Lompat ke isi

Pembicaraan Portal:Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k ←Membatalkan revisi 2502694 oleh 202.93.36.78 (Bicara)
Baris 1: Baris 1:
==Silahkan==
Kebudayaan dalam Promosi Pariwisata
Oleh Nirwondo el Naan


ADA semacam kecenderungan pada kepariwisataan kita kebudayaan hanya menjadi komoditas belaka. Lantas yang muncul adalah pertanyaan apakah kebudayaan yang ada layak jual atau tidak? Apakah ia akan mampu menarik wisatawan atau tidak? Dan dari sektor pariwisata, mungkinkah mendatangkan keuntungan? Tidak ada usaha penggalian pada nilai-nilai sejarah kebudayaan sebagai hasil dari proses peradaban manusia. Misalnya, melalui kaderisasi dan pengenalan produk kebudayaan kepada generasi muda kita. Yang terjadi kemudian para generasi muda tidak mengenal dan bersikap masa bodoh dengan kebudayaan lokal yang ada, yang mungkin telah berkembang sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun silam.
Di Kabupaten Semarang, misalnya, sekadar untuk menyebut beberapa contoh, ada seni tari Prajuritan, kesenian Balajad dari desa Genting, sendratari Gedongsongo, Sedekah Rawa Pening (ritual yang merupakan daya tarik wisata karena selain prosesi ritual itu sendiri menarik, juga melibatkan banyak atraksi kesenian daerah) juga kesenian Kuda Debog dari dusun Keji yang sekarang mulai dihidupkan kembali.
Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat adalah modal sosial yang sangat signifikan untuk pengembangan daerah, dan jika dikelola dengan baik, kebudayaan yang merupakan hasil dari proses peradaban manusia akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pula terhadap perkembangan daerah.
Sayangnya, dari beberapa contoh yang disebutkan di atas, baru tari Prajuritan yang mulai dikenal masyarakat luas. Pada wilayah pendidikan juga sudah diperkenalkan melalui kurikulum muatan lokal di beberapa sekolah di Kabupaten Semarang. Sementara di tingkat pelaku budaya masyarakat lokal untuk mengaktualisasikan kebudayaan-kebudayaan yang ada terbentur oleh minimnya fasilitas dan sumber dana.
Pada sektor pariwisata komodifikasi budaya tidak bisa dihindari dan telah menyentuh langsung pada nilai-nilai kebudayaan yang ada, terutama jika melibatkan langsung berbagai macam simbol maupun atraksi kebudayaan. Komodifikasi ini tidak hanya dilakukan oleh para pelaku industri pariwisata saja, tetapi juga oleh masyarakat pelaku kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan beserta warisan-warisannya adalah modal dalam mengembangkan pariwisata budaya karena wisatawan dapat mengonsumsinya sebagai obyek dan daya tarik pariwisata. Mereka akan melakukan hubungan langsung dengan masyarakat lokal beserta hasil-hasil kebudayaannya untuk melakukan apresiasi bahkan pertukaran budaya.
Tentu saja harus dengan pengelolaan yang baik supaya tidak terjadi distorsi kebudayaan yang dimanfaatkan semata-mata untuk kepentingan pariwisata. Pengerjaannya dengan mengonstruksi dan menemukan kembali warisan budaya melalui pengepakan budaya, konservasi dan revitalisasi budaya yang melibatkan pemerintah daerah, seniman, budayawan dan masyarakat lokal pada proses reaktualisasi budaya supaya tidak mementingkan nilai ekonomis semata, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai warisan budaya yang ada. Bantuan pendanaan dari pemerintah sangat diperlukan untuk penambahan fasilitas maupun biaya perawatan peralatan yang telah ada. Perlu diingat dalam pengembangan kepariwisataan yang harus dikerjakan adalah membantu keberlangsungan kebudayaan lokal, apalagi ditengah ketergagapan kebudayaan global seperti sekarang. Dan yang paling penting untuk mencegah klaim oleh negara lain atas produk-produk kebudayaan daerah yang kita punyai.
Harus dilakukan komunikasi antara masyarakat pelaku kebudayaan dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan informasi tentang produk-produk budaya. Selanjutnya dilakukan pendataan dan pembuatan peta perjalanan serta obyek-obyek yang menjadi tempat tujuan wisata yang bisa bermanfaat bagi wisatawan maupun masyarakat setempat.


Nirwondo el Naan, pemerhati budaya, tinggal di Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia.


Biodata


Nirwondo el Naan, lahir di Brebes 23 Maret 1979. Menulis puisi, cerpen dan esai seni budaya. Tulisan-tulisannya dipublikasikan di Brebes Pos (1999), Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos dan Kedaulatan Rakyat. Pendiri dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kabupaten Semarang. Sekarang tinggal di Omah Ireng, Krajan Rt.02/02 Kelurahan Beji, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519.








