Keresidenan Besuki: Perbedaan antara revisi
wikifikasi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 169: | Baris 169: | ||
|26 Juli 1941 |
|26 Juli 1941 |
||
|[[Pendudukan Jepang di Indonesia|Pendudukan Jepang]] |
|[[Pendudukan Jepang di Indonesia|Pendudukan Jepang]] |
||
|- |
|||
|Ryo Takahashi |
|||
|25 Agustus 1942 |
|||
| |
|||
|} |
|} |
||
Revisi terkini sejak 11 Agustus 2024 18.16
Keresidenan Besuki atau bekas (eks) Karesidenan Besuki atau wilayah tapal kuda yaitu wilayah administratif pemerintahan zaman Hindia Belanda yang meliputi wilayah Jawa Timur bagian timur dengan pembagian:
Dalam administrasi kendaraan bermotor, wilayah Eks-Karesidenan Besuki diberi kode Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan huruf P.
Komoditas
[sunting | sunting sumber]Sebelum masa penjajahan Belanda, wilayah di Keresidenan Besuki merupakan salah satu penghasil bahan pangan yang terbesar di Indonesia.[1] Bahan pangan diekspor ke wilayah-wilayah di luar Jawa. Namun selama masa penaklukan Belanda atas wilayah Besuki, wilayah ini tidak lagi mampu menghasilkan bahan pangan dalam jumlah banyak. Penyebabnya adalah terjadinya konflik dengan Belanda yang berakhir dengan peperangan yang berkepanjangan yang menyebabkan lahan pertanian diabaikan. Pemilik lahan meninggalkannya untuk migrasi ke wilayah lain atau lahan ditinggal mati pemiliknya. Penduduk di wilayah Besuki harus mengimpor beras dari daerah lain, khususnya Bali.[2]
Migrasi penduduk Besuki ke wilayah lain selama peperangan dengan Belanda membuat kawasan Besuki kembali ditumbuhi vegetasi alami. Pada pertengahan abad ke-19 M, wilayah Besuki tetap menjadi kawasan hutan terluas di Pulau Jawa dengan penduduk terjarang. Pada masa kolonial Belanda, wilayah Besuki dianggap sebagai wilayah yang tidak terlalu penting dibandingkan dengan wilayah lainnya. Kawasannya dianggap sebagai tempat persembunyian para penjahat dan perompak yang berbahaya bagi kekuasaan Belanda.[3]
Setelah Belanda menjadikan wilayah Besuki sebagai bagian dari jajahannya sejak tahun 1870, stabilitas politik di wilayah ini kembali normal. Sehingga eksploitasi ekonomi diperluas dengan pembukaan perkebunan-perkebunan dengan sistem Cultuurstelsel maupun oleh pihak swasta. Kondisi ini mengembalikan peran wilayah Besuki sebagai penghasil pangan di wilayah Indonesia sekaligus menambahkan komoditas perkebunan sebagai komoditas wilayahnya.[3]
Residen
[sunting | sunting sumber]Berikut adalah daftar residen yang pernah berkuasa di Besuki.
Residen Besuki | Mulai | Selesai |
---|---|---|
Jan Louis van Neukirchen | 1817 | 1818 |
Johannes Henricus van Ysseldijk | 1818 | 1822 |
Pieter Langewagen | 1822 | 1826 |
Franciscus Henricus Smulders | 1826 | 1827 |
Benjamin Corneille Verploeg | 1827 | 1829 |
JF. de Bruin Prince | 1829 | 1836 |
Hugo Cornets de Groot | 1836 | 1840 |
Johan Frans Hora Siccama | 1841 | 1843 |
Jean Frédéric Theodore Maijor | 1843 | 4 Januari 1848 |
Johannes Lodewijk Benedictus Engelhard | 1848 | 1852 |
Hendricus Albertus van der Poel | 1852 | 1856 |
Herman Kleijn van de Poll | 1856 | 1857 |
Hendricus Albertus van der Poel | 1857 | 1861 |
Jules Felicien Romain Stanislas van den Bossche | 1861 | 1862 |
Petrus Theodorus Couperus | 20 November 1862 | 22 Juli 1865 |
Herman Adriaan Steijn Parvé | 8 Agustus 1865 | 2 Desember 1867 |
Jan Francois Schultze | 2 Desember 1867 | 18 April 1871 |
Julius Dominicus Mispelblom Beijer | 18 April 1871 | 25 Desember 1874 |
Pieter Frederik Wegener | 25 Desember 1874 | 22 September 1877 |
Daniel Francois van Alphen | 1 Oktober 1877 | 26 Februari 1882 |
Johannes Cornelis Theodorus Kroesen | 26 Februari 1882 | 2 Mei 1885 |
Jan Frederik Wilhelm Wessels | 2 Mei 1885 | 3 Juni 1890 |
D. de Wit | 3 Juni 1890 | 10 Februari 1894 |
Willem de Vogel | 10 Februari 1894 | 1 Mei 1897 |
JC. Castens | 1 Mei 1897 | 7 Juli 1900 |
John Ricus Couperus | 7 Juli 1900 | 2 Juni 1902 |
Eduard Marie van den Bergh van Heinenoord | 2 Juni 1902 | 5 November 1907 |
J. Bosman | 5 November 1907 | 26 September 1913 |
Bernardus Schagen van Soelen | 26 September 1913 | 5 Juni 1918 |
FL. Broekveldt | 5 Juni 1918 | 12 Maret 1919 |
JP. Fresevur | 12 Maret 1919 | 4 Agustus 1922 |
HA. Voet | 4 Agustus 1922 | 13 Mei 1925 |
AH. Neys | 13 Mei 1925 | 1928 |
Antara tahun 1928-1931 dipecah menjadi Keresidenan Bondowoso dan Jember | ||
Coenraad Hendrik Hermanus Snell | 1 November 1931 | 9 Januari 1935 |
Charles August van Romondt | 9 Januari 1935 | 16 Februari 1938 |
Dirk Ferdinand Pronk | 16 Februari 1938 | 26 Juli 1941 |
Alexander Constantijn Tobi | 26 Juli 1941 | Pendudukan Jepang |
Ryo Takahashi | 25 Agustus 1942 |
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Nawiyanto 2012, hlm. 77.
- ^ Nawiyanto 2012, hlm. 77-78.
- ^ a b Nawiyanto 2012, hlm. 78.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Nawiyanto (2012). "Berakhirnya Frontir Pertanian, Kajian Historis Wilayah Besuki, 1870-1970". Jurnal Masyarakat & Budaya. 14 (1).