Lompat ke isi

Antikolinergik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Muhammad Anas Sidik (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 10: Baris 10:
*[[Pusing]] (termasuk gejala yang berhubungan dengan [[vertigo]] dan [[mabuk gerak]])
*[[Pusing]] (termasuk gejala yang berhubungan dengan [[vertigo]] dan [[mabuk gerak]])
*Gejala ekstrapiramidal, potensi efek samping obat antipsikotik
*Gejala ekstrapiramidal, potensi efek samping obat antipsikotik
*Gangguan gastrointestinal (misalnya [[tukak lambung]], diare, pilorospasme, [[divertikulitis]], [[kolitis ulserativ]], mual, dan muntah)
*Gangguan gastrointestinal (misalnya [[tukak lambung]], diare, pilorospasme, [[divertikulitis]], [[kolitis ulseratif]], mual, dan muntah)
*Gangguan genitourinari (misalnya sistitis, uretritis, dan [[prostatitis]])
*Gangguan genitourinari (misalnya sistitis, uretritis, dan [[prostatitis]])
*Insomnia, meski biasanya hanya dalam jangka pendek
*Insomnia, meski biasanya hanya dalam jangka pendek
*Gangguan pernapasan (misalnya asma, bronkitis kronis, dan [[penyakit paru obstruktif kronik]] [PPOK])
*Gangguan pernapasan (misalnya asma, bronkitis kronis, dan [[penyakit paru obstruktif kronik]] [PPOK])
*Sinus bradikardia karena [[saraf vagus]] yang hipersensitif
*Sinus bradikardia karena [[saraf vagus]] yang hipersensitif
*Keracunan zat saraf berbasis organofosfat, seperti [[VX (racun saraf)|VX]], [[sarin]], tabun, dan soman ([[atropin]] lebih disukai jika digabungkan dengan oksim, biasanya pralidoksim)[6][7]
*Keracunan zat saraf berbasis organofosfat, seperti [[VX (racun saraf)|VX]], [[sarin]], tabun, dan soman ([[atropin]] lebih disukai jika digabungkan dengan oksim, biasanya pralidoksim)<ref>{{Cite web|title=NERVE AGENTS|url=https://fas.org/nuke/guide/usa/doctrine/army/mmcch/NervAgnt.htm#MEDICAL%20MANAGEMENT|access-date=2020-07-27|website=fas.org}}</ref><ref>{{Cite journal|last1=Nair|first1=V. Priya|last2=Hunter|first2=Jennifer M.|date=2004-10-01|title=Anticholinesterases and anticholinergic drugs|url=https://academic.oup.com/bjaed/article/4/5/164/291028|journal=Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain|language=en|volume=4|issue=5|pages=164–168|doi=10.1093/bjaceaccp/mkh045|issn=1743-1816|doi-access=free}}</ref>


Antikolinergik umumnya memiliki efek antisialagogue (menurunkan produksi air liur), dan sebagian besar menghasilkan efek sedasi pada tingkat tertentu, keduanya bermanfaat dalam prosedur pembedahan.
Antikolinergik umumnya memiliki efek antisialagogue (menurunkan produksi air liur), dan sebagian besar menghasilkan efek sedasi pada tingkat tertentu, keduanya bermanfaat dalam prosedur pembedahan.<ref>Page 592 in: {{cite book |author1=Cahalan, Michael D. |author2=Barash, Paul G. |author3=Cullen, Bruce F. |author4=Stoelting, Robert K. |title=Clinical Anesthesia |publisher=Lippincott Williams & Wilkins |location=Hagerstwon, MD |year=2009 |isbn=978-0-7817-8763-5 }}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=-YI9P2DLe9UC|title=Clinical Anesthesia|access-date=8 December 2014|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20170220091947/https://books.google.com/books?id=-YI9P2DLe9UC|archive-date=20 February 2017|isbn=9780781787635|last1=Barash|first1=Paul G.|year=2009|publisher=Lippincott Williams & Wilkins }}</ref>


Hingga awal abad ke-20, obat antikolinergik banyak digunakan untuk mengobati gangguan kejiwaan.[10]
Hingga awal abad ke-20, obat antikolinergik banyak digunakan untuk mengobati gangguan kejiwaan.<ref>Bangen, Hans: ''Geschichte der medikamentösen Therapie der Schizophrenie''. Berlin 1992, {{ISBN|3-927408-82-4}}</ref>


