Logistik Gabungan Kepala Staf (GKS) pada Kementerian Pertahanan (1953—1954).
- Wakil Asisten Perbendaharaan Kepala Staf Angkatan Darat (1954—1955).
- Nonaktif sebagai anggota Tentara dikarenakan atas kesanggupan sendiri untuk menjadi Calon Anggota DPR dan Konstituante dari Partai Ikatan Pembela Kemerdekaan Indonesia (IPKI) cabang Sumatra Selatan (1955—1956).
- Kepala Staf Kodam IV / Sriwijaya (1956).
- Panglima Kodam IV / Sriwijaya (1956—1958).
- Pensiun dini dengan pangkat Kolonel terhitung tanggal 31 Desember 1958.
Kepangkatan
- Giyu Shoi (1944—1945).
- Mayor Inf (1945—1946).
- Letnan Kolonel Inf (1946).
- Kolonel Inf (1946—1948).
- Letnan Kolonel Inf (1948—1950) *Mengalami penurunan pangkat karena adanya kebijakan Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi) TNI.
- Mayor Inf (1950—1955) * Mengalami penurunan pangkat karena adanya kebijakan rasionalisasi khusus terhadap bekas-bekas Letkol dan kolonel di Sumatra.
- Nonaktif sebagai Perwira Militer (1955—1956).
- Letnan Kolonel Inf (1956—1958).
- Kolonel Inf (1958).
Kehidupan Pribadi
Pada 15 Juni 1946 Barlian menikah dengan Suwela, yang lahir di Manna, Bengkulu Selatan pada 14 Agustus 1928. Suwela merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara, anak dari pasangan Demang Bachsir bin Abdul Haris (1898-1950, menjabat sebagai Bupati Bengkulu Selatan periode 1948-1950) dan Hj. Halimah binti Tubagus Hasbullah Sastraatmadja (1902-1986). Barlian dan Suwela dikaruniai 10 orang anak yaitu: Poppy Ferial, Emir Feisal, Syah Rizal, Lydia Leili, Riza Ridwan, Dina Emeralda, Delia Devi, Mona Magnolia, Fil Athur dan Fathir Haris.
Penghargaan :
Satyalantjana Kesetiaan
1 Oktober 1953, ttd. Djuanda
Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
5 Oktober 1954, ttd. Mr. Ali Sastroamidjojo
Tanda Djasa Pahlawan Perdjoangan Gerilja
17 Agustus 1958, ttd. Soekarno
Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kesatu
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda
Satyalantjana Peristiwa Perang Kemerdekaan kedua
17 Agustus 1958, ttd. Djuanda
Anggota Dewan Kehormatan Corps Sriwidjaja
5 Maret 1967, ttd. Makmun Murod
Piagam Penghargaan Komando Daerah Militer II/SWJ
13 Februari 2023, ttd. Hilman Hadi, SIP.MBA.MHan.
Setelah pensiun di usia yang sangat yaitu muda 37 tahun, Barlian bergiat di bidang sosial dan kemasyarakatan antara lain menjadi :
- Anggota MPRS - Pimpinan Pusat Partai IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) - Dewan Kehormatan PDI (Partai Demokrasi Indonesia) - Dewan Kurator PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an) - Wakil Ketua PMI (Palang Merah Indonesia) DKI - Pembina Masjid Cut Meutia, Menteng Jakarta.
Disamping beliau sebagai Direktur Utama PT Pelita Upaya, joint venture dengan Jepang antara lain dibidang pengadaan dan eksportir aspal Buton. Pada tahun 1973, Barlian dan Suwela menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Keluarga Barlian menghabiskan waktunya di kediamannya di Jalan Tanjung, Menteng Jakarta Pusat.
Kematian :
Barlian meninggal bersama istrinya Suwela Bachsir pada tanggal 24 September 1975 dalam kecelakaan pesawat terbang Fokker F28 milik Garuda Indonesia Airways jurusan Jakarta-Palembang dan kemudian mereka dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Jakarta. Akan tetapi pada tahun 1979 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatra Selatan.
Referensi
- ^ http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/17196
- ^ Djarab, Hendarmin (2004). Mendahului Semangat Zaman. Jakarta: Cikal Media. ISBN 979-98908-0-2.