Lompat ke isi

Dinar emas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfarq (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alfarq (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Dinar-Dirham.gif|200px|thumb|Dinar emas dan Dirham perak]]
[[Berkas:Dinar-Dirham.gif|200px|thumb|Dinar emas dan Dirham perak]]
'''Dinar emas''' berdasarkan Hukum [[Syari’ah Islam]] adalah koin emas yang memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan berat 4,25 gram, sedangkan [[Dirham perak]] Islam memiliki kadar perak murni dengan berat 3 gram,<ref name="en">{{en}} ''[http://www.islamicmint.com/islamicdinar/whatrthey.html What are the Dinar & Dirham]''. [http://www.islamicmint.com/ Islamic Mint].</ref> atau lebih tepatnya 2,975 gram.<ref>{{id}} Zaim Saidi. ''[http://www.wakalanusantara.com/detil.php?jdl=Penetapan..Standar.Dinar.Dirham&id=78 Penetapan Standar Dinar Dirham]''. [http://www.wakalanusantara.com/ Wakala Induk Nusantara]. Depok, 17 April 2009.</ref>
'''Dinar emas''' berdasarkan Hukum [[Syari’ah Islam]] adalah koin emas yang memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan berat 4,25 gram, sedangkan [[Dirham perak]] Islam memiliki kadar perak murni dengan berat 3 gram,<ref name="en">{{en}} ''[http://www.islamicmint.com/islamicdinar/whatrthey.html What are the Dinar & Dirham]''. [http://www.islamicmint.com/ Islamic Mint].</ref><ref name="id">{{id}} ''[http://www.wakalanusantara.com/ddApa.php Apakah Dinar Emas dan Dirham Perak Itu?]''. [http://www.wakalanusantara.com/ Wakala Induk Nusantara].</ref> atau lebih tepatnya 2,975 gram.<ref>{{id}} Zaim Saidi. ''[http://www.wakalanusantara.com/detil.php?jdl=Penetapan..Standar.Dinar.Dirham&id=78 Penetapan Standar Dinar Dirham]''. [http://www.wakalanusantara.com/ Wakala Induk Nusantara]. Depok, 17 April 2009.</ref>


Khalifah [[Umar ibn Khattab]] menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: "7 [[dinar]] harus setara dengan 10 [[dirham]]."
Khalifah [[Umar ibn Khattab]] menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: "7 [[dinar]] harus setara dengan 10 [[dirham]]."


[[Wahyu]] menyatakan mengenai Dinar Dirham dan banyak sekali hukum hukum yang terkait dengannya seperti [[zakat]], pernikahan, [[hudud]] dan lain sebagainya. Sehingga dalam [[Wahyu]] Dinar Dirham memiliki tingkat realita dan ukuran tertentu sebagai standar pernghitungan (untuk [[Zakat]] dan lain sebagainya) dimana sebuah keputusan dapat diukurkan kepadanya dibandingkan dengan alat tukar lainnya.
[[Wahyu]] menyatakan mengenai Dinar Dirham dan banyak sekali hukum hukum yang terkait dengannya seperti [[zakat]], pernikahan, [[hudud]] dan lain sebagainya. Sehingga dalam [[Wahyu]] Dinar Dirham memiliki tingkat realita dan ukuran tertentu sebagai standar pernghitungan (untuk [[Zakat]] dan lain sebagainya) dimana sebuah keputusan dapat diukurkan kepadanya dibandingkan dengan alat tukar lainnya.<ref name="id"/>


Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyebutkan bahwa terdapat ijma sejak awal Islam dan masa para Sahabat dan Tabi'in bahwa sepuluh dirham syariah sepadan dengan tujuh mitsqal (berat dinar) emas. Berat satu mitsqal emas adalah tujuh puluh dua butir gandum, sehingga tujuh-persepuluhnya adalah lima puluh dua-perlima butir gandum. Semua ukuran ini dengan kokoh ditetapkan oleh ijma.<ref name="en"/>
Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyebutkan bahwa terdapat ijma sejak awal Islam dan masa para Sahabat dan Tabi'in bahwa sepuluh dirham syariah sepadan dengan tujuh mitsqal (berat dinar) emas. Berat satu mitsqal emas adalah tujuh puluh dua butir gandum, sehingga tujuh-persepuluhnya adalah lima puluh dua-perlima butir gandum. Semua ukuran ini dengan kokoh ditetapkan oleh ijma.<ref name="en"/>

