Lompat ke isi

Arswendo Atmowiloto: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Arswendo Atmowiloto''' (lahir [[Solo]], [[26 November]] [[1948]]) mempunyai nama asli '''Sarwendo'''. Nama itu diubahnya menjadi '''Arswendo''' karena dianggapnya kurang komersial dan ''ngepop''. Lalu di belakang namanya itu ditambahkannyalah nama ayahnya, Atmowiloto, sehingga namanya menjadi apa yang dikenal luas sekarang.
'''Arswendo Atmowiloto''' (lahir [[Solo]], [[26 November]] [[1948]]) mempunyai nama asli '''Sarwendo'''. Nama itu diubahnya menjadi '''Arswendo''' karena dianggapnya kurang komersial dan ''ngepop''. Lalu di belakang namanya itu ditambahkannyalah nama ayahnya, Atmowiloto, sehingga namanya menjadi apa yang dikenal luas sekarang.


Arswendo adalah penulis dan wartawan [[Indonesia]] yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti ''[[Hai]]'' dan ''[[KOMPAS]]''. Di tahun [[1990]], ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid ''[[Monitor]]'', ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat.
Arswendo adalah penulis dan wartawan [[Indonesia]] yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti ''[[Hai]]'' dan ''[[KOMPAS]]''. Di tahun [[1990]], ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid ''[[Monitor]]'', ia ditahan dan dipenjara karena satu [[jajak pendapat]]. Ketika itu, Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas [[Nabi Muhammad SAW]] (Nabi umat Muslim) yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat Muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara.


Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti [[KOMPAS]], [[Suara Pembaruan]], dan [[Media Indonesia]]. Semuanya dengan menggunakan alamat dan identitas palsu.
Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti [[KOMPAS]], [[Suara Pembaruan]], dan [[Media Indonesia]]. Semuanya dengan menggunakan alamat dan identitas palsu.

Revisi per 22 Juni 2006 10.11

Arswendo Atmowiloto (lahir Solo, 26 November 1948) mempunyai nama asli Sarwendo. Nama itu diubahnya menjadi Arswendo karena dianggapnya kurang komersial dan ngepop. Lalu di belakang namanya itu ditambahkannyalah nama ayahnya, Atmowiloto, sehingga namanya menjadi apa yang dikenal luas sekarang.

Arswendo adalah penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti Hai dan KOMPAS. Di tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. Ketika itu, Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad SAW (Nabi umat Muslim) yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat Muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara.

Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti KOMPAS, Suara Pembaruan, dan Media Indonesia. Semuanya dengan menggunakan alamat dan identitas palsu.

Untuk cerita bersambungnya, "Sudesi" (Sukses dengan Satu Istri), di harian "Kompas", ia menggunakan nama "Sukmo Sasmito". Untuk "Auk" yang dimuat di "Suara Pembaruan" ia memakai nama "Lani Biki", kependekan dari Laki Bini Bini Laki, nama iseng ia pungut sekenanya. Nama-nama lain pernah dipakainya adalah "Said Saat" dan "B.M.D Harahap".

Setelah menjalani hukuman 5 tahun ia dibebaskan dan kemudian kembali ke profesi lamanya. Ia menemui Sudwikatmono yang menerbitkan tabloid Bintang Indonesia yang sedang kembang-kempis. Di tangannya, Arswendo berhasil menghidupkan tabloid itu. Namun Arswendo hanya bertahan tiga tahun di situ, karena ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV.

Saat ini selain masih aktif menulis ia juga memiliki sebuah rumah produksi sinetron.

Karya Arswendo Atmowiloto

  1. Abal-abal (1994)
  2. Airlangga (1985)
  3. Akar Asap Neraka (1986)
  4. Anak Ratapan Insan (1985)
  5. Auk (1994)
  6. Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam 3 Babak (1974)
  7. Berserah itu Indah: kesaksian pribadi (1994)
  8. Canting: sebuah roman keluarga (1986)
  9. Darah Nelayan (2001)
  10. Dewa Mabuk (2001)
  11. Dua Ibu (1981)
  12. Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
  13. Dusun Tantangan (2002)
  14. Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005)
  15. Garem Koki (1986)
  16. Imung
  17. Indonesia from the Air (1986)
  18. Kadir (2001)
  19. Keluarga Bahagia (2001)
  20. Keluarga Cemara 1
  21. Keluarga Cemara 2 (2001)
  22. Keluarga Cemara 3 (2001)
  23. Khotbah di Penjara (1994)
  24. Kiki
  25. Kisah Para Ratib (1996)
  26. Lukisan Setangkai Mawar: 17 cerita pendek pengarang Aksara (1986)
  27. Mencari Ayah Ibu (2002)
  28. Mengapa Bibi Tak ke Dokter? (2002)
  29. Mengarang Itu Gampang
  30. Menghitung Hari (1993)
  31. Oskep (1994)
  32. Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten" (1985)
  33. Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
  34. Pesta Jangkrik (2001)
  35. Projo & Brojo (1994)
  36. Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
  37. Sang Pangeran (1975)
  38. Sang Pemahat (1976)
  39. Sebutir Mangga di Halaman Gereja: Paduan Puisi (1994)
  40. Senja yang Paling Tidak Menarik (2001)
  41. Senopati Pamungkas (1986/2003)
  42. Serangan Fajar: diangkat dari film yang memenangkan 6 piala Citra pada Festival Film Indonesia (1982)
  43. Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994)
  44. Suksma Sejati (1994)
  45. Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995)
  46. Telaah tentang Televisi (1986)
  47. Tembang Tanah Air (1989)
  48. The Circus (1977)


Pranala luar