Lompat ke isi

Selagai Lingga, Lampung Tengah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Nyak sayan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[File:Peta Selagai Lingga dan sekitarnya tahun 1928.jpg|thumb|Map of ancient Lampung]]
{{kecamatan
{{kecamatan
| nama = Selagai Lingga
| nama = Selagai Lingga
Baris 15: Baris 14:
| provinsi = Lampung
| provinsi = Lampung
}}
}}
'''Selagai Lingga''' merupakan salah satu dari 28 [[kecamatan]] yang ada di [[Kabupaten Lampung Tengah]], [[Lampung]], [[Indonesia]] dengan penduduk sejumlah 33.977 jiwa. selagai lingga memiliki wilayah seluas 320 km² dengan kondisi geografi daerah yang berbukit bukit. kecamatan selgai lingga memiliki 14 [[desa|kampung]] sebagai berikut:
'''Selagai Lingga''' merupakan salah satu dari 28 [[kecamatan]] yang ada di [[Kabupaten Lampung Tengah]], [[Lampung]], [[Indonesia]] dengan [[Penduduk asli Amerika Serikat|penduduk]] sejumlah 33.977 jiwa. selagai lingga memiliki wilayah seluas 320 km² dengan kondisi geografi daerah yang berbukit bukit. kecamatan selgai lingga memiliki 14 [[desa|kampung]] sebagai berikut:
{{col-css3-begin|2}}
{{col-css3-begin|2}}
# [[Gedung Aji, Selagai Lingga, Lampung Tengah|Gedung Aji]]
# [[Gedung Aji, Selagai Lingga, Lampung Tengah|Gedung Aji]]
Baris 33: Baris 32:


=== Sejarah Selagai Lingga ===
=== Sejarah Selagai Lingga ===
kecamatan Selagai Lingga terbentuk pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kabupaten Lampung Tengah No. 10 Tahun 2001, pemekaran dari kecamatan padang ratu. Nama Selagai Lingga di ambil dari nama sebuah mergo di lingkup adat Abung Siwo Migo, yakni mergo selagai linggo yang terdiri dari 4 kampung adat (aneg) yakni
kecamatan Selagai Lingga terbentuk pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kabupaten Lampung Tengah No. 10 Tahun 2001, yang merupakan pemekaran dari kecamatan padang ratu. Nama Selagai Lingga di ambil dari nama sebuah mergo dilingkup adat Abung Siwo Migo, yakni mergo Selagai Linggo yang terdiri dari 4 kampung adat (aneg) yakni


# Aneg Tanjung ratu
# Aneg Tanjung ratu
Baris 40: Baris 39:
# Aneg Gedung Harta
# Aneg Gedung Harta


jauh sebelum kecamatan selagai lingga dibentuk, tepat nya pada masa kolonial belanda, selagai lingga merupakan bagian dari onder afdeling kota boemi yang mana dibawah dari afdeling sepoetih. pada masa itu (1900 - 1940) wilayah buay selagai dan buay kunang di lebur belanda menjadi satu dalam bentuk pemerintahan marga yakni "MARGA SELAGAI KOENANG", yang di pimpin oleh seorang pesirah. pada masa pasca kemerdekaan wilayah selagai lingga masih masuk dalam kabupaten lampung tengah, kemudian pada taun 1952 karna satu dan lain hal masyarakat selagai lingga lebih memilih masuk ke kabupaten lampung tengah dibawah kecamatan padang ratu.
Jauh sebelum kecamatan selagai lingga dibentuk, tepat nya pada masa kolonial belanda, selagai lingga merupakan bagian dari onder afdeling kota boemi yang mana dibawah dari afdeling sepoetih. pada masa itu (1900 - 1940) wilayah buay selagai dan buay kunang di lebur belanda menjadi satu dalam bentuk pemerintahan marga yakni "MARGA SELAGAI KOENANG", yang di pimpin oleh seorang pesirah. pada masa pasca kemerdekaan wilayah selagai lingga masih masuk dalam kabupaten lampung utara, kemudian pada tahun 1952 karna satu dan lain hal masyarakat selagai lingga lebih memilih masuk ke kabupaten lampung tengah dibawah kecamatan padang ratu.

pada dasarnya sejarah selagai lingga tidak dapat dilepaskan dari cerita tradisi lisan masyarakat pribumi selagai. berikut sepenggal kisah dari buay selagai.

