Yesaya Pariadji: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 71: | Baris 71: | ||
| footnotes = |
| footnotes = |
||
}} |
}} |
||
'''Yesaya Pariadji''' (1 Desember |
'''Yesaya Pariadji''' (1 Desember 1946 – 5 Mei 2022) adalah seorang [[pendeta]] [[Indonesia]]. Yesaya Pariadji memimpin Pelayanan di [[Gereja Tiberias Indonesia]] bersama istrinya, Darniaty Pariadji sejak 1990 sampai dengan hari ini yang telah memiliki cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia. |
||
Sebelum menjadi pendeta, Yesaya Pariadji bersama istri bukanlah berasal dari kalangan orang Kristen. Yesaya (nama baptis) Pariadji memiliki latar belakang sebagai pegawai di istana kepresidenan, Ia pernah bertugas di [[Istana Negara]] pada bagian kerumahtanggaan Presiden Republik Indonesia, yaitu Presiden [[Soekarno]] hingga Presiden [[Soeharto]]. Ia pun pernah menjadi pelayan di sebuah hotel bintang lima di [[New York]]. Pariadji juga memiliki bisnis dibidang farmasi dan memiliki 7 apotik besar di tahun 1970-1980an. |
Sebelum menjadi pendeta, Yesaya Pariadji bersama istri bukanlah berasal dari kalangan orang Kristen. Yesaya (nama baptis) Pariadji memiliki latar belakang sebagai pegawai di istana kepresidenan, Ia pernah bertugas di [[Istana Negara]] pada bagian kerumahtanggaan Presiden Republik Indonesia, yaitu Presiden [[Soekarno]] hingga Presiden [[Soeharto]]. Ia pun pernah menjadi pelayan di sebuah hotel bintang lima di [[New York]]. Pariadji juga memiliki bisnis dibidang farmasi dan memiliki 7 apotik besar di tahun 1970-1980an. |
Revisi terkini sejak 10 November 2024 01.13
Yesaya Pariadji | |
---|---|
Lahir | Kuala Lumpur, Uni Malaya | 1 Desember 1946
Meninggal | 5 Mei 2022 Jakarta, Indonesia | (umur 75)
Makam | San Diego Hills |
Pekerjaan | Pendeta |
Suami/istri | Darniaty Pariadji |
Anak | 4 |
Yesaya Pariadji (1 Desember 1946 – 5 Mei 2022) adalah seorang pendeta Indonesia. Yesaya Pariadji memimpin Pelayanan di Gereja Tiberias Indonesia bersama istrinya, Darniaty Pariadji sejak 1990 sampai dengan hari ini yang telah memiliki cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Sebelum menjadi pendeta, Yesaya Pariadji bersama istri bukanlah berasal dari kalangan orang Kristen. Yesaya (nama baptis) Pariadji memiliki latar belakang sebagai pegawai di istana kepresidenan, Ia pernah bertugas di Istana Negara pada bagian kerumahtanggaan Presiden Republik Indonesia, yaitu Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto. Ia pun pernah menjadi pelayan di sebuah hotel bintang lima di New York. Pariadji juga memiliki bisnis dibidang farmasi dan memiliki 7 apotik besar di tahun 1970-1980an.
Pariadji juga dikenal kerap mengratiskan obat yang dijual oleh apotik miliknya secara cuma-cuma, dan memberi layanan ambulan gratis kepada orang-orang yang kesulitan secara ekonomi, dan kerap keluar masuk kampung untuk membagikan obat-obatan kepada orang susah yang sedang sakit.
Keluarga
Pariadji bersama keluarga besar sama sekali bukan berasal dari orang Kristen. Ia bersama Ibunya tinggal di salah satu kota di pulau Jawa yang erat kaitannya dengan penyembahan roh nenek moyang yang kerap ditemukan pada kultur kepercayaan Jawa di sekitar tahun 1900an. Sedangkan Darniaty berasal dari suku Minang, Sumatera Barat. Masa kecil Pariadji berjalan layaknya remaja pada umumnya, namun dikenal sebagai pribadi yang sangat keras untuk menjadi yang terbaik dibidangnya, dan terbukti sukses dalam pendidikan, menerima beasiswa diluar negeri dan menjadi chairman beberapa perusahaan ternama. Dalam lingkungan bermasyarakat dan karir, Pariadji dikenal sebagai pribadi yang jujur, baik, rela berkorban, dan bersih dari jejak kecurangan, bahkan Pariadji muda memiliki cita-cita yang sangat unik, yaitu diusia 40 tahun ingin menjadi pertapa di gunung untuk bertemu dengan Sang Pencipta, meninggalkan harta benda miliknya kepada istri dan anaknya. Sedangkan masa kecil Darniaty adalah putri dari pengusaha besar di Jakarta. Darniaty muda dikenal sebagai pribadi yang mudah menaruh belas kasihan kepada orang yang kesusahan. Pariadji dan Darniaty menikah dan dikaruniai 4 orang anak, beberapa diantaranya Aristo Purboadji, Argo Pariadji dan Arseto Suryoadji.
