Sawo mentega: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan. |
||
Baris 17: | Baris 17: | ||
Buah alkesah di Indonesia biasanya dimakan begitu saja setelah masak, sebagai buah segar. Namun di banyak tempat di negara lain, daging buah yang mirip dengan [[ubi jalar|ubi kuning]] ini dicampur dengan [[garam]] dan [[lada]], sari [[jeruk]], atau [[mayones]], dan dimakan segar atau setelah sebentar dipanaskan. Buah ini memiliki daging dengan tekstur dan rasa yang mirip dengan ubi rebus atau [[tapai singkong]]. Daging buah kanistel juga kerap dihaluskan dan dijadikan campuran [[es krim]] atau susu kocok (''milkshake'').<ref name="morton">{{aut|Morton, J.}} (1987). [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/canistel.html Canistel.] p. 402–405. In: ''Fruits of warm climates''. Julia F. Morton, Miami, FL.</ref> |
Buah alkesah di Indonesia biasanya dimakan begitu saja setelah masak, sebagai buah segar. Namun di banyak tempat di negara lain, daging buah yang mirip dengan [[ubi jalar|ubi kuning]] ini dicampur dengan [[garam]] dan [[lada]], sari [[jeruk]], atau [[mayones]], dan dimakan segar atau setelah sebentar dipanaskan. Buah ini memiliki daging dengan tekstur dan rasa yang mirip dengan ubi rebus atau [[tapai singkong]]. Daging buah kanistel juga kerap dihaluskan dan dijadikan campuran [[es krim]] atau susu kocok (''milkshake'').<ref name="morton">{{aut|Morton, J.}} (1987). [http://www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/canistel.html Canistel.] p. 402–405. In: ''Fruits of warm climates''. Julia F. Morton, Miami, FL.</ref> |
||
Buah sawo mentega yang kaya gizi kerap dicampurkan ke kue-kue sebagai pengganti [[labu]]: dalam puding, kue dadar (''pancake''), kue pai ‘labu’, dan bahkan juga dijadikan selai untuk mengolesi roti.<ref name="morton"/> |
Buah sawo mentega yang kaya gizi kerap dicampurkan ke kue-kue sebagai pengganti [[labu]]: dalam [[puding]], kue dadar (''pancake''), kue pai ‘labu’, dan bahkan juga dijadikan [[selai]] untuk mengolesi roti.<ref name="morton"/> |
||
Kayunya yang berwarna coklat keabu-abuan hingga kemerah-merahan bertekstur halus, kuat, keras, dan berbobot sedang hingga berat; baik untuk membuat papan atau balok. Di Amerika Tengah, lateksnya disadap untuk campuran getah [[sawo manila]], dijadikan bahan [[permen karet]].<ref name="morton"/> Pohon alkesah sering pula ditanam sebagai peneduh atau penghias taman. |
Kayunya yang berwarna coklat keabu-abuan hingga kemerah-merahan bertekstur halus, kuat, keras, dan berbobot sedang hingga berat; baik untuk membuat papan atau balok. Di Amerika Tengah, lateksnya disadap untuk campuran getah [[sawo manila]], dijadikan bahan [[permen karet]].<ref name="morton"/> Pohon alkesah sering pula ditanam sebagai peneduh atau penghias taman. |
Revisi per 13 Oktober 2023 12.57
Sawo mentega
| |
---|---|
Pouteria campechiana | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 146704277 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Ericales |
Famili | Sapotaceae |
Genus | Pouteria |
Spesies | Pouteria campechiana Baehni |
Tata nama | |
Basionim | Lucuma campechiana (en) |
Sawo mentega, sawo ubi, sawo belanda, alkesah, kanistel, Campoleh, atau Campolay (Pouteria campechiana) adalah sejenis buah dari suku sawo-sawoan (Sapotaceae) yang asalnya dari wilayah Amerika Tengah dan Meksiko bagian selatan.[1] Namun karena manfaatnya, pohon buah ini sekarang telah dibudidayakan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Nama spesiesnya merujuk pada nama kota Campeche di Meksiko, tempat asli tumbuhan ini. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai canistel, egg fruit, atau yellow sapote.