===== Cerita Lisan Buay Selagai =====
''perlu diketahui bahwa penjabaran dibawah merupakan cerita lisan yang saran akan kesalahan dan bias dalam sejarah, jadi tidak bisa di klaim bahwa pemaparan dibawah adalah 100% benar.''

Pada sekitar abad ke-17 keturunan Datu Di Puncak ada yang bermukim di wilayah Gedong Ratu. Keturunan ini pada saat sekarang di antaranya bermukim di tiga kampung yaitu Negeri Agung, Tanjung Ratu, dan Negeri Katon, Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah. Tokoh-tokoh yang membuka kampung tersebut adalah Sutan Jumat Tuha, Makam Jebi, Rangga Masang, Minak Makecil, dan Ngediko Datuk.

Pada kurun waktu antara abad ke-16 hingga ke-17, diceritakan bahwa setelah pindah dari Gilas salah satu keturunan Datu Di Puncak yang bernama Minak Rio Lagai pindah ke Gedong Harta. Minak Rio Lagai mempunyai dua istri, yang pertama bernama Putri Ogan berasal dari Sahur Naga, Kampung Semengeh (Ogan). Perkawinannya dengan Putri Ogan, menurunkan dua anak, yaitu Lingga dan Bussuk. Istri kedua Minak Rio Lagai tidak diketahui namanya, menurunkan satu anak bernama Dendeng.

Anak Minak Rio Lagai yang bernama Lingga mempunyai tiga anak. Anak tertua bernama Rio Sidang Mula Jadi, anak kedua bernama Rio Sidang Penatih, dan  anak ketiga bernama Rio Sidang Penatu. Selanjutnya Rio Sidang Mula Jadi mempunyai empat anak yaitu Sutan Jumat Tuha, Makam Jebbi, Rangga Masang, dan Ngediko Datuk. Sekarang ini masyarakat marga Selagai yang bermukim di Kampung Tanjung Ratu dan Negeri Katon merupakan keturunan Sutan Jumat Tuha, Makam Jebi, dan Rangga Masang. Adapun Ngedika Datuk menurunkan sebagian masyarakat Negeri Agung.

Anak Minak Rio Lagai yang kedua, yaitu Rio Sidang Penatih mempunyai satu anak bernama Minak Makecil. Keturunan Minak Makecil merupakan sebagian masyarakat yang bermukim di Negeri Agung. Adapun Rio Sidang Penatu sebagai anak ketiga Minak Rio Lagai diceritakan juga mempunyai menurunkan anak tetapi tidak jelas namanya. Keturunannya yang sekarang merupakan masyarakat yang bermukim di Negeri Katon.

Keturunan para moyang yang sekarang termasuk dalam masyarakat marga Selagai terdiri dari delapan kebuayan. Buay Selagai Lingga merupakan masyarakat yang bermukim di Kampung Negeri Katon, Negeri Agung, Tanjung Ratu, dan Gedong Harta. Buay Selagai Bussuk bermukim di daerah Gedong Raja. Buay Selagai Dendeng bermukim di daerah Pekurun. Buay Selagai Runjung, Buay Selagai Liyah, Buay Selagai Tangguk, Buay Selagai Ghanda, dan Buay Selagai Pepen bermukim di Daerah Gedong Wani, Lampung Timur tepatnya di Kampung Nyampir, Kecamatan Marga Tiga.

Catatan penting yang diceritakan dalam tradisi lisan masyarakat Selagai adalah peristiwa ''siba'' ke Banten dan permainan bola. Tentang ''siba'' ke Banten diceritakan dilakukan oleh tiga orang moyang Selagai yaitu Sutan Jumat Tuha, Rangga Masang, dan Makam Jebi. Ketika pulang kembali ke Selagai, Sultan Banten memberi ''lawang kuri.'' Sutan Jumat Tuha tidak kembali ke Selagai tetapi menetap di Negeri Katon, Gedong Wani.

