Lompat ke isi

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7: Baris 7:


== Latar belakang keluarga ==
== Latar belakang keluarga ==
Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar ''Singo Manjat''. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi kepada Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Zaid, lalu dilanjutkan oleh M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto.<ref>{{Cite web|date=2010-02-16|title=Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu’id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto|url=https://www.thohiriyyah.com/profil/2010/02/biografi-kiai-imam-rozi-singo-manjat-dan-kh-abdul-muid-tempursari-klaten/|language=id|access-date=2024-06-20}}</ref>
Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar ''Singo Manjat''. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi kepada Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Zaid, lalu dilanjutkan oleh M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto.<ref>{{Cite web|date=2010-02-16|title=Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu’id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto|url=https://www.thohiriyyah.com/profil/2010/02/biografi-kiai-imam-rozi-singo-manjat-dan-kh-abdul-muid-tempursari-klaten/|language=id|access-date=2024-06-20}}</ref>

== Latar belakang pendidikan ==

* Pondok Pesantren ''Singo Manjat'' Tempursari
* Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur
* Madrasah Mamba’ul Ulum Surakarta


== Kehidupan ==
== Kehidupan ==
Baris 27: Baris 33:
Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi ''mursyid'' didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.
Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi ''mursyid'' didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.


== Riwayat perjuangan masa revolusi fisik (1945-1949) ==
=== Muktamar Nahdlatul Ulama ke-23 di Surakarta ===
Pada masa Revolusi Fisik, Ma’ruf Mangunwiyoto bersama sejumlah ulama lain berperan dalam mengadakan pembinaan kerohanian, ideologi, dan jasmani kepada anggota Laskar Hizbullah-Sabilillah di Surakarta. Semangat Jihad fii Sabilillah dikumandangkan oleh Ma'ruf Mangunwiyoto bersama para ulama lain yang bertujuan sebagai penanaman rasa nasionalisme dan perjuangan pembebasan dari jeratan rekolonialisme dalam upaya mempertahankan kedaulatan.<ref>{{Cite book|last=Tashadi|first=Tashadi|date=1997|url=https://books.google.co.id/books/about/Sejarah_perjuangan_Hizbullah_Sabilillah.html?id=T9VwAAAAMAAJ&redir_esc=y|title=Sejarah perjuangan hizbullah Sabilillah divisi Sunan Bonang|location=Surakarta|publisher=Yayasan Bhakti-Utama|isbn=0|pages=66|url-status=live}}</ref>


Sebagai seorang pemimpin spiritual dan pembina kerohanian, Ma'ruf Mangunwiyoto sangat diharapkan untuk dimintai doa, nasehat, dan motivasi oleh para laskar sebelum memulai peperangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan laskar dalam mendan tempur didasarkan atas ajaran agama agama Islam yakni ''“Isy kariman au mut Syahidan”'' yang bermakna “Hidup mulia atau mati syahid”.<ref>{{Cite journal|last=Juma'|first=Juma'|date=2022-12-29|title=FATWA JIHAD DAN RESOLUSI JIHAD: HISTORISITAS JIHAD DAN NASIONALISME DI INDONESIA|url=http://dx.doi.org/10.30984/ajip.v7i2.2187|journal=Aqlam: Journal of Islam and Plurality|volume=7|issue=2|doi=10.30984/ajip.v7i2.2187|issn=2528-0341}}</ref>
== Riwayat perjuangan (1945-1949) ==


=== Pemimpin Barisan Kiai Jawa Tengah ===
=== Pemimpin Barisan Kiai Jawa Tengah ===
Pada situasi Perang Kemerdekaan yang sudah berkecamuk di beberapa wilayah pulau Jawa, kekuatan umat Islam menentang segala bentuk kezaliman. Tercatat ada 3 kekuatan kelaskaran umat Islam yang tampil dalam upaya mempertahankan kedaulatan RI yakni Laskar Hizbullah, Sabilillah, dan Barisan Kiai. Barisan Kiai berisi para ulama elite senior dan sudah berusia sepuh yang tidak muncul ke permukaan.<ref>{{Cite web|title=Mengungkap Organisasi Barisan Kiai dalam Perjuangan Kemerdekaan|url=https://www.nu.or.id/fragmen/mengungkap-organisasi-barisan-kiai-dalam-perjuangan-kemerdekaan-HiXgk|website=NU Online|language=id-id|access-date=2024-06-20}}</ref> Di Jawa Tengah, Barisan Kiai ini dipimpin oleh Ma’ruf Mangunwiyoto.<ref>{{Cite web|title=KH Ma’ruf Mangunwiyoto, Pemimpin Barisan Kyai Jawa Tengah|url=https://www.nu.or.id/tokoh/kh-maruf-mangunwiyoto-pemimpin-barisan-kyai-jawa-tengah-0FFco|website=NU Online|language=id-id|access-date=2024-06-20}}</ref>

