Lompat ke isi

Ibnu asy-Syathir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rarevin (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
Magioladitis (bicara | kontrib)
k Pranala luar: Persondata now moved to wikidata, removed: {{Persondata <!-- Metadata: see Wikipedia:Persondata. --> | NAME = Shatir | ALTERNATIVE NAMES = | SHORT DESCRIPTION = Astronom dan pembuat jam Arab | DATE OF BIRTH = 1
Baris 43: Baris 43:
{{Authority control}}
{{Authority control}}


{{Persondata <!-- Metadata: see [[Wikipedia:Persondata]]. -->
| NAME = Shatir
| ALTERNATIVE NAMES =
| SHORT DESCRIPTION = Astronom dan pembuat jam Arab
| DATE OF BIRTH = 1304
| PLACE OF BIRTH =
| DATE OF DEATH = 1375
| PLACE OF DEATH =
}}
{{DEFAULTSORT:Shatir}}
{{DEFAULTSORT:Shatir}}
[[Kategori:Kelahiran 1304]]
[[Kategori:Kelahiran 1304]]

Revisi per 24 Juni 2024 11.54

Ala Al-Din Abu'l-Hasan Ali Ibn Ibrahim Ibn al-Shatir (1304 – 1375) (bahasa Arab: ابن الشاطر) adalah seorang astronom, matematikawan, insinyur dan penemu Muslim Arab yang bekerja sebagai muwaqqit (موقت, pengatur waktu ibadah) di Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah.

Kontribusi Al-Shatir dalam Bidang Teknik

Jam Astrolab

David A King dalam bukunya bertajuk The Astronomy of the Mamluks menjelaskan bahwa Ibnu al-Shatir menemukan jam astrolabe pertama di awal abad ke-14 M.

Jam Matahari

Menurut catatan sejarah, sundial atau jam matahari merupakan jam tertua dalam peradaban manusia. Jam ini telah dikenal sejak tahun 3500 SM. Pembuatan jam matahari di dunia Islam dilakukan oleh Ibnu al-Shatir, seorang ahli Astronomi Muslim (1304-1375 M). "Ibnu al-Shatir merakit jam matahari yang bagus sekali untuk menara Masjid Umayyah di Damaskus," ujar David A King dalam karyanya berjudul The Astronomy of the Mamluks.

Jam yang dibuat Ibnu al-Shatir itu masih tergolong jam matahari kuno yang didasarkan pada garis jam lurus. Ibnu al-Shatir membagi waktu dalam sehari dengan 12 jam, pada musim dingin waktu pendek, sedangkan pada musim panas waktu lebih panjang. Jam mataharinya itu merupakan polar-axis sundial paling tua yang masih tetap eksis hingga kini.

"Jam mataharinya merupakan jam tertua polar-axis sundial yang masih ada. Konsep kemudian muncul di Barat jam matahari pada 1446," ungkap Jones, Lawrence dalam karyanya "The Sundial And Geometry".

Kompas

David A. King mengatakan Ibnu al-Shatir juga menemukan kompas, sebuah perangkat pengatur waktu yang menggabungkan jam matahari dan kompas magnetis pada awal abad ke-14 M.

Instrumen Universal

Ibnu al-Shatir menjelaskan instrumen astronomi lainnya yang ia disebut sebagai "instrumen universal". Penemuan al-Shatir ini kemudian dikembangkan seorang astronom dan rekayawasan legendaris pada era Kesultanan Utsmaniyah, Taqi al-Din. Instrumen itu digunakan di observatorium al-Din Istanbul 1577-1580 M.

Sumber

Referensi

  • Fernini, Ilias. A Bibliography of Scholars in Medieval Islam. Abu Dhabi (UAE) Cultural Foundation, 1998
  • Kennedy, Edward S. "Late Medieval Planetary Theory." Isis 57 (1966):365-378.
  • Kennedy, Edward S. and Ghanem, Imad. The Life and Work of Ibn al-Shatir, an Arab Astronomer of the Fourteenth Century. Aleppo: History of Arabic Science Institute, University of Aleppo, 1976.
  • Roberts, Victor. "The Solar and Lunar Theory of Ibn ash-Shatir: A Pre-Copernican Copernican Model". Isis, 48(1957):428-432.
  • Roberts, Victor and Edward S. Kennedy. "The Planetary Theory of Ibn al-Shatir". Isis, 50(1959):227-235.
  • Saliba, George. "Theory and Observation in Islamic Astronomy: The Work of Ibn al-Shatir of Damascus". Journal for the History of Astronomy, 18(1987):35-43.
  • Turner, Howard R. Science in Medieval Islam, an illustrated introduction. University of Texas Press, Austin, 1995. ISBN 0-292-78149-0 (pb) ISBN 0-292-78147-4 (hc)

Bacaan tambahan

Pranala luar