====== Masuknya masyarakat transmigrasi ======
setelah indonesi merdeka tahun 1945, pada akhir tahun1950 pertama kali dilaksanakan pemindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Lampung dan Lubuk Linggau dengan nama transmigrasi. Konsep transmigrasi pada saat itu adalah memindahkan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pembukaan daerah baru. dan salah satu tujuan dari transmigran jawa ini adalah wilayah selagai lingga.

salah satu rombongan transmigran jawa ini dipimpin oleh tokoh bernama daim zajuli, dengan dibantu oleh perwakilan dari masyarakat pribumi selagai kampung negeri katon yakni suttan paksi, melakukan pembabatan hutan di daerah umbulan tulung bulak, areal lahan tersebut merupakan hak milik dari masyarakat selagai lingga (negeri katon dan gedung harta), untuk mendapatkan areal tanah bukaan tersebut daim zajuli memperjuangkannya lewat kantor negeri seputih barat hingga kekementrian dalam negeri jakarta. dan pada akhirnya areal hutan seluas 10.000 hektar diserahkan kepada direktorat transmigrasi.


Pada tahun 80an baru masuklah transmigran asal pulau jawa dan bali, setelah membuka hutan dan mendapatkan hak tanah, maka mereka membentuk padukuhan sendiri dan memekarkan diri dari kampung tua yang ada.


== Selayang Pandang ==
== Selayang Pandang ==
* Selagai Lingga merupakan kecamatan paling barat di [[Kabupaten Lampung Tengah]] yang berjarak 50 km dari [[Gunung Sugih, Lampung Tengah|Gunung Sugih]] (ibu kota kabupaten).
* Selagai Lingga merupakan kecamatan paling barat di [[Kabupaten Lampung Tengah]] yang berjarak 50 km dari [[Gunung Sugih, Lampung Tengah|Gunung Sugih]] (ibu kota kabupaten).
* Selagai Lingga memiliki luas wilayah sebesar 308,52&nbsp;km<sup>2</sup> atau 6.44% luas wilayah [[Kabupaten Lampung Tengah]].
* Selagai Lingga memiliki salah satu dari dua gunung di [[Kabupaten Lampung Tengah]] yang bernama [[Gunung Anak]] dengan ketinggian 1614 meter.
* Selagai Lingga memiliki salah satu dari dua gunung di [[Kabupaten Lampung Tengah]] yang bernama [[Gunung Anak]] dengan ketinggian 1614 meter.
* Bukit Batubara [[Linggapura, Selagai Lingga, Lampung Tengah|Linggapura]] merupakan salah satu destinasi pelancong di Selagai Lingga. Lokasi wisata ini berjarak sekitar 102&nbsp;km dan ditempuh dalam 3-4 jam perjalanan dari [[Bandar Lampung]].
* Bukit Batubara [[Linggapura, Selagai Lingga, Lampung Tengah|Linggapura]] merupakan salah satu destinasi pelancong di Selagai Lingga. Lokasi wisata ini berjarak sekitar 102&nbsp;km dan ditempuh dalam 3-4 jam perjalanan dari [[Bandar Lampung]].
* Bendungan Way pengubuan yang terletak di kampung negeri katon merupakan bendungan yang membendung aliran sungai way pengubuan. Bendungan ini digunakan untuk mengaliri air ke sawah-sawah yang ada di hilir kabupaten Lampung tengah.
* Bendungan Way pengubuan yang terletak di kampung negeri katon merupakan bendungan yang membendung aliran sungai way pengubuan. Bendungan ini digunakan untuk mengaliri air ke sawah-sawah yang ada di hilir kabupaten Lampung tengah.M.H. HAKKI S.H adalah salah satu tokoh dari selagai lingga, beliau adalah mantan kepala kampung gedung harta yang menjabat selama dua periode berturut-turut dan juga merupakan anggota DPRD LAMPUNG TENGAH menjabat dari 2013 hingga saat ini (2023)<ref>{{Cite web |url=http://www.lihat.co.id/wisata/puncak-bukit-batubara-linggapura.html |title=Salinan arsip |access-date=2017-02-25 |archive-date=2017-02-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170225211419/http://www.lihat.co.id/wisata/puncak-bukit-batubara-linggapura.html |dead-url=yes }}</ref>
* Hampir setiap tahunnya kampung tua di selagai lingga mengadakan acara begawi yakni pesta adat Lampung yang dilakukan 7 hari berturut-turut dan pada puncaknya dilakukan pada malam hari, dan diadakan semalam full
* M.H. HAKKI S.H adalah salah satu tokoh dari selagai lingga, beliau adalah mantan kepala kampung gedung harta yang menjabat selama dua periode berturut-turut dan juga merupakan anggota DPRD LAMPUNG TENGAH menjabat dari 2013 hingga saat ini (2023)<ref>{{Cite web |url=http://www.lihat.co.id/wisata/puncak-bukit-batubara-linggapura.html |title=Salinan arsip |access-date=2017-02-25 |archive-date=2017-02-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170225211419/http://www.lihat.co.id/wisata/puncak-bukit-batubara-linggapura.html |dead-url=yes }}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 28 Mei 2024 16.39

