Nabari Ginting: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
A's Account (bicara | kontrib)
font
A's Account (bicara | kontrib)
k typo
Baris 1: Baris 1:
^3 “Apakah sebuah peradaban dan kebudayaan akan berkembang atau justru menghilang, semua tergantung kepada kita sendiri. Budaya itu yang memberi kita identitas dan kebanggaan sebagai bagian dari khazanah budaya Nusantara yang sangat kaya,” ^3
“Apakah sebuah peradaban dan kebudayaan akan berkembang atau justru menghilang, semua tergantung kepada kita sendiri. Budaya itu yang memberi kita identitas dan kebanggaan sebagai bagian dari khazanah budaya Nusantara yang sangat kaya,”


Nabari Ginting adalah seorang pria kelahiran Bahorok, 17 Januari 1952. Dipanggil sebagai "Nakhoda di Tengah Badai"
Nabari Ginting adalah seorang pria kelahiran Bahorok, 17 Januari 1952. Dipanggil sebagai "Nakhoda di Tengah Badai"

Revisi per 10 Februari 2024 07.05

“Apakah sebuah peradaban dan kebudayaan akan berkembang atau justru menghilang, semua tergantung kepada kita sendiri. Budaya itu yang memberi kita identitas dan kebanggaan sebagai bagian dari khazanah budaya Nusantara yang sangat kaya,”

Nabari Ginting adalah seorang pria kelahiran Bahorok, 17 Januari 1952. Dipanggil sebagai "Nakhoda di Tengah Badai"

Keluarga

Nabari Ginting dan istri, Runella Sinurya telah dikaruniai 4 anak. Anak pertama dinamakan Gelora Ginting, anak ketiga dinamakan Aginta Mega Lestari Ginting dan anak keempat dinamakan Rizkynta Ginting.

Jabatan

  1. Kepala Kantor Kecamatan Simpang Empat, Tanah Karo
  2. Pejabat Bupati Nias Selatan (2005)
  3. Kepala Dinas Sosial Sumut (2006)
  4. Wali Kota Pematangsiantar


Referensi

  1. ^ https://usupress.usu.ac.id/index.php/component/abook/book/61-pamong-praja-pengabdianku-semua-atas-karunia-tuhan-bukan-karena-kuatku?catid=2:terbitan&Itemid=101
  2. ^ https://www.jurnalpemerintahan.com/feature/nabari-ginting-sang-nakhoda-di-tengah-badai/
  3. ^ Buku Pamong Praja Pengabdianku