Maulana Hasanuddin dari Banten: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Islam jalur Hasan di Maroko beda dengan Indonesia mirip Yaman |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 48: | Baris 48: | ||
Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 M. Sultan Maulana Hasanuddin wafat pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Ia juga dikenal sebagai Pangeran Surosowan karena telah mendirikan Keraton Surosowan.{{Butuh rujukan}} |
Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 M. Sultan Maulana Hasanuddin wafat pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Ia juga dikenal sebagai Pangeran Surosowan karena telah mendirikan Keraton Surosowan.{{Butuh rujukan}} |
||
=== Kitab Purwaka Caruban Nagari<ref>Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. [[Cirebon]]: [[Kesultanan Kacirebonan]]</ref> === |
=== Silsilah dari Kitab Purwaka Caruban Nagari<ref>Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. [[Cirebon]]: [[Kesultanan Kacirebonan]]</ref> === |
||
* Nabi Muhammad SAW |
* Nabi Muhammad SAW |
Revisi per 22 Mei 2024 15.13
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Sultan Maulana Syarif Hasanuddin Al-Bantani | |
---|---|
Pendiri Kesultanan Banten | |
Masa jabatan 1552–1570 | |
Pendahulu Jabatan Baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Maulana Hasanuddin 1478 |
Meninggal | 1570 |
Agama | Islam |
Anak |
|
Orang tua |
|
Dinasti | Hasan al-Bantani |
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Syarif Abdullah/Sultan Malaka |
Penerus | Abu al-Mafakhir dari Banten |
Sulthanul-Auliya' wal-'Arifin asy-Syaikh as-Sulthan asy-Syarif Maulana Hasanuddin al-Bantani atau disingkat Maulana Syarif Hasanuddin merupakan seorang pendiri Kesultanan Banten. Ia juga bergelar Pangeran Sabakingking dan berkuasa di Banten dalam rentang waktu 1552 - 1570. Beliau merupakan putra dari Sultan Malaka yaitu Syarif Abdullah. Beliau juga menjadi menantu dari Sunan Gunung Jati dan ditugasi untuk memimpin daerah Banten.
Nama Hasanuddin berasal dari dua kata yaitu Hasan dan ad-Din. Hasan diambil dari salah satu keturunan Imam Ali bin Abi Thalib yaitu Hasan bin Ali sementara ad-Din bisa bermakna agama atau pemerintahan. Jika digabung dua kata itu bermakna pemerintahan/kekuasaan Hasan. Nama Hasanuddin sekaligus menegaskan jalur keturunan pendiri Kesultanan Banten yaitu dari jalur Imam Hasan bin Ali.
Masa Pemerintahan
Maulana Hasanuddin merupakan pendiri sekaligus sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia mendirikan Kesultanan Banten pada tahun 1527 setelah merebut wilayah Banten Girang dari Pucuk Umun. Banten Girang kemudian menjadi wilayah pertama dari Kesultanan Banten.[1]
Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Banten mengalami perkembangan pesat di berbagai bidang. Kesultanan Banten adalah kerajaan maritim yang mengandalkan perdagangan untuk menopang perekonomian kerajaan. Untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda, pusat pemerintahannya kemudian dipindahkan dari pedalaman Banten Girang ke pesisir.[butuh rujukan]
Di kawasan teluk Banten, Maulana Hasanuddin membangun tiga institusi penting sebagai motor perubahan kerajaannya. Tiga institusi tersebut adalah masjid (sebagai basis kegiatan sosial keagamaan), Kraton Surosowan (pusat pemerintahan), dan pelabuhan (sentra ekonomi).[butuh rujukan]
Di tangan Sultan Maulana Hasanuddin, Banten dikenal sebagai bandar besar yang menjadi persinggahan utama dan penghubung antara pedagang dari Arab, Parsi, India dan Cina dengan negara-negara di Nusantara. Selain itu, Kesultanan Banten juga menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Di era Sultan Maulana Hasanuddin pula, Banten dapat melepaskan diri dari Demak pada 1568 M. Sultan Maulana Hasanuddin wafat pada 1570 dan dimakamkan di Masjid Agung Banten. Ia juga dikenal sebagai Pangeran Surosowan karena telah mendirikan Keraton Surosowan.[butuh rujukan]