Selagai Lingga
Negara Indonesia
ProvinsiLampung
KabupatenLampung Tengah
Populasi
 • Total33,977 (Desember 2.023)[1] jiwa
Kode Kemendagri18.02.20 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1805011 Edit nilai pada Wikidata
Luas320,04 km²

Selagai Lingga merupakan salah satu dari 28 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Indonesia dengan penduduk sejumlah 33.977 jiwa. selagai lingga memiliki wilayah seluas 320 km² dengan kondisi geografi daerah yang berbukit bukit. kecamatan selgai lingga memiliki 14 kampung sebagai berikut:

Sejarah Selagai Lingga

kecamatan Selagai Lingga terbentuk pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kabupaten Lampung Tengah No. 10 Tahun 2001, yang merupakan pemekaran dari kecamatan padang ratu. Nama Selagai Lingga di ambil dari nama sebuah mergo dilingkup adat Abung Siwo Migo, yakni mergo Selagai Linggo yang terdiri dari 4 kampung adat (aneg) yakni

  1. Aneg Tanjung ratu
  2. Aneg Negeri Agung
  3. Aneg Negeri Katon
  4. Aneg Gedung Harta

Jauh sebelum kecamatan selagai lingga dibentuk, tepat nya pada masa kolonial belanda, selagai lingga merupakan bagian dari onder afdeling kota boemi yang mana dibawah dari afdeling sepoetih. pada masa itu (1900 - 1940) wilayah buay selagai dan buay kunang di lebur belanda menjadi satu dalam bentuk pemerintahan marga yakni "MARGA SELAGAI KOENANG", yang di pimpin oleh seorang pesirah. pada masa pasca kemerdekaan wilayah selagai lingga masih masuk dalam kabupaten lampung utara, kemudian pada tahun 1952 karna satu dan lain hal masyarakat selagai lingga lebih memilih masuk ke kabupaten lampung tengah dibawah kecamatan padang ratu.

pada dasarnya sejarah selagai lingga tidak dapat dilepaskan dari cerita tradisi lisan masyarakat pribumi selagai. berikut sepenggal kisah dari buay selagai.

Cerita Lisan Buay Selagai

perlu diketahui bahwa penjabaran dibawah merupakan cerita lisan yang saran akan kesalahan dan bias dalam sejarah, jadi tidak bisa di klaim bahwa pemaparan dibawah adalah 100% benar.

Pada sekitar abad ke-17 keturunan Datu Di Puncak ada yang bermukim di wilayah Gedong Ratu. Keturunan ini pada saat sekarang di antaranya bermukim di tiga kampung yaitu Negeri Agung, Tanjung Ratu, dan Negeri Katon, Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah. Tokoh-tokoh yang membuka kampung tersebut adalah Sutan Jumat Tuha, Makam Jebi, Rangga Masang, Minak Makecil, dan Ngediko Datuk.

Pada kurun waktu antara abad ke-16 hingga ke-17, diceritakan bahwa setelah pindah dari Gilas salah satu keturunan Datu Di Puncak yang bernama Minak Rio Lagai pindah ke Gedong Harta. Minak Rio Lagai mempunyai dua istri, yang pertama bernama Putri Ogan berasal dari Sahur Naga, Kampung Semengeh (Ogan). Perkawinannya dengan Putri Ogan, menurunkan dua anak, yaitu Lingga dan Bussuk. Istri kedua Minak Rio Lagai tidak diketahui namanya, menurunkan satu anak bernama Dendeng.

Anak Minak Rio Lagai yang bernama Lingga mempunyai tiga anak. Anak tertua bernama Rio Sidang Mula Jadi, anak kedua bernama Rio Sidang Penatih, dan  anak ketiga bernama Rio Sidang Penatu. Selanjutnya Rio Sidang Mula Jadi mempunyai empat anak yaitu Sutan Jumat Tuha, Makam Jebbi, Rangga Masang, dan Ngediko Datuk. Sekarang ini masyarakat marga Selagai yang bermukim di Kampung Tanjung Ratu dan Negeri Katon merupakan keturunan Sutan Jumat Tuha, Makam Jebi, dan Rangga Masang. Adapun Ngedika Datuk menurunkan sebagian masyarakat Negeri Agung.

