Lompat ke isi

Dara Petak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Elnino18 (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Elnino18 (bicara) ke revisi terakhir oleh Rang Djambak
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1: Baris 1:
'''Dara Petak''' atau '''Dara Pethak''', juga bergelar '''Indreswari''', adalah satu-satunya istri [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]], yang berasal dari luar [[Jawa]].Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.
'''Dara Petak''' ('''Ḍara Pĕṭak,''' '''Dhårå Pethak)''', menurut [[Pararaton]], adalah satu-satunya istri [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]], yang berasal dari luar [[Jawa]]. Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.

Dara Petak hanya disebut namanya dalam satu sumber yang ditulis jauh setelah masa hidupnya, yaitu ''[[Pararaton]]'', ''Kidung Wijaya dan Lawe'', dan ''[[Kidung Harsawijaya]]''. Sumber primer dari jaman Majapahit, baik prasasti-prasasti maupun [[Kakawin Nagarakretagama]], sama sekali tidak menyebut Dara Petak. Oleh karena itu, kebenaran cerita-cerita seputar tokoh ini masih diragukan.
{{infobox royalty
{{infobox royalty
|title = Indreswari
|title = Indreswari
Baris 7: Baris 9:
|spouse = [[Kertarajasa Jayawardhana]]}}
|spouse = [[Kertarajasa Jayawardhana]]}}


== Dara Petak dalam Pararaton ==
== Dara Petak dalam ''Pararaton'' ==
Nama Dara Pethak berarti ''merpati putih''. Ia adalah putri [[Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa]] dari [[Kerajaan Dharmasraya]]. Kerajaan ini terletak di [[Pulau Sumatra]] Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu [[Kerajaan Singhasari]].
Nama Dara Petak berarti ''gadis putih''. Menurut ''[[Pararaton]],'' ia adalah putri dari raja Melayu. Berdasarkan prasasti dari Sumatra, raja yang dimaksud bisa diidentifikasikan dengan [[Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa]] dari [[Kerajaan Dharmasraya]]. Kerajaan ini terletak di [[Pulau Sumatra]] Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu [[Kerajaan Singhasari]].


Menurut ''[[Pararaton]]'', sepuluh hari setelah pengusiran pasukan [[Mongol]] oleh pihak [[Majapahit]], datang pasukan [[Kebo Anabrang]] yang pada tahun 1275 dikirim [[Kertanagara]] menaklukkan [[Pulau Sumatra]]. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama [[Dara Jingga]] dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan [[Kertanagara]].
Sepuluh hari setelah pengusiran pasukan [[Mongol]] oleh pihak [[Majapahit]], datang pasukan [[Kebo Anabrang]] yang pada tahun 1275 dikirim [[Kertanagara]] menaklukkan [[Pulau Sumatra]]. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama [[Dara Jingga]] dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan [[Kertanagara]].


Karena [[Kertanagara]] sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu [[Raden Wijaya]] mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang [[Dara Jingga]] dijodohkan dengan [[Adwayabrahma]], seorang pejabat [[Singhasari]] yang dulu dikirim ke [[Sumatra]] tahun 1286.
Karena [[Kertanagara]] sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu [[Raden Wijaya]] mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang [[Dara Jingga]] dijodohkan dengan [[Adwayabrahma]], seorang pejabat [[Singhasari]] yang dulu dikirim ke [[Sumatra]] tahun 1286.
Baris 16: Baris 18:
Menurut [[kronik Tiongkok]], pasukan [[Mongol]] yang dipimpin [[Ike Mese]] meninggalkan [[Jawa]] tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara [[Raden Wijaya]] dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.
Menurut [[kronik Tiongkok]], pasukan [[Mongol]] yang dipimpin [[Ike Mese]] meninggalkan [[Jawa]] tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara [[Raden Wijaya]] dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.


Walaupun menjadi istri yang terakhir, Dara Petak dinobatkan sebagai ''Stri tinuheng pura'', atau istri yang dituakan di istana. Padahal menurut ''[[Nagarakretagama]]'', [[Raden Wijaya]] sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri [[Kertanagara]].
Dara Petak pandai mengambil hati [[Raden Wijaya]] sehingga ia dijadikan sebagai ''Stri tinuheng pura'', atau istri yang dituakan di istana. Pengangkatan Dara Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu [[Jayanagara]].


Dalam prasasti Kertarajasa (1305), [[Jayanagara]] disebut sebagai putra [[Tribhuwaneswari]] permaisuri utama [[Raden Wijaya]]. Dari berita tersebut dapat diperkirakan [[Jayanagara]] adalah anak kandung Indreswari alias Dara Petak yang kemudian menjadi anak angkat [[Tribhuwaneswari]], sehingga ia dapat menjadi [[putra mahkota]] sebagai calon raja selanjutnya.
Padahal menurut ''[[Nagarakretagama]]'', [[Raden Wijaya]] sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri [[Kertanagara]]. Dalam ''[[Nagarakretagama]]'', ibu [[Jayanagara]] bernama '''Indreswari'''. Sejarawan Slamet Muljana menganggap Indreswari sebagai gelar resmi Dara Petak. Namun, identifikasi ini tidak dapat dipertahankan, karena dalam prasasti Sukhamerta (1296), Adan-Adan (1301), and Warunggahan (1305), [[Jayanagara]] disebut sebagai putra [[Tribhuwaneswari]] permaisuri utama [[Raden Wijaya]]. Secara linguistik, Indreswari lebih mungkin merupakan variasi dari gelar Parameswari, yaitu [[Tribhuwaneswari]], dan tidak bisa diidentifikasi dengan Dara Petak.