Silsilah dari Kitab Purwaka Caruban Nagari[2]
- Nabi Muhammad SAW
- Siti Fatimah
- Sayid Husen
- Sayid Abidin
- Muhammad Baqir
- Ja’far Sidik
- Kasim al-Malik
- Idris
- Al-Baqir
- Ahmad
- Baidillah
- Muhammad
- Alwi al-Mishri
- Abdul Malik
- Amir
- Ali Nurul Alim
- Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud)
- Sunan Gunung Jati
Naskah Negarakertabumi
- Sunan Gunung Jati / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
- Sunan Gunung Jati / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
- Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Sri Baduga Maharaja (Nyi Mas Rara Santang)
- Ali Nurul Alam + Puteri Mesir
- Jamaluddin Al-Husein
- Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin
- Amir Abdullah Khan
- Abdul Malik (India)
- Alwi 'Ammul faqih Hadhramaut
- Muhammad Shohib Mirbath
- Ali Khali' Qasam
- Alwi Shohib Bait Jubair
- Muhammad Maula As-Shauma'ah
- Alwi Al-Mubtakir
- Ubaidillah
- Ahmad Al-Muhajir
- Isa Al-Rumi
- Muhammad An-Naqib
- Ali Al-Uraidhi
- Ja'far Ash-Shadiq (Madinah)
- Muhammad Al-Baqir
- Ali Zainal Abiddin
- Husein As-Syahid
- Sayyidah Fatimah Al-Zahra' RA
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW
- Abdullah
- Abdul Muthalib
- Hasyim
- Abdul Manaf
- Qusay
- Kilab
- Murroh
- Ka'ab
- Luay
- Ghalib
SILSILAH :
- Kanjeng Nabi Muhammad SAW
- Syarifah Fatimah Az-Zahra
- Imam Hasan As-sibith
- Syarif Hasan Al-Mutsanna (Syarif Mekah ke-1)
- Syarif Abdullah Al-kamil / Al-mahdi (Syarif Mekah ke-3)
- Syarif Musa Al-jaun (Syarif Mekah ke-7)
- Syarif Abdullah Al-kiram (Syarif Mekah ke-9)
- Syarif Musa (Syarif Mekah ke-12)
- Syarif Muhammad Ats-Tsa-ir (Syarif Mekah ke-21)
- Syarif Abdullah (Syarif Mekah ke-22)
- Ali
- Sulaiman
- Husin
- Isa
- Abdul Karim
- Mutha’in
- Idris
- Syarif Mekah Qatadah (Syarif Mekah ke-43)
- Ali
- Hasan
- Abi Nami
- Abi Dzabih Muhammad
- Athifah
- Muhammad
- Jarullah Abdul Aziz
- Syarif Abdullah (Sultan Malaka)
- Maulana Hasanuddin
Silsilah ini disusun berdasarkan kajian nasab Sayyid Yusuf al-Angawi Sumenep yang disusun oleh Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan dan Habib Alwi bin Abi Bakri bin Bil Faqqih. Selain disusun oleh ahli nasab dari tokoh Alawiyin, nasab di atas juga telah disempurnakan berdasarkan kajian nasab Keluarga Besar Anggawangsa Anggawi al-Hasani Surabaya yang menurunkan para Adipati, Tumenggung hingga Wedana di Jawa Timur. Keluarga Besar Anggawangsa sendiri merupakan keturunan Sultan Ageng Tirtayasa utamanya dari jalur Pangeran Purbaya. Anak keturunan Pangeran Purbaya di Jawa Timur menggunakan gelar MAS yang merupakan singkatan dari Maulana Syarif. Sebagian besar dari keturunan itu banyak yang dimakamkan di Pemakaman Boto Putih dan satu komplek dengan makam Sultan Banten terakhir yaitu Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin.
Jalur Athifah ini juga dikuatkan dengan keberadaan makam salah satu keturunan Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Muhammad Atif di Tangerang. Nama Muhammad Atif di nisbatkan dari nama leluhurnya yaitu Athifah bin Abi Dzabih Muhammad.
Karena Sultan Maulana Hasanuddin masih memiliki keturunan hingga saat ini (jalur Tubagus untuk Kasepuhan dan Maulana Syarif untuk Kanoman) maka penulis silsilah Sultan Hasanuddin harus bagian dari keluarga bukan orang lain.
Rujukan
- ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 48.
- ^ Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. Cirebon: Kesultanan Kacirebonan
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Resimen baru | Penguasa Banten 1552–1570 |
Diteruskan oleh: Maulana Yusuf |
Wangsa: Hasan al-Bantani