Menggagas Wisata Budaya di Kabupaten Semarang
Oleh Nirwondo el Naan


Pada Juni lalu di Desa Derekan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang ditemukan sebuah petirtaan (pemandian) air hangat yang diperkirakan berasal dari abad VIII pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya. Kini situs purbakala tersebut telah menjadi salah satu obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Semarang. Para wisatawan baik lokal maupun asing sudah banyak yang berkunjung kesana.
Belum jelas apa fungsi dari pemandian itu. Namun diprediksi tempat tersebut sebagai area bersuci sebelum memasuki kawasan Candi Ngempon yang memang berjarak tidak terlalu jauh dari tempat petirtaan berada. Diperlukan penelusuran sejarah terutama keterangan langsung dari sumber yang dapat dipercaya yang dalam hal ini adalah Komunitas Hindu, karena pada masa pemerintahan Sanjaya agama yang berkembang saat itu adalah Hindu Shiwa.

Warisan Budaya
Jika benar petirtaan tersebut fungsinya adalah untuk bersuci sebelum memasuki kawasan Candi, disamping mungkin juga ada fungsi yang lainnya, berarti ada semacam tradisi penghormatan untuk tempat peribadatan sebelum melakukan ritual keagamaan. Lanskap budaya yang mencakup kombinasi antara nilai-nilai religi dan budaya yang memperlihatkan interaksi yang signifikan antara manusia dan Tuhan, praktek budaya yang sekarang perlu dihidupkan kembali karena merupakan warisan budaya yang bernilai tinggi.
Pada sektor pariwisata, apabila praktek budaya ini dapat dimunculkan kembali dan dengan pengelolaan yang baik bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pengerjaannya dengan mengonstruksi dan menemukan kembali warisan budaya untuk kepentingan pariwisata melalui pengepakan budaya, komodifikasi, konservasi dan revitalisasi budaya yang melibatkan Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata, seniman, budayawan dan masyarakat lokal pada proses reaktualisasi budaya supaya tidak mementingkan nilai ekonomis semata, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai warisan budaya yang ada. Perlu diingat dalam pengembangan kepariwisataan yang harus dikerjakan adalah membantu keberlangsungan kebudayaan lokal, apalagi ditengah ketergagapan modernisasi seperti sekarang.
Selama ini kita melihat warisan-warisan budaya hanya pada artefak-artefaknya, atraksi-atraksinya dan segala sesuatu yang hanya bersifat tontonan belaka. Hal ini penting khususnya dari sektor pariwisata, namun kalau hanya sampai disitu maka potensi yang tersimpan pada setiap warisan budaya tidak akan tergali dengan baik dan tidak bisa memberikan sumbangan apa-apa terhadap perkembangan kebudayaan itu sendiri.
Gagasan atau usulan untuk menjadikan kompleks petirtaan ini sebagai kawasan wisata budaya jangan hanya ditempatkan semata-mata dalam perspektif kepariwisataan. Harus ada usaha untuk melakukan penggalian warisan kebudayaan atau tradisi yang mungkin masih tersimpan beratus-ratus tahun yang lalu, sebagai kekayaan lokal dan modal sosial yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk perkembangan daerah. Perlu juga digagas metode pencatatan dan pengajaran tentang sejarah warisan budaya supaya masyarakat setempat dapat mengetahui kekayaan lokal yang ada di daerahnya.
Dengan cara-cara tersebut diharapkan apa yang telah menjadi gagasan untuk menjadikan kawasan petirtaan di Desa Derekan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, sebagai kawasan wisata budaya akan bisa terwujud. Tentu saja didukung oleh masyarakat setempat yang mulai sadar dan bersikap positif dalam memandang warisan budaya sebagai peninggalan masa lampau yang sangat berharga.
Semoga..



Nirwondo el Naan, peminat budaya, tinggal di Ungaran, Jawa Tengah, Indonesia.


Biodata


Nirwondo el Naan, lahir di Brebes 23 Maret 1979. Menulis puisi, cerpen dan esai seni budaya. Tulisan-tulisannya dipublikasikan di Brebes Pos (1999), Suara Merdeka, Wawasan, Solo Pos dan Kedaulatan Rakyat. Pendiri dan Ketua Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Kabupaten Semarang. Sekarang tinggal di Omah Ireng, Krajan Rt.02/02 Kelurahan Beji, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang 50519.






=Silahkan==


Silahkan berpartisipasi untuk memajukan portal ini!.[[Pengguna:Muhraz|...Muhraz...]] ([[Pembicaraan Pengguna:Muhraz|bicara]]) 08:03, 13 September 2008 (UTC)
Silahkan berpartisipasi untuk memajukan portal ini!.[[Pengguna:Muhraz|...Muhraz...]] ([[Pembicaraan Pengguna:Muhraz|bicara]]) 08:03, 13 September 2008 (UTC)

Revisi per 11 September 2009 06.03

Silahkan

Silahkan berpartisipasi untuk memajukan portal ini!....Muhraz... (bicara) 08:03, 13 September 2008 (UTC)

Hello!

Hi! well... I don't speak swedish, but I belive you have two links to the English page of the Indonesian Portal. Maybe you want to fix it...

Fixed.. thx..--•• Jagawana 18:15, 19 Januari 2009 (UTC)