Pengalaman Mujizat
Darniaty
Sebelum menjadi orang Kristen, Pariadji dan Darniaty bersama anak-anak memiliki latar belakang keluarga muslim. Pada tahun 1980an sesaat setelah Darniaty melahirkan anaknya yang keempat, saat itu dokter yang menangani sedang menangani dua pasien secara bersamaan, dan ia diberikan suntikan obat double dosis untuk melancarkan persalinan. Bayi nya lahir selamat, namun Darniaty menjadi lumpuh pasca persalinan. Ia mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya dan mengalami sakit di sekujur badannya selama bertahun-tahun dan seringkali pingsan, bahkan saat sedang duduk. Walaupun ditangani oleh berbagai dokter terbaik dari swasta dari luar maupun dalam negeri, bahkan beberapa diantaranya adalah dokter khusus dari Istana Kepresidenan Republik Indonesia (karena Pariadji pernah bekerja di Istana Negara) namun sakit yang dialami Darniaty tetap tidak bisa disembuhkan.
Selayaknya seorang ibu pada umumnya, Darniaty memiliki kerinduan untuk pergi mengantar anak-anaknya bersekolah, sehingga sehari-hari Darniaty pergi mengantar anak sekolah walaupun dengan kursi roda dan mengenakan infus, Ia pergi naik mobil diantar oleh supirnya dari rumah kediamannya saat itu di bilangan Jakarta Pusat.
Hingga suatu ketika, Darniaty dalam kesehariannya sepulang mengantarkan anaknya masuk sekolah di pagi hari, ia melewati sebuah gereja dan merasa ada dorongan yang tidak Ia mengerti agar masuk kedalam gereja tersebut. Gereja tersebut dalam keadaan kosong karena Darniaty mendatangi tempat tersebut di hari kerja, hanya ada koster (pelayan gereja) dan dalam rasa takut karena bukan dari kalangan orang kristen, Darniaty masuk dan melihat patung Yesus Kristus disalib didalam Gereja tersebut, seketika sakit yang ia rasakan bertahun-tahun lenyap begitu saja. Mulai saat itu, Darniaty mulai mempelajari siapa Yesus melalui membaca alkitab, dan ikut dalam ibadah kebaktian tanpa sepengetahuan Pariadji.
Darniaty mulai meminjam Alkitab milik salah seorang karyawan apotiknya dan membaca injil. Ia juga mulai mengikuti kebaktian PA (Pendalaman/Penelaan Alkitab) Wanita, dan memulai pelayanan nya dengan bermain Organ (keyboard). Darniaty kerap pergi pagi-pagi subuh secara diam-diam agar tidak diketahui suami, ia memerintahkan supirnya untuk mendorong mobil keluar garasi dan dibayar 25 ribu rupiah perhari untuk mendorong mobil. Pariadji perlahan mengetahui istrinya menjadi seorang Kristen dan melarang Darniaty untuk ikut pelayanan, bahkan menjual organ milik Darniaty agar tidak bisa memainkan musik di ibadah Kristen lagi.
Pariadji
Pada tahun 1985, Pariadji jatuh sakit dan divonis oleh dokter menderita tumor otak dan dinyatakan umurnya hanya tinggal beberapa bulan lagi. Dalam kesakitannya, Pariadji menyatakan dirinya sangat kecewa kepada Tuhan, karna Ia sudah menjaga hidupnya sejak muda, namun justru mengalami penyakit yang dideritanya. Namun saat sakit ia mendengar suara di telinganya, "Pariadji, baca Alkitab. Disitu ada injil Kerajaan Sorga, ikutlah Aku, Akulah Yesus Kristus Tuhan Allahmu yang punya Kerajaan Sorga" selama berbulan-bulan namun Ia menolak. Hingga saat Pariadji mengalami kelumpuhan dan hanya bisa terbaring, Ia baru mulai membaca Alkitab dan perlahan mengalami mujizat kesembuhan tanpa mengalami operasi.