== Kepustakaan ==
== Kepustakaan ==
* J.L.A. Brandes. 1896. ''Pararaton'' ''(Ken Angrok) of het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit''. Batavia: Albrecht & Co.
* Boechari. 1985–86. ''Prasasti Koleksi Museum Nasional''. Jakarta.
* Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* Wayan Jarrah Sastrawan. 2021. ''The Precarious Past: Historical Practices in Indic Java''. Ph.D. dissertation. University of Sydney.


[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Melayu Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Bangsawan Minangkabau]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]
[[Kategori:Dinasti Mauli]]

Revisi per 6 Januari 2024 13.44

Dara Petak (Ḍara Pĕṭak, Dhårå Pethak), menurut Pararaton, adalah satu-satunya istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, yang berasal dari luar Jawa. Ia melahirkan seorang putra yang nantinya akan menjadi raja Majapahit kedua menggantikan Raden Wijaya.

Dara Petak hanya disebut namanya dalam satu sumber yang ditulis jauh setelah masa hidupnya, yaitu Pararaton, Kidung Wijaya dan Lawe, dan Kidung Harsawijaya. Sumber primer dari jaman Majapahit, baik prasasti-prasasti maupun Kakawin Nagarakretagama, sama sekali tidak menyebut Dara Petak. Oleh karena itu, kebenaran cerita-cerita seputar tokoh ini masih diragukan.

Dara Petak
Indreswari
PasanganKertarajasa Jayawardhana
KeturunanJayanegara
WangsaMauli (kelahiran)
Rajasa
(pernikahan)
AyahSrimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa

Dara Petak dalam Pararaton

Nama Dara Petak berarti gadis putih. Menurut Pararaton, ia adalah putri dari raja Melayu. Berdasarkan prasasti dari Sumatra, raja yang dimaksud bisa diidentifikasikan dengan Srimat Tribhuwanaraja Mauliawarmadewa dari Kerajaan Dharmasraya. Kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra Minangkabau yang pada tahun 1286 menjadi sekutu Kerajaan Singhasari.

Sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit, datang pasukan Kebo Anabrang yang pada tahun 1275 dikirim Kertanagara menaklukkan Pulau Sumatra. Pasukan tersebut membawa dua orang putri bernama Dara Jingga dan Dara Petak yang akan diperjodohkan dengan Kertanagara.

Karena Kertanagara sudah meninggal, maka ahli warisnya, yaitu Raden Wijaya mengambil Dara Petak sebagai istri, sedang Dara Jingga dijodohkan dengan Adwayabrahma, seorang pejabat Singhasari yang dulu dikirim ke Sumatra tahun 1286.

Menurut kronik Tiongkok, pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, sehingga dapat diperkirakan pertemuan antara Raden Wijaya dan Dara Petak terjadi tanggal 4 Mei 1293.

Dara Petak pandai mengambil hati Raden Wijaya sehingga ia dijadikan sebagai Stri tinuheng pura, atau istri yang dituakan di istana. Pengangkatan Dara Petak sebagai istri tertua mungkin karena hanya dirinya saja yang melahirkan anak laki-laki, yaitu Jayanagara.

Padahal menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya sudah memiliki empat orang istri, dan semuanya adalah putri Kertanagara. Dalam Nagarakretagama, ibu Jayanagara bernama Indreswari. Sejarawan Slamet Muljana menganggap Indreswari sebagai gelar resmi Dara Petak. Namun, identifikasi ini tidak dapat dipertahankan, karena dalam prasasti Sukhamerta (1296), Adan-Adan (1301), and Warunggahan (1305), Jayanagara disebut sebagai putra Tribhuwaneswari permaisuri utama Raden Wijaya. Secara linguistik, Indreswari lebih mungkin merupakan variasi dari gelar Parameswari, yaitu Tribhuwaneswari, dan tidak bisa diidentifikasi dengan Dara Petak.

Kepustakaan

  • J.L.A. Brandes. 1896. Pararaton (Ken Angrok) of het Boek der Koningen van Tumapĕl en van Majapahit. Batavia: Albrecht & Co.
  • Boechari. 1985–86. Prasasti Koleksi Museum Nasional. Jakarta.
  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Wayan Jarrah Sastrawan. 2021. The Precarious Past: Historical Practices in Indic Java. Ph.D. dissertation. University of Sydney.