Pemerian botanis
Pohon sawo mentega berukuran sedang, tinggi hingga 30 m; meski kebanyakan hanya mencapai 20 m. Pepagannya berwarna kelabu tua, berusuk halus, mengeluarkan getah susu (lateks) apabila dilukai.[2]
Daun-daun terkumpul di ujung ranting, bundar telur terbalik dan memanjang, agak menyerupai sudip, 6–25 × 2,5–8 cm, meruncing di pangkal dan ujungnya, berwarna hijau berkilap; bertangkai 5–25 cm. Bunga muncul di ketiak daun bagian bawah, tunggal atau mengelompok, bertangkai panjang 5–12 cm, berbilangan-5, hijau keputih-putihan, berbau harum.[2]
Buah buni berbentuk gelendong, bulat telur, bulat telur sungsang, sampai membulat, dengan ujung berparuh, 7,5–12,5 × 2–7,5 cm, berkulit tipis, licin seperti berlilin, kaku, kuning bila masak. Daging buah berwarna kuning, lembap atau agak kering menepung, berbau harum agak samar, manis. Biji besar, coklat mengilat, bentuk bulat telur, panjangnya hingga 5 cm, 1–5 butir dalam tiap buah.[2]
Kegunaan
Buah alkesah di Indonesia biasanya dimakan begitu saja setelah masak, sebagai buah segar. Namun di banyak tempat di negara lain, daging buah yang mirip dengan ubi kuning ini dicampur dengan garam dan lada, sari jeruk, atau mayones, dan dimakan segar atau setelah sebentar dipanaskan. Buah ini memiliki daging dengan tekstur dan rasa yang mirip dengan ubi rebus atau tapai singkong. Daging buah kanistel juga kerap dihaluskan dan dijadikan campuran es krim atau susu kocok (milkshake).[3]
Buah sawo mentega yang kaya gizi kerap dicampurkan ke kue-kue sebagai pengganti labu: dalam puding, kue dadar (pancake), kue pai ‘labu’, dan bahkan juga dijadikan selai untuk mengolesi roti.[3]
Kayunya yang berwarna coklat keabu-abuan hingga kemerah-merahan bertekstur halus, kuat, keras, dan berbobot sedang hingga berat; baik untuk membuat papan atau balok. Di Amerika Tengah, lateksnya disadap untuk campuran getah sawo manila, dijadikan bahan permen karet.[3] Pohon alkesah sering pula ditanam sebagai peneduh atau penghias taman.
Penyebaran
Sawo mentega telah dibudidayakan di banyak negara lain, seperti di Nikaragua, Panama, dan juga Kuba. Dari Kuba, pohon buah ini dibawa ke Filipina pada 1915, dan menyebar ke bagian lain Asia Tenggara. Kanistel juga banyak ditanam di Seychelles. Kini sawo mentega telah diperkebunkan di Filipina dengan hasil yang baik.[4]
Lihat pula
Catatan kaki
- ^ "Pouteria campechiana". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-14. Diakses tanggal 2009-01-29.
- ^ a b c Morton, J.F. (1997). Pouteria campechiana (Kunth) Baehni dalam E.W.M. Verheij and R.E. Coronel (Editors). Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. Seri PROSEA no. 2: 330-332. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
- ^ a b c Morton, J. (1987). Canistel. p. 402–405. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL.
- ^ Morton, J.F. (1991). Pouteria campechiana (PROSEA). Diakses pada 08/02/2022
Pranala luar
- ScienceDirect: Canistel — Pouteria campechiana (Kunth) Baehni, diakses 08/02/22
- POWO: Pouteria campechiana (Kunth) Baehni, diakses 08/02/22
- ICRAF: Lavulu — Pouteria campechiana (Kunth) Baehni, diakses 08/02/22
- FFWeb: Pouteria campechiana (Kunth) Baehni, diakses 08/02/22