Menjadi Kristen
Pasca mengalami mujizat kesembuhan, Darniaty dan Pariadji mulai mencari Gereja dan memberi diri untuk dibaptis. setelah dibaptis, Pariadji menerima nama baptis menjadi Yesaya Pariadji, dan mulai mengikuti ibadah di gereja Katolik pada masa awal mula menjadi Kristen, karena saat itu Darniaty dan Pariadji belum memahami betul antara keduanya. Dalam waktu yang berbeda, Pariadji bersama Darniaty pergi mengunjungi Ibu kandung Pariadji di kediamannya, dan keduanya berlutut memohon ampun sambil menangis mengakui bahwa keduanya telah menjadi Kristen. Namun, Pariadji terkejut karena sang Ibu sudah mengetahuinya. Jauh bertahun-tahun sebelumnya, Ia menjalankan puasa 7 hari 7 malam tidak makan dan tidak minum (dalam tradisi Jawa, dikenal dengan puasa ngebleng) dan berdoa untuk mencari tahu, siapa sebenarnya Tuhan Penguasa semesta alam. Pada hari yang ke-7, secara ajaib Yesus Kristus muncul dan berdiri persis didepan dirinya dan berkata (dalam bahasa Jawa) "Aku bukan nabi, Akulah Yesus Kristus Tuhan Allahmu yang punya Kerajaan Sorga, Ikutlah Aku"
Semenjak hari itu, Ibu kandung Pariadji selalu mendoakan agar anaknya juga sama-sama dijumpai Yesus Kristus kemanapun dirinya melangkah. Dengan demikian, Ibu kandung Yesaya Pariadji sudah menjadi pengikut Yesus sebelum Darniaty dan Yesaya Pariadji menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang baru.
Bertemu dengan Yesus Kristus
Pada suatu malam saat Pariadji sedang berlutut berdoa, Yesus Kristus turun mendatanginya, dalam kesaksiannya, Yesus terlihat sangat terang bercahaya, dan suasana disekitarnya terasa damai. Sebelum berdiri dihadapan Pariadji, Yesus mendatangi Istri dan ke-empat anaknya yang sedang tidur, menumpangkan tangan-Nya, baru mendatangi Pariadji. Disitu Yesus Kristus sekali lagi menyatakan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan Allah yang punya Kerajaan Sorga, dan memerintahkan Pariadji untuk mendirikan Gereja yang besar seperti zaman para Rasul, dimana alam maut tidak akan menguasainya, serta mengembalikan kuasa sakramen Perjamuan Kudus (Tubuh dan Darah Yesus) dan Minyak Urapan.
Kemudian, Yesus mengajak Pariadji untuk melihat Kerajaan Sorga. Dalam kesaksiannya, roh Pariadji diajak keluar memasuki alam roh bersama Yesus Kristus, Ia melihat Malaikat Allah dan setan-setan. Ia melihat roh manusia sedang berteriak kesakitan sedang disiksa oleh iblis, Pariadji berteriak meminta agar malaikat menolong dia, namun malaikat tersebut hanya diam saja, berdiri didekat roh Pariadji. Roh orang yang disiksa tersebut akhirnya dilemparkan setan-setan ke lubang yang sangat gelap. Pariadji kemudian dalam sekejap berpindah bersama Yesus berada di Kerajaan Sorga, diruang Maha Kudus. Pariadji diperlihatkan buku yang besar, dan dikatakan oleh Yesus "Pariadji, namamu bersama Istri dan anak-anak tercatat dalam Kitab Kehidupan" Yesus juga memberi perintah, "Pariadji, kamu belum saatnya mati. Serukan agar umat manusia suci pikirannya, suci perkataannya, dan suci perbuatannya"
Kemudian, Pariadji meminta untuk ditempatkan di halaman Kerajaan Sorga saja, dan dalam sekejap dirinya berpindah di Taman Firdaus, halaman pelataran Kerajaan Sorga. Pariadji juga secara kebetulan bertemu dengan temannya disana. Kemudian, Pariadji diajak Yesus untuk melihat Neraka.
Ditepi Tebing Neraka
Ketika berdiri di tebing neraka, Pariadji melihat begitu banyak orang berteriak-teriak terbakar di lautan api. Pariadji menangis dan berlutut memohon supaya roh orang yang terbakar diampuni dan diangkat dari neraka, meminta dirinya menggantikan mereka yang terbakar disana. Namun, Yesus menjawab Pariadji, "Pariadji, di Alam Roh tidak ada pertobatan"
Yesus mengajarkan kepada Pariadji, siapa mereka yang berada di dalam neraka: pertama, orang yang tidak percaya kepada Korban Darah Yesus. Kedua, orang Kristen yang tidak suci hidupnya / terlambat untuk bertobat.
