Vis viva: Perbedaan antara revisi
k menambahkan pranala dalam |
k →Perumusan: memiringkan istilah asing |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
== Perumusan == |
== Perumusan == |
||
Perumusan vis viva dilatarbelakangi oleh pernyataan [[René Descartes]] mengenai pengertian kekekalan momentum. Descartes mengartikan momentum sebagai hasil perkalian antara massa dan kecepatan dalam besaran skalar sekaligus besaran vektor. Pandangan Descartes dikemukakannya pada tahun 1644 karena dugaan atas kemungkinan bahwa Allah menciptakan seluruh materi dengan sejumlah gerakan yang tetap sama yang sifatnya kekal. Dugaan ini kemudian ditanggapi oleh [[Royal Society]] di London. Royal Society menugaskan tiga ilmuwan untuk membuktikan pernyataan tersebut. Ketiga ilmuwan ini yakni [[Christiaan Huygens]], [[Christopher Wren]] dan [[John Wallis]]. Ketiganya kemudian menetapkan bahwa momentum merupakan besaran vektor yang diperoleh melalui perkalian antara massa dan kecepatan. Namun momentum kemudian direkomendasikan menjadi besaran skalar yaitu vis viva.<ref>{{Cite book|last=van Klinken|first=Gerry|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Revolusi_fisika_dari_alam_gaib_ke_alam_n/tWbewRFQ6c8C?hl=id&gbpv=1&dq=vis+viva&pg=PA63&printsec=frontcover|title=Revolusi Fisika: Dari Alam Gaib ke Alam Nyata|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=979-91-0020-8|pages=63|url-status=live}}</ref> |
Perumusan ''vis viva'' dilatarbelakangi oleh pernyataan [[René Descartes]] mengenai pengertian kekekalan momentum. Descartes mengartikan momentum sebagai hasil perkalian antara massa dan kecepatan dalam besaran skalar sekaligus besaran vektor. Pandangan Descartes dikemukakannya pada tahun 1644 karena dugaan atas kemungkinan bahwa Allah menciptakan seluruh materi dengan sejumlah gerakan yang tetap sama yang sifatnya kekal. Dugaan ini kemudian ditanggapi oleh [[Royal Society]] di London. Royal Society menugaskan tiga ilmuwan untuk membuktikan pernyataan tersebut. Ketiga ilmuwan ini yakni [[Christiaan Huygens]], [[Christopher Wren]] dan [[John Wallis]]. Ketiganya kemudian menetapkan bahwa momentum merupakan besaran vektor yang diperoleh melalui perkalian antara massa dan kecepatan. Namun momentum kemudian direkomendasikan menjadi besaran skalar yaitu ''vis viva''.<ref>{{Cite book|last=van Klinken|first=Gerry|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Revolusi_fisika_dari_alam_gaib_ke_alam_n/tWbewRFQ6c8C?hl=id&gbpv=1&dq=vis+viva&pg=PA63&printsec=frontcover|title=Revolusi Fisika: Dari Alam Gaib ke Alam Nyata|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=979-91-0020-8|pages=63|url-status=live}}</ref> |
||
Istilah vis viva kemudian dikembangkan bersama oleh Leibniz dan [[Johann Bernoulli]] untuk menetapkan rumus energi kinetik dalam [[mekanika klasik]]. Dalam perumusannya, energi kinetik dinyatakan sebagai hasil perkalian antara massa kali percepatan kuadrat.<ref name=":0">{{Cite book|last=Hamdi|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Energi_Terbarukan/fLJADwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=vis+viva&pg=PA35&printsec=frontcover|title=Energi Terbarukan|location=Jakarta|publisher=Kencana|isbn=978-602-422-099-0|pages=35|url-status=live}}</ref> |
Istilah ''vis viva'' kemudian dikembangkan bersama oleh Leibniz dan [[Johann Bernoulli]] untuk menetapkan rumus energi kinetik dalam [[mekanika klasik]]. Dalam perumusannya, energi kinetik dinyatakan sebagai hasil perkalian antara massa kali percepatan kuadrat.<ref name=":0">{{Cite book|last=Hamdi|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Energi_Terbarukan/fLJADwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=vis+viva&pg=PA35&printsec=frontcover|title=Energi Terbarukan|location=Jakarta|publisher=Kencana|isbn=978-602-422-099-0|pages=35|url-status=live}}</ref> |
||
== Pengembangan == |
== Pengembangan == |
Revisi terkini sejak 6 November 2023 04.56
Vis viva adalah sebuah istilah yang diperkenalkan dan digunakan oleh Gottfried Leibniz untuk menjelaskan mengenai momentum. Dalam pengembangan perumusannya oleh Leibniz dan Johann Bernoulli, vis viva diartikan sebagai hasil perkalian antara massa kali percepatan kuadrat. Rumus vis viva kemudian dikembangkan oleh Émilie du Châtelet sehingga diperoleh rumus energi kinetik.