==Contoh==
==Contoh==

Revisi per 10 Juli 2024 10.45

Antikolinergik (agen antikolinergik) adalah zat yang menghalangi kerja neurotransmiter asetilkolin (ACh) pada sinapsis di sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.[1][2]

Agen-agen ini menghambat sistem saraf parasimpatis dengan secara selektif memblokir pengikatan ACh ke reseptornya di sel saraf. Serabut saraf sistem parasimpatis bertanggung jawab atas pergerakan otot polos yang tidak disengaja di saluran pencernaan, saluran kemih, paru-paru, kelenjar keringat, dan banyak bagian tubuh lainnya.[3]

Secara luas, antikolinergik dibagi menjadi dua kategori sesuai dengan target spesifiknya di sistem saraf pusat dan perifer serta pada sambungan neuromuskular:[3] agen antimuskarinik dan agen antinikotinik (penghambat ganglionik, penghambat neuromuskular).[4]

Istilah "antikolinergik" biasanya digunakan untuk merujuk pada antimuskarinik yang secara kompetitif menghambat pengikatan ACh ke reseptor asetilkolin muskarinik; agen tersebut tidak memusuhi pengikatan reseptor asetilkolin nikotinat di sambungan neuromuskular, meskipun istilah ini kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada agen yang melakukan hal tersebut.[3][5]

Kegunaan dalam medis

Obat antikolinergik digunakan untuk mengobati berbagai kondisi seperti:

Antikolinergik umumnya memiliki efek antisialagogue (menurunkan produksi air liur), dan sebagian besar menghasilkan efek sedasi pada tingkat tertentu, keduanya bermanfaat dalam prosedur pembedahan.[8][9]

Hingga awal abad ke-20, obat antikolinergik banyak digunakan untuk mengobati gangguan kejiwaan.[10]

Contoh

Referensi

  1. ^ "Anticholinergics", Anticholinergic Agents, Bethesda (MD): National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2012, PMID 31643610, diakses tanggal 2020-03-23, Anticholinergics have antisecretory activities and decrease nasal and bronchial secretions, salivation, lacrimation, sweating and gastric acid production, and can be used to decrease secretions in allergic and inflammatory diseases. Anticholinergics relax smooth muscle in the gastrointestinal tract, bladder and lung and can be used for gastrointestinal, urological or respiratory conditions associated with spasm and dysmotility. 
  2. ^ Clinical Pharmacology [database online]. Tampa, FL: Gold Standard, Inc.; 2009. Drugs with Anticholinergic Activity. Prescriber's Letter 2011; 18 (12):271233.
  3. ^ a b c Migirov, A; Datta, AR (2020), "article-17683", Physiology, Anticholinergic Reaction, This book is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits use, duplication, adaptation, distribution, and reproduction in any medium or format, as long as you give appropriate credit to the original author(s) and the source, a link is provided to the Creative Commons license, and any changes made are indicated., Treasure Island (FL): StatPearls Publishing, PMID 31536197, diakses tanggal 2020-03-24 
  4. ^ Sharee A. Wiggins; Tomas Griebling. "Urinary Incontinence". Landon Center on Aging. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-27. Diakses tanggal 2011-07-09. 
  5. ^ Su, Mark; Goldman, Matthew. Traub, Stephen J.; Burns, Michele M.; Grayzel, Jonathan, ed. "Anticholinergic poisoning". UpToDate. Diakses tanggal 2020-03-24. 
  6. ^ "NERVE AGENTS". fas.org. Diakses tanggal 2020-07-27. 
  7. ^ Nair, V. Priya; Hunter, Jennifer M. (2004-10-01). "Anticholinesterases and anticholinergic drugs". Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain (dalam bahasa Inggris). 4 (5): 164–168. doi:10.1093/bjaceaccp/mkh045alt=Dapat diakses gratis. ISSN 1743-1816. 
  8. ^ Page 592 in: Cahalan, Michael D.; Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K. (2009). Clinical Anesthesia. Hagerstwon, MD: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-8763-5. 
  9. ^ Barash, Paul G. (2009). Clinical Anesthesia. Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 9780781787635. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 February 2017. Diakses tanggal 8 December 2014. 
  10. ^ Bangen, Hans: Geschichte der medikamentösen Therapie der Schizophrenie. Berlin 1992, ISBN 3-927408-82-4