Yesus juga bertanya kepada Pariadji, "Kamu dulu memiliki nazar apa?" Pariadji yang saat itu tidak mengerti apa itu nazar, diingatkan kembali oleh Yesus apa yang pernah diucapkan oleh Pariadji saat dirinya masih muda, yaitu ingin bertemu dengan orang yang berkorban demi orang banyak melebihi dirinya. Yesus menyampaikan kepada Pariadji "Hari ini kamu sudah memenuhi nazarmu, kamu telah bertemu dengan Aku, Akulah Yesus Kristus yang telah berkorban bagi umat manusia" dan sekali lagi Yesus Kristus memerintahkan Pariadji untuk mendirikan Gereja dimana alam maut tidak akan menguasainya. Kemudian, Roh Pariadji dikembalikan kepada tubuhnya ditempat semula.
Menolak untuk Melayani
Walaupun sudah memiliki pengalaman rohani bersama Yesus Kristus, Pariadji merasa tidak layak dan menolak untuk melayani, dengan berdoa untuk meminta Tuhan Yesus memilih orang lain saja untuk melayani. Ia Dalam suatu malam, Pariadji kembali diperlihatkan langit terbuka, dan Tuhan Yesus bersama segenap Malaikat Sorga dilangit, dan terdengar Tuhan Yesus memerintahkan salah satu Malaikat-Nya untuk mencari Pariadji. Malaikat tersebut berbicara dengan memberi dua pilihan: Melayani Yesus atau dilempar ke Neraka. Pariadji yang terkejut tiba-tiba melihat lautan api didepan mata memohon ampun dan memutuskan untuk menuruti perintah Tuhan Yesus untuk mendirikan Gereja dan menjadi Pendeta.
Dalam kesaksiannya, Pariadji menyaksikan tulisan dilangit, seperti terbuat dari api; tertulis perintah untuk mengembalikan kuasa Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan, untuk menyembuhkan orang-orang yang sakit, menghancurkan kutuk dan mengalahkan setan-setan.
Pelayanan
Sebelum Gereja Tiberias Indonesia berdiri, Darniaty mendirikan pelayanan bernama Tiberias Ministry, yang mana dimulai dari kebaktian perdana persekutuan doa pada 22 Mei 1988 yang berkembang di kantor-kantor, restoran-restoran, serta apotik-apotik milik keluarga. Pariadji bersama Istri dan anak-anak melayani di Tiberias Ministry. Kemudian, Gereja Tiberias diizinkan berdiri dibawah Sinode Gereja Bethel yang dikenal dengan GBI Tiberias. Hingga pada tahun 1990, bertepatan dengan peringatan hari proklamasi republik indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1990, Gereja Tiberias Indonesia berdiri secara mandiri dengan visi "Mempersiapkan Jemaat yang Kudus, Misionaris, dan Siap ke Sorga" dan berkembang pesat dengan mendirikan cabang-cabang yang berada di berbagai provinsi di Indonesia dan bahkan tercatat pernah melayani di mancanegara, salah satunya Gereja Tiberias cabang Australia, Melbourne.
Yesaya Pariadji bersama Istrinya, Darniaty Pariadji, menjadi Gembala Sidang memimpin pelayanan Gereja dengan membuktikan Kuasa Tuhan Yesus melalui mujizat kesembuhan, pemulihan ekonomi, pelepasan dari kuasa setan-setan, bahkan beberapa diantaranya mengalami kebangkitan dari kematian. Gereja Tiberias Indonesia dalam pelayanan Yesaya Pariadji bersama Darniaty Pariadji dan segenap Pendeta-pendeta Gereja Tiberias berusaha menunjukan kuasa Yesus Kristus sebagai Tuhan Allah yang punya Kerajaan Sorga, berkuasa untuk menyembuhkan semua sakit penyakit, mengalahkan kuasa iblis, kutuk dan maut.
Gereja Tiberias Indonesia juga tercatat sudah mengadakan ibadah perayaan natal secara besar-besaran di Stadion Utama Gelora Bung Karno di bilangan Jakarta Selatan, Senayan sejak tahun 2000-an.
Yesaya Pariadji juga mendirikan Sekolah Tinggi Theologia Tiberias dan Sekolah Alkitab Tiberias yang ada di Jakarta.[1]
Wafat
Yesaya Pariadji dinyatakan wafat meninggalkan Istri dan empat orang anak, beserta empat orang cucu[2] pada Kamis, 5 Mei 2022 di Rumah Sakit Siloam di Jakarta, dan dimakamkan di San Diego Hills, Karawang. Pelayanan dan Kepemimpinan Gembala Sidang dilanjutkan oleh Darniaty Pariadji, melayani bersama Aristo Purboadji Pariadji dan Argo Pariadji.
Referensi