Penggunaan istilah
[sunting | sunting sumber]Istilah "Vis viva" pertama kali diperkenalkan oleh Gottfried Leibniz (1646–1716) pada tahun 1686. Arti dari vis viva adalah kekuatan yang ada.[1]
Perumusan
[sunting | sunting sumber]Perumusan vis viva dilatarbelakangi oleh pernyataan René Descartes mengenai pengertian kekekalan momentum. Descartes mengartikan momentum sebagai hasil perkalian antara massa dan kecepatan dalam besaran skalar sekaligus besaran vektor. Pandangan Descartes dikemukakannya pada tahun 1644 karena dugaan atas kemungkinan bahwa Allah menciptakan seluruh materi dengan sejumlah gerakan yang tetap sama yang sifatnya kekal. Dugaan ini kemudian ditanggapi oleh Royal Society di London. Royal Society menugaskan tiga ilmuwan untuk membuktikan pernyataan tersebut. Ketiga ilmuwan ini yakni Christiaan Huygens, Christopher Wren dan John Wallis. Ketiganya kemudian menetapkan bahwa momentum merupakan besaran vektor yang diperoleh melalui perkalian antara massa dan kecepatan. Namun momentum kemudian direkomendasikan menjadi besaran skalar yaitu vis viva.[2]
Istilah vis viva kemudian dikembangkan bersama oleh Leibniz dan Johann Bernoulli untuk menetapkan rumus energi kinetik dalam mekanika klasik. Dalam perumusannya, energi kinetik dinyatakan sebagai hasil perkalian antara massa kali percepatan kuadrat.[3]
Pengembangan
[sunting | sunting sumber]Willem Gravesande mencoba membuktikan perumusan vis viva sebagai energi kinetik oleh Leibniz dan Bernoulli. Pembuktiannya melalui percobaan penjatuhan benda-benda ke blok tanah liat pada beragam ketinggian. Hasilnya ialah adanya perbandingan lurus antara kuadrat kecepatan dengan kedalaman blok tanah liat. Dari percobaan ini, Émilie du Châtelet membuat sebuah penjelasan yang kemudian merumuskan energi kinetik. Émilie menghasilkan rumusan energi kinetik sebagai perkalian seperdua dari nilai perkalian massa dengan kuadrat kecepatan.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Challoner, Jack (2000). Harahap, Ayu B., ed. Jendela IPTEK: Energi. Diterjemahkan oleh Mujiyanto, Januarius. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 16. ISBN 979-666-113-6.
- ^ van Klinken, Gerry (2004). Revolusi Fisika: Dari Alam Gaib ke Alam Nyata. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 63. ISBN 979-91-0020-8.
- ^ a b Hamdi (2016). Energi Terbarukan. Jakarta: Kencana. hlm. 35. ISBN 978-602-422-099-0.