Lompat ke isi

Lapangan Ikada: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
AC-rusak2300 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
k Terbitkan Perubahan
Baris 1: Baris 1:
{{rapikan}}{{referensi}}
{{rapikan}}{{referensi}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van het stadion waarin de opening van de Nationale Olympische Week (Pekan Olahraga Nasional) te Djakarta plaatsvindt TMnr 10017790.jpg|jmpl|Upacara pembukaan PON II di Stadion Ikada]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van het stadion waarin de opening van de Nationale Olympische Week (Pekan Olahraga Nasional) te Djakarta plaatsvindt TMnr 10017790.jpg|jmpl|Upacara pembukaan PON II di Stadion Ikada]]
'''Lapangan Ikada''' merupakan sebuah lapangan di bagian pojok timur Lapangan Merdeka (atau pada saat itu disebut Medan Merdeka). Jauh sebelum kawasan Senayan dibangun, Lapangan Ikada yang sebelumnya dikenal sebagai Lapangan Gambir, sudah menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat Jakarta saat itu. Nama Lapangan Ikada baru muncul pada masa [[Pendudukan militer|pendudukan]] [[Jepang]] tahun 1942.
'''Lapangan Ikada''' merupakan sebuah lapangan di bagian pojok timur Lapangan Merdeka (atau pada saat itu disebut Medan Merdeka). Jauh sebelum kawasan Senayan dibangun, Lapangan Ikada yang sebelumnya dikenal sebagai Lapangan Gambir, sudah menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat [[Jakarta]] saat itu. Nama Lapangan Ikada baru muncul pada masa [[Pendudukan militer|pendudukan]] [[Jepang]] tahun 1942.


Stadion Ikada dulunya berdiri di atas lapangan ini, yang didesain oleh pionir arsitek modern Indonesia [[Liem Bwan Tjie]]. Diresmikan pada tahun 1951, Stadion Ikada ditutup pada tahun 1962 dan kemudian dirobohkan pada tahun 1963 untuk ditempati [[Monumen Nasional]].
Stadion Ikada dulunya berdiri di atas lapangan ini, yang didesain oleh pionir arsitek modern Indonesia [[Liem Bwan Tjie]]. Diresmikan pada tahun 1951, Stadion Ikada ditutup pada tahun 1962 dan kemudian dirobohkan pada tahun 1963 untuk ditempati [[Monumen Nasional]].
Baris 9: Baris 9:
Sebelum Stadion [[Gelanggang Olahraga Bung Karno|Gelora Bung Karno]] selesai dibangun untuk menyambut [[Pesta Olahraga Asia 1962|Asian Games IV]] tahun 1962, Ikada merupakan tempat latihan dan pertandingan [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia|PSSI]]. Pada acara [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON) ke-2 tahun 1952, dibangun Stadion Ikada di sebelah selatan lapangan ini.
Sebelum Stadion [[Gelanggang Olahraga Bung Karno|Gelora Bung Karno]] selesai dibangun untuk menyambut [[Pesta Olahraga Asia 1962|Asian Games IV]] tahun 1962, Ikada merupakan tempat latihan dan pertandingan [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia|PSSI]]. Pada acara [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON) ke-2 tahun 1952, dibangun Stadion Ikada di sebelah selatan lapangan ini.


