Lompat ke isi

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7: Baris 7:
Jika dilihat dari [[bahasa Jawa]], ''bekti'' berarti "berbakti", ''pertiwi'' berarti "[[bumi]]''", pisungsung'' berarti "[[Sesajen|persembahan]]", dan ''jaladri'' berarti "[[samudra]]". Secara keseluruhan, tradisi ini dianggap sebagai "bakti kepada ibu pertiwi" atau "ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta".<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Ritual Adat Tahunan di Pantai Parangtritis|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/06/14/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri-ritual-adat-tahunan-di-pantai-parangtritis|website=Good News from Indonesia|access-date=23 Juni 2024}}</ref> Sementara itu, [[Abdul Halim Muslih]] (Bupati Bantul ke-31), menyebutkan jika leluhur telah mewariskan kepada generasi saat ini tentang nilai-nilai kehidupan dalam upacara adat ini, yaitu, ''greget'', ''nyawiji'', ''sengguh ora mingkuh'', ''mangasah mingising budi'', ''memasuh malaning bumi'', dan ''hamemayu hayuning bawana''.<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional|url=https://bantulkab.go.id/berita/detail/5231/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri--upacara-adat-warisan-budaya-nasional.html|website=Pemerintah Kabupaten Bantul|access-date=23 Juni 2024}}</ref>
Jika dilihat dari [[bahasa Jawa]], ''bekti'' berarti "berbakti", ''pertiwi'' berarti "[[bumi]]''", pisungsung'' berarti "[[Sesajen|persembahan]]", dan ''jaladri'' berarti "[[samudra]]". Secara keseluruhan, tradisi ini dianggap sebagai "bakti kepada ibu pertiwi" atau "ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta".<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Ritual Adat Tahunan di Pantai Parangtritis|url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/06/14/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri-ritual-adat-tahunan-di-pantai-parangtritis|website=Good News from Indonesia|access-date=23 Juni 2024}}</ref> Sementara itu, [[Abdul Halim Muslih]] (Bupati Bantul ke-31), menyebutkan jika leluhur telah mewariskan kepada generasi saat ini tentang nilai-nilai kehidupan dalam upacara adat ini, yaitu, ''greget'', ''nyawiji'', ''sengguh ora mingkuh'', ''mangasah mingising budi'', ''memasuh malaning bumi'', dan ''hamemayu hayuning bawana''.<ref>{{Cite web|title=Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional|url=https://bantulkab.go.id/berita/detail/5231/bekti-pertiwi-pisungsung-jaladri--upacara-adat-warisan-budaya-nasional.html|website=Pemerintah Kabupaten Bantul|access-date=23 Juni 2024}}</ref>


Ketika upacara digelar, warga Mancingan sepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan. Masyarakat setempat menggelar upacara ini sebagai rasa syukur atas berbagai macam hasil panen, berdagang, dan tangkapan ikan. Mereka akan melarung ''ubarampe'' ke Pantai Selatan.
Ketika upacara digelar, warga Mancingan sepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan. Masyarakat setempat menggelar upacara ini sebagai rasa syukur atas berbagai macam hasil panen, berdagang, dan tangkapan ikan. Mereka akan melarung ''ubarampe'' (kelengkapan hajatan) ke Pantai Selatan.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 22 Juni 2024 19.41

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri.

Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri adalah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Pedukuhan Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Upacara ini dilakukan dalam rangka mewujdukan masyarakat yang harmonis, sejahtera, dan berkeadilan.

Asal-usul

Tradisi ini berlangsung turun-temurun secara sederhana sejak tahun 1989 di kawasan Pantai Parangtritis. Namun, penyelenggaraannya semakin semarak seiring berjalannya waktu. Ritual ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.[1]

Jika dilihat dari bahasa Jawa, bekti berarti "berbakti", pertiwi berarti "bumi", pisungsung berarti "persembahan", dan jaladri berarti "samudra". Secara keseluruhan, tradisi ini dianggap sebagai "bakti kepada ibu pertiwi" atau "ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta".[2] Sementara itu, Abdul Halim Muslih (Bupati Bantul ke-31), menyebutkan jika leluhur telah mewariskan kepada generasi saat ini tentang nilai-nilai kehidupan dalam upacara adat ini, yaitu, greget, nyawiji, sengguh ora mingkuh, mangasah mingising budi, memasuh malaning bumi, dan hamemayu hayuning bawana.[3]

Ketika upacara digelar, warga Mancingan sepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan. Masyarakat setempat menggelar upacara ini sebagai rasa syukur atas berbagai macam hasil panen, berdagang, dan tangkapan ikan. Mereka akan melarung ubarampe (kelengkapan hajatan) ke Pantai Selatan.

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ "Upacara Adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri Parangtritis". Pemerintah Kalurahan Parangtritis, Kapanéwon Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 
  2. ^ "Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Ritual Adat Tahunan di Pantai Parangtritis". Good News from Indonesia. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 
  3. ^ "Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Upacara Adat Warisan Budaya Nasional". Pemerintah Kabupaten Bantul. Diakses tanggal 23 Juni 2024. 

Pranala luar