Keterlibatan Ma’ruf Mangunwiyoto dalam memimpin Barisan Kiai ditunjukkan oleh peristiwa berikut:

# Perang Sabil Ambarawa<ref>{{Cite book|last=Bizawie|first=Zainul Milal|date=2014|title=Laskar ulama-santri & resolusi jihad: garda depan menegakkan Indonesia, 1945-1949|location=Ciputat, Tangerang|publisher=Pustaka Compas|isbn=978-602-14673-2-9|edition=Cetakan pertama}}</ref>
# Pertempuran Mranggen-Bugen


== Rujukan ==
== Rujukan ==

Revisi per 20 Juni 2024 17.50

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto.

Muhammad Ma'ruf Mangunwiyoto (Ejaan: Mangunwiyata) atau dipanggil Kyai Ma'ruf Mangunwiyoto adalah seorang ulama tradisional yang berasal dari Kota Surakarta. Ia berperan penting dalam perjuangan perang kemerdekaan pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949 di Surakarta. Ia mendapat mandat sebagai pemimpin barisan kyai Jawa tengah.

Selain sebagai seorang pejuang, Ma'ruf Mangunwiyoto juga berperan sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Nahdlatul Ulama Surakarta. Eksistensi NU Surakarta sudah ketahui sejak tahun 1926 Masehi setelah adanya perwakilan delegasi dari Surakarta, yakni Siradj Panularan dan Mawardi Keprabon.

Berkat kharisma dan kecerdasannya, Ma'ruf Mangunwiyoto juga mendapat amanah menjadi ulama mursyid tarekat syadziliyah di Surakarta meneruskan kemursyidan dari ayahnya, yakni Abdul Mu'id. Beberapa karya yang ditulis oleh Ma'ruf Mangunwiyoto berwujud kitab diantaranya ialah kitab Nurul Jaliy, Nurul Kuhuf, dan Zadul Mustakhin.

Latar belakang keluarga

Ma'ruf Mangunwiyoto lahir dari keturunan tokoh ulama besar. Ayahnya bernama Abdul Mu'id. Selain itu, leluhur Ma'ruf Mangunwiyoto bernama Imam Rozi Tempursari yang merupakan seorang panglima besar perang Diponegoro yang memiliki gelar Singo Manjat. Berkat jasa-jasa selama Perang Jawa (1825-1830), Pakubuwono VI memberikan tanah perdikan pada tahun 1837 Masehi kepada Imam Rozi di Desa Tempursari, Klaten. Di tempat tersebut dibangun pondok pesantren dan masjid. Sepeninggal Kiai Imam Rozi yang wafat pada tahun 1872 Masehi, kepengasuhan pondok diteruskan oleh Zaid, lalu dilanjutkan oleh M. Thohir, dan selanjutnya diasuh oleh Abdul Mu'id yang merupakan ayah dari Ma'ruf Mangunwiyoto.[1]

Latar belakang pendidikan

  • Pondok Pesantren Singo Manjat Tempursari
  • Pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur
  • Madrasah Mamba’ul Ulum Surakarta

Kehidupan

Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.
Makam Ma'ruf Mangunwiyoto.

Pendiri dan pengasuh Pesantren Jenengan Surakarta

Ma'ruf Mangunwiyoto dikenal sebagai salah seorang ulama besar yang ahli dalam bidang hadits. Hal ini membuat pondok pesantren yang diasuhnya yang berlokasi di daerah Jenengan, Surakarta menjadi salah satu tempat rujukan bagi santri yang berasal dari luar Surakarta.[2]

Santri Ma'ruf Mangunwiyoto yang menjadi tokoh besar antara lain:

  1. Munawir Syadzali (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan III dan IV.
  2. Saifuddin Zuhri (Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I)
  3. Nuril Huda (Pendiri PMII)

Mursyid Tarekat Syadziliyah

Mursyid dapat didefinisikan dengan ‘yang menunjukkan’, sementara dalam dunia tarekat, mursyid diartikan sebagai seorang Guru atau Syeikh. Pengajaran dari seorang mursyid berpusat pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sekaligus memberikan contoh yang benar sesuai ajaran syari'at dan hakikat.[3]

Ma’ruf Mangunwiyoto diberi amanah menjadi mursyid didasarkan atas petunjuk dari tradisi tarekat Syadziliyah yang menyatakan bahwa regenerasi kemursyidan harus melalui proses mimpi terlebih dahulu dari Nabi Muhammad SAW.