Revisi per 21 Oktober 2009 03.43

Berkas:Dinar-Dirham.gif
Dinar emas dan Dirham perak

Dinar emas berdasarkan Hukum Syari’ah Islam adalah koin emas yang memiliki kadar 22 karat emas (917) dengan berat 4,25 gram, sedangkan Dirham perak Islam memiliki kadar perak murni dengan berat 3 gram,[1][2] atau lebih tepatnya 2,975 gram.[3]

Khalifah Umar ibn Khattab menentukan standar antar keduanya berdasarkan beratnya masing-masing: "7 dinar harus setara dengan 10 dirham."

Wahyu menyatakan mengenai Dinar Dirham dan banyak sekali hukum hukum yang terkait dengannya seperti zakat, pernikahan, hudud dan lain sebagainya. Sehingga dalam Wahyu Dinar Dirham memiliki tingkat realita dan ukuran tertentu sebagai standar pernghitungan (untuk Zakat dan lain sebagainya) dimana sebuah keputusan dapat diukurkan kepadanya dibandingkan dengan alat tukar lainnya.[2]

Ibnu Khaldun dalam al-Muqaddimah menyebutkan bahwa terdapat ijma sejak awal Islam dan masa para Sahabat dan Tabi'in bahwa sepuluh dirham syariah sepadan dengan tujuh mitsqal (berat dinar) emas. Berat satu mitsqal emas adalah tujuh puluh dua butir gandum, sehingga tujuh-persepuluhnya adalah lima puluh dua-perlima butir gandum. Semua ukuran ini dengan kokoh ditetapkan oleh ijma.[1]

  • Apa saja kegunaan Dinar Islam? Dapat digunakan sebagai simpanan, investasi penjaga nilai
  • Dapat digunakan sebagai pembayar zakat dan mas kawin sebagaimana telah disyaratkan oleh Syari’ah Islam
  • Dapat digunakan untuk perniagaan sebagai alat tukar yang sah

Sejarah[4][5]

Muslimin menggunakan emas dan perak berdasarkan beratnya dan Dinar Dirham yang digunakan merupakan cetakan dari bangsa Persia.

Koin awal yang digunakan oleh Muslimin merupakan duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania, yang dicetak dibawah otoritas Khalifah Utsman radhiyallahu anhu. Yang membedakan dengan koin aslinya adalah adanya tulisan Arab yang berlafazkan “Bismillah”. Sejak saat itu tulisan "Bismillah" dan bagian dari Al Qur’an menjadi suatu hal yang lazim ditemukan pada koin yang dicetak oleh Muslimin.

Standar dari koin yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn al-Khattab, berat dari 10 Dirham adalah sama dengan 7 Dinar (1 mithqal). Pada tahun 75 Hijriah (695 Masehi) Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak Dirham untuk pertama kalinya, dan secara resmi beliau menggunakan standar yang ditentukan oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Khalifah Abdalmalik memerintahkan bahwa pada tiap koin yang dicetak terdapat tulisan: "Allahu ahad, Allahush shamad". Beliau juga memerintahkan penghentian cetakan dengan gambar wujud manusia dan binatang dari koin dan menggantinya dengan huruf-huruf.

Perintah ini diteruskan sepanjang sejarah Islam. Dinar dan Dirham biasanya berbentuk bundar, dan tulisan yang dicetak diatasnya memiliki tata letak yang melingkar. Lazimnya di satu sisi terdapat kalimat “tahlil” dan “tahmid”, yaitu, “La ilaha ill’Allah” dan “Alhamdulillah” sedangkan pada sisi lainnya terdapat nama Amir dan tanggal pencetakkan; dan pada masa masa selanjutnya menjadi suatu kelaziman juga untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, dan terkadang, ayat-ayat Qur’an.

Koin emas dan perak menjadi mata uang resmi hingga jatuhnya kekhalifahan. Sejak saat itu, lusinan mata uang dari beberapa negara dicetak di setiap negara era paska kolonialisme dimana negara-negara tersebut merupakan pecahan dari Dar al Islam.

Perlu diingat bahwa Hukum Syariah Islam tidak pernah mengizinkan penggunaan surat janji pembayaran menjadi alat tukar yang sah.

Lihat pula

Referensi