Lompat ke isi

Kinco: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
LuthfiRazzaq (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
LuthfiRazzaq (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
=== Asal Usul ===
=== Asal Usul ===
Menurut tuturan orang - orang terdahulu, sebagian mengatakan istilah Kinco berasal dari [[Kota Sawahlunto|Sawahlunau]], dan sebagian lainnya mengatakan bahwa kata Kinco datang dari [[Koto Tangah Batu Ampa, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Paladang]] itu sendiri. <ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite book|last=Zal|first=Moh.|date=1997|title=Bisikan Lima Puluh Kota - 1997|location=Jakarta|publisher=Moh. Zal|pages=58|url-status=live}}</ref>
Menurut tuturan orang - orang terdahulu, sebagian mengatakan istilah Kinco berasal dari [[Kota Sawahlunto|Sawahlunau]], dan sebagian lainnya mengatakan bahwa kata Kinco datang dari [[Koto Tangah Batu Ampa, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Paladang]] itu sendiri. <ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite book|last=Zal|first=Moh.|date=1997|title=Bisikan Lima Puluh Kota - 1997|location=Jakarta|publisher=Moh. Zal|pages=58|url-status=live}}</ref>
[[Berkas:Masjid Raya Piladang 1960an - Luthfi Razzaq & Desmiarti.jpg|kiri|jmpl|'''Lurah Basandiang Dahulu Kala''']]

Arti Kinco didalam bahasa Minangkabau adalah "''Aduk''" atau "''Campur''", atau bisa diarti kan secara harfiah dengan "''Mencampur Adukan suatu hal yang bertolak belakang''".
Arti Kinco didalam bahasa Minangkabau adalah "''Aduk''" atau "''Campur''", atau bisa diarti kan secara harfiah dengan "''Mencampur Adukan suatu hal yang bertolak belakang''".



Menurut cerita masyarakat Paladang, pada zaman dahulu ada seorang lelaki dari Sawahlunau ingin belajar di Jorong Paladang. Ia biasa dipanggil dengan gelar "Mualim" (sebagian mengatakan "Jelamli") Ia menyusuri setiap rumah rumah di sana. Ia sangat kesulitan mencari guru yang bisa mengajarinya ilmu. Lalu ada seorang berkata, "''pergi lah ke desa dibawah sana, Lurah Basandiang...'' " Kata orang asing itu. Lalu Mualin pun pergi ke dusun kecil dilembah yang bernama [[Koto Tangah Batu Ampa, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Lurah Basandiang]]. Bertahun - tahun ia belajar di [[Surau]] disana.<ref name=":1" />[[Berkas:Minangkabau.jpg|jmpl|Orang Minangkabau Jaman Dulu]]Pada suatu hari, ia melihat ada gadis bernama "Ides" sebagian mengatakan "Desi". Mualin pun terpesona dengannya dan sampai lah waktu ia menikah dengan Ides. Setelah mempunyai anak dan sudah remaja, Mualin menjadi kejam dan [[Bodoh|Pandia]] kepada bininya. Naas, talak pun telah terjadi, Mualin bercerai dengan bininya. Tetapi, Mualin tidak rela meninggalkan rumah yang telah ia bangun semenjak dahulu. Lalu ia tetap tinggal di belakang rumah istri nya. <ref name=":2">{{Cite book|last=Jawi|first=Kapalo|date=2018|title=Lurah Sandiang|location=Jakarta|publisher=Angku Jawi|pages=168|url-status=live}}</ref>

Menurut cerita masyarakat Paladang, pada zaman dahulu ada seorang lelaki dari Sawahlunau ingin belajar di Jorong Paladang. Ia biasa dipanggil dengan gelar "Mualim" (sebagian mengatakan "Jelamli") Ia menyusuri setiap rumah rumah di sana. Ia sangat kesulitan mencari guru yang bisa mengajarinya ilmu. Lalu ada seorang berkata, "''pergi lah ke desa dibawah sana, Lurah Basandiang...'' " Kata orang asing itu. Lalu Mualin pun pergi ke dusun kecil dilembah yang bernama [[Koto Tangah Batu Ampa, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Lurah Basandiang]]. Bertahun - tahun ia belajar di [[Surau]] disana.<ref name=":1" />

Pada suatu hari, ia melihat ada gadis bernama "Ides" sebagian mengatakan "Desi". Mualin pun terpesona dengannya dan sampai lah waktu ia menikah dengan Ides. Setelah mempunyai anak dan sudah remaja, Mualin menjadi kejam dan [[Bodoh|Pandia]] kepada bininya. Naas, talak pun telah terjadi, Mualin bercerai dengan bininya. Tetapi, Mualin tidak rela meninggalkan rumah yang telah ia bangun semenjak dahulu. Lalu ia tetap tinggal di belakang rumah istri nya. <ref name=":2">{{Cite book|last=Jawi|first=Kapalo|date=2018|title=Lurah Sandiang|location=Jakarta|publisher=Angku Jawi|pages=168|url-status=live}}</ref>