Lapangan ini oleh Gubernur-Jenderal [[Herman Willem Daendels|Herman Williem Daendels]] (1818) mula-mula dinamakan ''Champ de Mars'' karena bertepatan penaklukan Belanda oleh [[Napoleon Bonaparte]]. Ketika Belanda berhasil merebut kembali negerinya dari Prancis, namanya diubah menjadi ''Koningsplein'' (Lapangan Raja). Sementara rakyat lebih senang menyebutnya Lapangan Gambir, yang kini diabadikan untuk nama stasiun [[kereta api]] di dekatnya.<ref>{{Cite web|title=GAMBIR|url=https://jakartapusat.bawaslu.go.id/gambir/|language=id|access-date=2022-12-27}}</ref>
Lapangan ini oleh Gubernur-Jenderal [[Herman Willem Daendels|Herman Williem Daendels]] (1818) mula-mula dinamakan ''Champ de Mars'' karena bertepatan penaklukan [[Belanda]] oleh [[Napoleon Bonaparte]]. Ketika Belanda berhasil merebut kembali negerinya dari [[Prancis]], namanya diubah menjadi ''Koningsplein'' (Lapangan Raja). Sementara rakyat lebih senang menyebutnya Lapangan Gambir, yang kini diabadikan untuk nama stasiun [[kereta api]] di dekatnya.<ref>{{Cite web|title=GAMBIR|url=https://jakartapusat.bawaslu.go.id/gambir/|language=id|access-date=2022-12-27}}</ref>
== Catatan ==
== Catatan ==
<small>''VIOS'' mempunyai lapangan sendiri bernama ''Viosveld'' (Lapangan Vios), kini Stadion Menteng. Sekarang lapangan ini terletak di jalan HOS Cokroaminoto No.87, Jakarta.</small>
<small>''VIOS'' mempunyai lapangan sendiri bernama ''Viosveld'' (Lapangan Vios), kini Stadion Menteng. Sekarang lapangan ini terletak di jalan HOS Cokroaminoto No.87, Jakarta.</small>

Revisi per 25 Februari 2024 12.53

Upacara pembukaan PON II di Stadion Ikada

Lapangan Ikada merupakan sebuah lapangan di bagian pojok timur Lapangan Merdeka (atau pada saat itu disebut Medan Merdeka). Jauh sebelum kawasan Senayan dibangun, Lapangan Ikada yang sebelumnya dikenal sebagai Lapangan Gambir, sudah menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat Jakarta saat itu. Nama Lapangan Ikada baru muncul pada masa pendudukan Jepang tahun 1942.

Stadion Ikada dulunya berdiri di atas lapangan ini, yang didesain oleh pionir arsitek modern Indonesia Liem Bwan Tjie. Diresmikan pada tahun 1951, Stadion Ikada ditutup pada tahun 1962 dan kemudian dirobohkan pada tahun 1963 untuk ditempati Monumen Nasional.

Ikada sendiri merupakan singkatan dari Ikatan Atletik Djakarta. Di sekitar kawasan tersebut terdapat sejumlah lapangan sepak bola milik klub sepak bola era 1940-an dan 1950-an seperti Hercules, VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport) dan BVC, yang merupakan kesebelasan papan atas kompetisi BVO (Batavia Voetbal Organisatie). Setelah kemerdekaan, kesebelasan tersebut digantikan oleh Persija Jakarta. Selain lapangan sepak bola, di sekitarnya terdapat pula lapangan hoki dan lapangan pacuan kuda untuk militer kavaleri.

Sebelum Stadion Gelora Bung Karno selesai dibangun untuk menyambut Asian Games IV tahun 1962, Ikada merupakan tempat latihan dan pertandingan PSSI. Pada acara Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-2 tahun 1952, dibangun Stadion Ikada di sebelah selatan lapangan ini.

Lapangan ini oleh Gubernur-Jenderal Herman Williem Daendels (1818) mula-mula dinamakan Champ de Mars karena bertepatan penaklukan Belanda oleh Napoleon Bonaparte. Ketika Belanda berhasil merebut kembali negerinya dari Prancis, namanya diubah menjadi Koningsplein (Lapangan Raja). Sementara rakyat lebih senang menyebutnya Lapangan Gambir, yang kini diabadikan untuk nama stasiun kereta api di dekatnya.[1]

Catatan

VIOS mempunyai lapangan sendiri bernama Viosveld (Lapangan Vios), kini Stadion Menteng. Sekarang lapangan ini terletak di jalan HOS Cokroaminoto No.87, Jakarta.

Referensi

  1. ^ "GAMBIR". Diakses tanggal 2022-12-27. 

Lihat pula