Riwayat perjuangan masa revolusi fisik (1945-1949)

Pada masa Revolusi Fisik, Ma’ruf Mangunwiyoto bersama sejumlah ulama lain berperan dalam mengadakan pembinaan kerohanian, ideologi, dan jasmani kepada anggota Laskar Hizbullah-Sabilillah di Surakarta. Semangat Jihad fii Sabilillah dikumandangkan oleh Ma'ruf Mangunwiyoto bersama para ulama lain yang bertujuan sebagai penanaman rasa nasionalisme dan perjuangan pembebasan dari jeratan rekolonialisme dalam upaya mempertahankan kedaulatan.[4]

Sebagai seorang pemimpin spiritual dan pembina kerohanian, Ma'ruf Mangunwiyoto sangat diharapkan untuk dimintai doa, nasehat, dan motivasi oleh para laskar sebelum memulai peperangan dalam mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan laskar dalam mendan tempur didasarkan atas ajaran agama agama Islam yakni “Isy kariman au mut Syahidan” yang bermakna “Hidup mulia atau mati syahid”.[5]

Pemimpin Barisan Kiai Jawa Tengah

Pada situasi Perang Kemerdekaan yang sudah berkecamuk di beberapa wilayah pulau Jawa, kekuatan umat Islam menentang segala bentuk kezaliman. Tercatat ada 3 kekuatan kelaskaran umat Islam yang tampil dalam upaya mempertahankan kedaulatan RI yakni Laskar Hizbullah, Sabilillah, dan Barisan Kiai. Barisan Kiai berisi para ulama elite senior dan sudah berusia sepuh yang tidak muncul ke permukaan.[6] Di Jawa Tengah, Barisan Kiai ini dipimpin oleh Ma’ruf Mangunwiyoto.[7]

Keterlibatan Ma’ruf Mangunwiyoto dalam memimpin Barisan Kiai ditunjukkan oleh peristiwa berikut:

  1. Perang Sabil Ambarawa[8]
  2. Pertempuran Mranggen-Bugen

Rujukan

  1. ^ "Biografi Kiai Imam Rozi (Singo Manjat) dan KH. Abdul Mu'id Tempursari Klaten – Pondok Pesantren Ath-Thohiriyyah Purwokerto". 2010-02-16. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  2. ^ Zuhri, Saifuddin (1987). Berangkat dari pesantren (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Gunung Agung. ISBN 978-979-412-049-1. 
  3. ^ Alba, Cecep (2009). Cahaya tasawuf. Bandung: Wahana Karya Grafika. hlm. 145. ISBN 978-979-25-7145-5. 
  4. ^ Tashadi, Tashadi (1997). Sejarah perjuangan hizbullah Sabilillah divisi Sunan Bonang. Surakarta: Yayasan Bhakti-Utama. hlm. 66. ISBN 0 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 
  5. ^ Juma', Juma' (2022-12-29). "FATWA JIHAD DAN RESOLUSI JIHAD: HISTORISITAS JIHAD DAN NASIONALISME DI INDONESIA". Aqlam: Journal of Islam and Plurality. 7 (2). doi:10.30984/ajip.v7i2.2187. ISSN 2528-0341. 
  6. ^ "Mengungkap Organisasi Barisan Kiai dalam Perjuangan Kemerdekaan". NU Online. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  7. ^ "KH Ma'ruf Mangunwiyoto, Pemimpin Barisan Kyai Jawa Tengah". NU Online. Diakses tanggal 2024-06-20. 
  8. ^ Bizawie, Zainul Milal (2014). Laskar ulama-santri & resolusi jihad: garda depan menegakkan Indonesia, 1945-1949 (edisi ke-Cetakan pertama). Ciputat, Tangerang: Pustaka Compas. ISBN 978-602-14673-2-9.