Anak Minak Rio Lagai yang kedua, yaitu Rio Sidang Penatih mempunyai satu anak bernama Minak Makecil. Keturunan Minak Makecil merupakan sebagian masyarakat yang bermukim di Negeri Agung. Adapun Rio Sidang Penatu sebagai anak ketiga Minak Rio Lagai diceritakan juga mempunyai menurunkan anak tetapi tidak jelas namanya. Keturunannya yang sekarang merupakan masyarakat yang bermukim di Negeri Katon.

Keturunan para moyang yang sekarang termasuk dalam masyarakat marga Selagai terdiri dari delapan kebuayan. Buay Selagai Lingga merupakan masyarakat yang bermukim di Kampung Negeri Katon, Negeri Agung, Tanjung Ratu, dan Gedong Harta. Buay Selagai Bussuk bermukim di daerah Gedong Raja. Buay Selagai Dendeng bermukim di daerah Pekurun. Buay Selagai Runjung, Buay Selagai Liyah, Buay Selagai Tangguk, Buay Selagai Ghanda, dan Buay Selagai Pepen bermukim di Daerah Gedong Wani, Lampung Timur tepatnya di Kampung Nyampir, Kecamatan Marga Tiga.

Catatan penting yang diceritakan dalam tradisi lisan masyarakat Selagai adalah peristiwa siba ke Banten dan permainan bola. Tentang siba ke Banten diceritakan dilakukan oleh tiga orang moyang Selagai yaitu Sutan Jumat Tuha, Rangga Masang, dan Makam Jebi. Ketika pulang kembali ke Selagai, Sultan Banten memberi lawang kuri. Sutan Jumat Tuha tidak kembali ke Selagai tetapi menetap di Negeri Katon, Gedong Wani.

Masuknya masyarakat transmigrasi

setelah indonesi merdeka tahun 1945, pada akhir tahun1950 pertama kali dilaksanakan pemindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Lampung dan Lubuk Linggau dengan nama transmigrasi. Konsep transmigrasi pada saat itu adalah memindahkan penduduk dari Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa serta pembukaan daerah baru. dan salah satu tujuan dari transmigran jawa ini adalah wilayah selagai lingga.

salah satu rombongan transmigran jawa ini dipimpin oleh tokoh bernama daim zajuli, dengan dibantu oleh perwakilan dari masyarakat pribumi selagai kampung negeri katon yakni suttan paksi, melakukan pembabatan hutan di daerah umbulan tulung bulak, areal lahan tersebut merupakan hak milik dari masyarakat selagai lingga (negeri katon dan gedung harta), untuk mendapatkan areal tanah bukaan tersebut daim zajuli memperjuangkannya lewat kantor negeri seputih barat hingga kekementrian dalam negeri jakarta. dan pada akhirnya areal hutan seluas 10.000 hektar diserahkan kepada direktorat transmigrasi.


Selayang Pandang

  • Selagai Lingga merupakan kecamatan paling barat di Kabupaten Lampung Tengah yang berjarak 50 km dari Gunung Sugih (ibu kota kabupaten).
  • Selagai Lingga memiliki salah satu dari dua gunung di Kabupaten Lampung Tengah yang bernama Gunung Anak dengan ketinggian 1614 meter.
  • Bukit Batubara Linggapura merupakan salah satu destinasi pelancong di Selagai Lingga. Lokasi wisata ini berjarak sekitar 102 km dan ditempuh dalam 3-4 jam perjalanan dari Bandar Lampung.
  • Bendungan Way pengubuan yang terletak di kampung negeri katon merupakan bendungan yang membendung aliran sungai way pengubuan. Bendungan ini digunakan untuk mengaliri air ke sawah-sawah yang ada di hilir kabupaten Lampung tengah.M.H. HAKKI S.H adalah salah satu tokoh dari selagai lingga, beliau adalah mantan kepala kampung gedung harta yang menjabat selama dua periode berturut-turut dan juga merupakan anggota DPRD LAMPUNG TENGAH menjabat dari 2013 hingga saat ini (2023)[2]

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-02-25. Diakses tanggal 2017-02-25. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-25. Diakses tanggal 2017-02-25.