Pawukon: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Pameran Astronomi Sonobudoyo -10.jpg|jmpl|287x287px|Naskah pawukon dalam pameran Museum Sonobudoyo]] |
[[Berkas:Pameran Astronomi Sonobudoyo -10.jpg|jmpl|287x287px|Naskah pawukon dalam pameran Museum Sonobudoyo]] |
||
'''Pawukon''' (Aksara Jawa: ꦦꦮꦸꦏꦺꦴꦤ꧀ translit: Pawukon) adalah suatu perhitungan tradisional yang populer di masyarakat agraris, terutama wilayah [[Jawa Tengah]] dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] berdasarkan sistem pertanggalan tradisional Jawa. Pawukon dikenal juga sebagai ''petung'' (perhitungan) karena merupakan rumus untuk menentukan usaha manusia agar usahanya berhasil dengan baik. Pawukon digunakan dalam banyak hal seperti waktu menanam padi yang baik atau disebut dengan Pranata Mangsa.<ref |
'''Pawukon''' (Aksara Jawa: ꦦꦮꦸꦏꦺꦴꦤ꧀ translit: Pawukon) adalah suatu perhitungan tradisional yang populer di masyarakat agraris, terutama wilayah [[Jawa Tengah]] dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] berdasarkan sistem pertanggalan tradisional Jawa. Pawukon dikenal juga sebagai ''petung'' (perhitungan) karena merupakan rumus untuk menentukan usaha manusia agar usahanya berhasil dengan baik. Pawukon digunakan dalam banyak hal seperti waktu menanam padi yang baik atau disebut dengan Pranata Mangsa.<ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=7276|title=Petung/Pawukon|date=2017|website=Warisan Budaya Kemdikbud|access-date=19 Februari 2019}}</ref> Selain untuk kepentingan pertanian, Pawukon biasa juga dipakai untuk menghitung waktu baik ketika membangun rumah, bepergian, watak seseorang yang terkait dengan astrologi, masih banyak lagi.<ref>[http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1629 Serat Pawukon] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190208033050/http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1629 |date=2019-02-08 }}<nowiki/>{{Cite web|url=http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1629|title=Serat Pawukon|website=Navigasi Budaya Jogja Provinsi|access-date=19 Februari 2019|archive-date=2019-02-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20190208033050/http://navigasi-budaya.jogjaprov.go.id/heritage/naskah-kuno/1629|dead-url=yes}}</ref> |
||
[[Berkas:Serat pawukon 1.jpg|jmpl|Serat Pawukon]] |
[[Berkas:Serat pawukon 1.jpg|jmpl|Serat Pawukon]] |
||
Pertanggalan Jawa memiliki beberapa siklus hari seperti seperti siklus 5 hari ''(pancawarna),'' 6 hari ''(paringkelan'' atau ''sadwara),'' 7 hari (''saptwara,'' 8 hari (''padewan'' atau ''astawara)'', dan 9 hari (''padangon'' atau ''sangawara)''. Sementara itu Pawukon memiliki siklus hari yang lebih panjang yakni siklus 210 hari yang terbagi dalam 30 bagian yang kerap disebut dengan [[wuku]]. Pawukon kerap dikaitkan dengan mitos |
Pertanggalan Jawa memiliki beberapa siklus hari seperti seperti siklus 5 hari ''(pancawarna),'' 6 hari ''(paringkelan'' atau ''sadwara),'' 7 hari (''saptwara,'' 8 hari (''padewan'' atau ''astawara)'', dan 9 hari (''padangon'' atau ''sangawara)''. Sementara itu Pawukon memiliki siklus hari yang lebih panjang yakni siklus 210 hari yang terbagi dalam 30 bagian yang kerap disebut dengan [[wuku]]. Pawukon kerap dikaitkan dengan mitos [[inses]] Prabu Watugunung dengan ibunya Dewi Sinta dan Dewi Landep yang dari hubungan mereka melahirkan 27 anak. Karena Dewata murka akibat perbuatan Prabu Watugunung maka ia ditunjuk sebagai penjaga kalender dan perhitungan. Pawukon hadir sebagai cara untuk menyeimbangkan rusaknya keseimbangan kosmos karena hubungan inses anak dan ibu tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Admiranto|first=Agustinus Gunawan|date=2016|title=Pawukon: from incest, calendar, to horoscope|url=https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/771/1/012019/meta|journal=Journal of Physics: Conference Series|volume=Vol 771|issue=Number 1|doi=10.1088/1742-6596/771/1/012019|access-date=19 Februari 2019}}</ref> |
||
Pawukon kerap juga disebut sebagai alamanak dan horoskop dalam tradisi Jawa. Pawukon juga telah disalin dalam bentuk naskah atau serat yang ditulis sebelum abad ke-19. |
Pawukon kerap juga disebut sebagai alamanak dan horoskop dalam tradisi Jawa. Pawukon juga telah disalin dalam bentuk naskah atau serat yang ditulis sebelum abad ke-19. |
Revisi terkini sejak 20 Agustus 2024 13.37
Pawukon (Aksara Jawa: ꦦꦮꦸꦏꦺꦴꦤ꧀ translit: Pawukon) adalah suatu perhitungan tradisional yang populer di masyarakat agraris, terutama wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan sistem pertanggalan tradisional Jawa. Pawukon dikenal juga sebagai petung (perhitungan) karena merupakan rumus untuk menentukan usaha manusia agar usahanya berhasil dengan baik. Pawukon digunakan dalam banyak hal seperti waktu menanam padi yang baik atau disebut dengan Pranata Mangsa.[1] Selain untuk kepentingan pertanian, Pawukon biasa juga dipakai untuk menghitung waktu baik ketika membangun rumah, bepergian, watak seseorang yang terkait dengan astrologi, masih banyak lagi.[2]
Pertanggalan Jawa memiliki beberapa siklus hari seperti seperti siklus 5 hari (pancawarna), 6 hari (paringkelan atau sadwara), 7 hari (saptwara, 8 hari (padewan atau astawara), dan 9 hari (padangon atau sangawara). Sementara itu Pawukon memiliki siklus hari yang lebih panjang yakni siklus 210 hari yang terbagi dalam 30 bagian yang kerap disebut dengan wuku. Pawukon kerap dikaitkan dengan mitos inses Prabu Watugunung dengan ibunya Dewi Sinta dan Dewi Landep yang dari hubungan mereka melahirkan 27 anak. Karena Dewata murka akibat perbuatan Prabu Watugunung maka ia ditunjuk sebagai penjaga kalender dan perhitungan. Pawukon hadir sebagai cara untuk menyeimbangkan rusaknya keseimbangan kosmos karena hubungan inses anak dan ibu tersebut.[3]
Pawukon kerap juga disebut sebagai alamanak dan horoskop dalam tradisi Jawa. Pawukon juga telah disalin dalam bentuk naskah atau serat yang ditulis sebelum abad ke-19.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Petung/Pawukon". Warisan Budaya Kemdikbud. 2017. Diakses tanggal 19 Februari 2019.
- ^ Serat Pawukon Diarsipkan 2019-02-08 di Wayback Machine."Serat Pawukon". Navigasi Budaya Jogja Provinsi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-08. Diakses tanggal 19 Februari 2019.
- ^ Admiranto, Agustinus Gunawan (2016). "Pawukon: from incest, calendar, to horoscope". Journal of Physics: Conference Series. Vol 771 (Number 1). doi:10.1088/1742-6596/771/1/012019. Diakses tanggal 19 Februari 2019.