Lompat ke isi

Umar Machdam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 9: Baris 9:


Beberapa pertunjukan teater yang disutradarai oleh Umar Machdam:
Beberapa pertunjukan teater yang disutradarai oleh Umar Machdam:
# ''Pangeran Wiraguna'', karya Mochtar Lubis, Produksi Panitia Pendiri Jajasan Kesedjahteraan Pemuda Peladjar Indonesia Bogor, di Gedung BDK Bogor, Sabtu, 2 Mei 1970
# ''Sandiwara'' karya Putu Wijaya, oleh Studi Teater Bogor, di Teater Arena TIM, 11-13 Desember 1973
# Pementasan dua drama ''Rombengan dari Kayangan'' dan ''Lalat'', karya Umar Machdam, di Gedung Wanita Bogor
# ''Salman el Farisi'', karya Ahmad Zein, terjemahan Mustafa Mahdami, oleh Studi Teater Bogor, di Teater Arena Tim, 25-27 Mei 1974
# ''Umar Ibnu Khattab'', karya Ali Akhmad Bakir, terjemahan AK Mahdami, oleh Teater Al Irsyad, di Balai Sidang Senayan, 17 Juni 1981
# ''Sandiwara'' karya Putu Wijaya, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena TIM, 11-13 Desember 1973
# ''Salman el Farisi'', karya Ahmad Zein, terjemahan Mustafa Mahdami, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena Tim, 25-27 Mei 1974
# Pementasan dua lakon drama: ''Tuan Jalal'' karya Umar Machdam dan ''Bejana'' karya Kadarusman Achlil, di Aula Ekalokasari IPB, Produksi Pusat Penyuluhan dan Publikasi LPPM-IPB, 25 April 1980
# ''Umar Ibnu Khattab'', karya Ali Akhmad Bakir, terjemahan AK Mahdami, Produksi Teater Al Irsyad, di Balai Sidang Senayan, 17 Juni 1981


Pementasan Drama “Sandiwara” karya [[Putu Wijaya]], mengundang polemik terutama mengenai seberapa jauh kebebasan [[sutradara]] di dalam “menafsirkan” naskah. Sebab dalam pementasan tersebut sutradara Umar Machdam di samping memberi bumbu juga sangat membebaskan diri dalam menambah dan mengurangi apa-apa yang tercantum dalam naskah baik dalam bentuk visuil maupun kalimat-kalimat.MBM Tempo membuat seminar untuk membahas hal tersebut.
Pementasan Drama “Sandiwara” karya [[Putu Wijaya]], mengundang polemik terutama mengenai seberapa jauh kebebasan [[sutradara]] di dalam “menafsirkan” naskah. Sebab dalam pementasan tersebut sutradara Umar Machdam di samping memberi bumbu juga sangat membebaskan diri dalam menambah dan mengurangi apa-apa yang tercantum dalam naskah baik dalam bentuk visuil maupun kalimat-kalimat.MBM Tempo membuat seminar untuk membahas hal tersebut.

Revisi per 19 Januari 2010 21.23

Umar Machdam, 14 Agustus 1942 – 8 Maret 1996. Ia memiliki enam orang anak dari pernikahannya dengan Sri Mukartini.

Menulis banyak skenario drama dan puisi, tapi tak pernah diterbitkan. Lebih dari tiga puluh naskah drama pentas dan serial televisi hasil produksinya.

Teater

Pernah belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Ia memulai karir di teater sejak tahun 1960. Ia memimpin Studi Teater Bogor, yang berdiri pada tahun 1966, dengan personil seperti Mayawati, Desy Edy Karamah, Iim Kharamah, Bambang Setiawan, Tasdik, Sasas, dll. Beberapa kali kelompok teaternya ini bermain di Taman Ismail Marzuki atau TIM.

Beberapa pertunjukan teater yang disutradarai oleh Umar Machdam:

  1. Pangeran Wiraguna, karya Mochtar Lubis, Produksi Panitia Pendiri Jajasan Kesedjahteraan Pemuda Peladjar Indonesia Bogor, di Gedung BDK Bogor, Sabtu, 2 Mei 1970
  2. Pementasan dua drama Rombengan dari Kayangan dan Lalat, karya Umar Machdam, di Gedung Wanita Bogor
  3. Sandiwara karya Putu Wijaya, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena TIM, 11-13 Desember 1973
  4. Salman el Farisi, karya Ahmad Zein, terjemahan Mustafa Mahdami, Produksi Studi Teater Bogor, di Teater Arena Tim, 25-27 Mei 1974
  5. Pementasan dua lakon drama: Tuan Jalal karya Umar Machdam dan Bejana karya Kadarusman Achlil, di Aula Ekalokasari IPB, Produksi Pusat Penyuluhan dan Publikasi LPPM-IPB, 25 April 1980
  6. Umar Ibnu Khattab, karya Ali Akhmad Bakir, terjemahan AK Mahdami, Produksi Teater Al Irsyad, di Balai Sidang Senayan, 17 Juni 1981

Pementasan Drama “Sandiwara” karya Putu Wijaya, mengundang polemik terutama mengenai seberapa jauh kebebasan sutradara di dalam “menafsirkan” naskah. Sebab dalam pementasan tersebut sutradara Umar Machdam di samping memberi bumbu juga sangat membebaskan diri dalam menambah dan mengurangi apa-apa yang tercantum dalam naskah baik dalam bentuk visuil maupun kalimat-kalimat.MBM Tempo membuat seminar untuk membahas hal tersebut.

Film

Selain di teater, ia terjun ke dunia film sejak tahun 1964 sebagai pemain dalam film “Anak-anak Revolusi" (1966) yang disutradarai oleh Usmar Ismail, kemudian “Kasih diambang Maut” (1967), “Hancurnya Petualang" (1966), “Jakarta, Hongkong dan Macao” (1968), "Lorong Hitam" (1971) "Pak Sakerah". Dan kemudian jadi Astrada (Asisten Sutradara)nya Turino Djunaedy, dalam film “Selamat Tinggal Kekasih”, bersama Nya' Abbas Acub, “Catatan Harian Seorang Gadis”, “Krisis”. Dan terakhir Astradanya Edward Pesta Sirait dalam film “Duo Kribo”.

Sandiwara TV

Selain menjadi pemain dan Astrada, ia pun berpuluh kali main sandiwara Tivi dan sebagai pengatur laku seperti dalam “Calon Menantu”, “Om Dokter”, “Benua Maut”, “Anjing Tercinta”.

Referensi

  1. Pos Film, 26 Pebruari 1978, atau lihat http://umarmachdam.wordpress.com/2009/12/22/umar-machdam-orang-pentas-yang-%E2%80%9Cnyentrik%E2%80%9D/
  2. Pelita, 26 Maret 1983, atau lihat http://umarmachdam.wordpress.com/2009/12/22/umar-machdam-film-dakwah-harus-mencerminkan-sikap-hidup-muslim-secara-utuh/
  3. MBM Tempo, Nomor 43/III, 29 Desember 1973

Pranala luar