Warga Basandiang pun miris melihat kelakuan Mualin yang tetap tinggal di Paladang walaupun sudah bercerai. Hingga terbesit dipikiran masyarakat untuk memanggil Mualin sebagai Kinco karena "'''''mencampurkan'''''" antara '''bercerai dan meninggal kan desi''' atau '''tetap dengan harta rumahnya'''. Oleh karena itu, kata" [[Kinco]] terkenal hingga ke pelosok [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] sampai saat ini.<ref name=":2" />
Warga Basandiang pun miris melihat kelakuan Mualin yang tetap tinggal di Paladang walaupun sudah bercerai. Hingga terbesit dipikiran masyarakat untuk memanggil Mualin sebagai Kinco karena "'''''mencampurkan'''''" antara '''bercerai dan meninggal kan desi''' atau '''tetap dengan harta rumahnya'''. Oleh karena itu, kata" [[Kinco]] terkenal hingga ke pelosok [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] sampai saat ini.<ref name=":2" />
Baris 15: Baris 19:
Tokoh sejarah Kinco yang tercatat dalam wawancara:
Tokoh sejarah Kinco yang tercatat dalam wawancara:


- Jalamli Mualim Marajo
- Jalamli Mualim Marajo[[Berkas:Minangkabau.jpg|jmpl|'''Orang Minangkabau Jaman Dulu''']]- Nian
- Nian
- Pakiah
- Pakiah

Revisi per 31 Oktober 2023 06.33

Pasar Paladang dahulu kala

Kinco adalah sebuah panggilan khusus di Lurah Basandiang, Jorong Paladang, bagi orang - orang "Kondua", "Bongak", Dan "Pandia" yang berada di Alam Minangkabau[1] Sumatera Barat.[2] Panggilan Kinco, tidak dibatasi usia, orang tua, pemuda, remaja, atuak - atuak, enek - enek, etek - etek, bahkan anak - anak pun bisa dipanggil dengan sebutan ini. Kata Kinco merebak tenar di Lima Puluh Kota lebih tepat nya Lurah Basandiang, Jorong Paladang, Kenagarian Koto Tangah Batu Hampa.

Sejarah

Asal Usul

Menurut tuturan orang - orang terdahulu, sebagian mengatakan istilah Kinco berasal dari Sawahlunau, dan sebagian lainnya mengatakan bahwa kata Kinco datang dari Paladang itu sendiri. [2][1]

Lurah Basandiang Dahulu Kala

Arti Kinco didalam bahasa Minangkabau adalah "Aduk" atau "Campur", atau bisa diarti kan secara harfiah dengan "Mencampur Adukan suatu hal yang bertolak belakang".


Menurut cerita masyarakat Paladang, pada zaman dahulu ada seorang lelaki dari Sawahlunau ingin belajar di Jorong Paladang. Ia biasa dipanggil dengan gelar "Mualim" (sebagian mengatakan "Jelamli") Ia menyusuri setiap rumah rumah di sana. Ia sangat kesulitan mencari guru yang bisa mengajarinya ilmu. Lalu ada seorang berkata, "pergi lah ke desa dibawah sana, Lurah Basandiang... " Kata orang asing itu. Lalu Mualin pun pergi ke dusun kecil dilembah yang bernama Lurah Basandiang. Bertahun - tahun ia belajar di Surau disana.[1]

Pada suatu hari, ia melihat ada gadis bernama "Ides" sebagian mengatakan "Desi". Mualin pun terpesona dengannya dan sampai lah waktu ia menikah dengan Ides. Setelah mempunyai anak dan sudah remaja, Mualin menjadi kejam dan Pandia kepada bininya. Naas, talak pun telah terjadi, Mualin bercerai dengan bininya. Tetapi, Mualin tidak rela meninggalkan rumah yang telah ia bangun semenjak dahulu. Lalu ia tetap tinggal di belakang rumah istri nya. [3]

Warga Basandiang pun miris melihat kelakuan Mualin yang tetap tinggal di Paladang walaupun sudah bercerai. Hingga terbesit dipikiran masyarakat untuk memanggil Mualin sebagai Kinco karena "mencampurkan" antara bercerai dan meninggal kan desi atau tetap dengan harta rumahnya. Oleh karena itu, kata" Kinco terkenal hingga ke pelosok Minangkabau sampai saat ini.[3]

Tokoh

Tokoh sejarah Kinco yang tercatat dalam wawancara:

- Jalamli Mualim Marajo

Orang Minangkabau Jaman Dulu

- Nian

- Pakiah

- angku jalil

- Rupal arpin sati

- sati Rahal

- aliah

- hisrizal (is)

- darpian

- isna

- nunuang



_


Referensi

  1. ^ a b c Zal, Moh. (1997). Bisikan Lima Puluh Kota - 1997. Jakarta: Moh. Zal. hlm. 58. 
  2. ^ a b Sejarah Piladang - 2010
  3. ^ a b Jawi, Kapalo (2018). Lurah Sandiang. Jakarta: Angku Jawi. hlm. 168.