Lompat ke isi

Mpu Tantular: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Assyari374 (bicara | kontrib)
k perbaikan
Assyari374 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|museum bernama sama|Museum Negeri Mpu Tantular}}
{{untuk|museum bernama sama|Museum Negeri Mpu Tantular}}
[[File:Kakawin Sutasoma of Mpu Tantular 14th century manuscript of Indonesia.jpg|thumb|Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular]]
[[File:Kakawin Sutasoma of Mpu Tantular 14th century manuscript of Indonesia.jpg|thumb|[[Kakawin Sutasoma]] karya Mpu Tantular]]
Mpu '''Tantular''' yang hidup pada [[abad ke-14]] di [[Majapahit]] adalah seorang [[pujangga]] ternama [[Sastra Jawa]]. Ia hidup pada pemerintahan raja Rājasanagara ([[Hayam Wuruk]]). Ia masih saudara sang raja yaitu [[keponakan]] (''bhrātrātmaja'' dalam [[bahasa Kawi]] atau [[bahasa Sanskerta]]) dan [[menantu]] dari adik wanita sang raja Hayam Wuruk.
Mpu '''Tantular''' yang hidup pada [[abad ke-14]] di [[Majapahit]] adalah seorang [[pujangga]] ternama [[Sastra Jawa]]. Ia hidup pada pemerintahan raja Rājasanagara ([[Hayam Wuruk]]). Ia masih saudara sang raja yaitu [[keponakan]] (''bhrātrātmaja'' dalam [[bahasa Kawi]] atau [[bahasa Sanskerta]]) dan [[menantu]] dari adik wanita sang raja Hayam Wuruk.



Revisi terkini sejak 10 Maret 2024 00.33

Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular

Mpu Tantular yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit adalah seorang pujangga ternama Sastra Jawa. Ia hidup pada pemerintahan raja Rājasanagara (Hayam Wuruk). Ia masih saudara sang raja yaitu keponakan (bhrātrātmaja dalam bahasa Kawi atau bahasa Sanskerta) dan menantu dari adik wanita sang raja Hayam Wuruk.

Nama "Tantular" terdiri dari dua kata: tan ("tidak") dan tular ("tular" atau "terpengaruhi"). Artinya ia orangnya ialah "teguh". Sedangkan kata mpu merupakan gelar dan artinya adalah seorang pandai atau tukang.

Tantular adalah seorang penganut agama Buddha, tetapi ia orangnya terbuka terhadap agama lainnya, terutama agama Hindu-Siwa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya yang ternama yaitu kakawin Arjunawijaya dan terutama kakawin Sutasoma. Bahkan salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan Republik Indonesia: "Bhinneka Tunggal Ika" atau berbeda-beda namun satu jua.