Depresi pascapersalinan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6: | Baris 6: | ||
{{More footnotes|date=Mei 2021}} |
{{More footnotes|date=Mei 2021}} |
||
}} |
}} |
||
'''[[Depresi (psikologi)|Depresi]]''' pasca melahirkan atau ''postpartum depression'' adalah gangguan kondisi psikologis ibu yang terjadi hingga beberapa bulan setelah proses melahirkan. Berbeda dengan ''baby blues syndrome'' yang hanya terjadi beberapa minggu segera setelah melahirkan dan dialami oleh 70-80% ibu muda, sedangkan depresi pasca melahirkan dialami |
'''[[Depresi (psikologi)|Depresi]]''' pasca melahirkan atau ''postpartum depression'' adalah gangguan kondisi psikologis ibu yang terjadi hingga beberapa bulan setelah proses melahirkan. Berbeda dengan ''baby blues syndrome'' yang hanya terjadi beberapa minggu segera setelah melahirkan dan dialami oleh 70-80% ibu muda, sedangkan depresi pasca melahirkan dialami sekitar 10-20% wanita<ref>{{Cite journal|last=Mulyani|first=Cici|last2=Dekawaty|first2=Ayu|last3=Suzanna|first3=Suzanna|date=2022-12-04|title=Faktor-Faktor Penyebab Depresi Pasca Persalinan|url=https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/3462|journal=Jurnal Keperawatan Silampari|language=en-US|volume=6|issue=1|pages=635–649|doi=10.31539/jks.v5i2.3462|issn=2581-1975}}</ref>. Tidak ada batasan jelas kapan ''baby blues syndrome'' berubah menjadi depresi pasca melahirkan. Kasus ini di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi di masa kehamilan akan menambah risiko mengalami depresi pasca melahirkan. |
||
== Gejala == |
== Gejala == |
Revisi per 12 Maret 2024 09.49
artikel ini tidak memiliki pranala ke artikel lain. |
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression adalah gangguan kondisi psikologis ibu yang terjadi hingga beberapa bulan setelah proses melahirkan. Berbeda dengan baby blues syndrome yang hanya terjadi beberapa minggu segera setelah melahirkan dan dialami oleh 70-80% ibu muda, sedangkan depresi pasca melahirkan dialami sekitar 10-20% wanita[1]. Tidak ada batasan jelas kapan baby blues syndrome berubah menjadi depresi pasca melahirkan. Kasus ini di Indonesia mencapai 2 juta kasus setiap tahun. Depresi di masa kehamilan akan menambah risiko mengalami depresi pasca melahirkan.
Gejala
Jika Anda mengalami simtoma di bawah ini hingga berbulan-bulan, maka Anda membutuhkan bantuan profesional;[2]
- Benar-benar menghindari teman dan keluarga
- Tidak bisa merawat diri sendiri maupun bayi
- Susah bonding dengan bayi Anda
- Takut dan cemas tidak bisa menjadi ibu yang baik
- Mood swing parah, cemas berlebihan, serangan panik
- Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
- Tidak tertarik untuk menjalani hari
- Berikir untuk menyakiti diri sendiri dan/atau bayi Anda
- Berpikir untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri
Psikosis Postpartum
Depresi postpartum yang tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi psikosis postpartum yang lebih berbahaya. Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang harus ditangani segera.
Gejala psikosis post partum sebagai berikut:
- Gaya bicara keras
- Menarik diri dari pergaulan
- Cepat marah
- Gangguan tidur
Penatalaksanaan psikosis post partum adalah:
- Pemberian anti depresan
- Berhenti menyusui
- Perawatan di rumah sakit
Referensi
- ^ Mulyani, Cici; Dekawaty, Ayu; Suzanna, Suzanna (2022-12-04). "Faktor-Faktor Penyebab Depresi Pasca Persalinan". Jurnal Keperawatan Silampari (dalam bahasa Inggris). 6 (1): 635–649. doi:10.31539/jks.v5i2.3462. ISSN 2581-1975.
- ^ "The Basics of Postpartum Depression". WebMD (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-26.