Dispensasionalisme: Perbedaan antara revisi
Baris 18: | Baris 18: | ||
Sebelum Dispensasionalisme, [[Teologi Perjanjian]] merupakan pandangan [[Protestan]] yang terkemuka mengenai sejarah penebusan dan hingga kini masih merupakan pandangan gereja-gereja Hervormd, meskipun kaum dispensasionalis akan mengatakan bahwa teori Perjanjian yang modern tidak jauh lebih tua daripada Dispensasionalisme. Sebuah pandangan yang relatif baru, yang dianggap sebagai alternatif ketiga, khususnya di antara kaum Baptis konservatif, disebut [[Teologi Perjanjian yang Baru]]. Namun demikian, di luar agama Kristen Protestan, cabang-cabang agama Kristen lainnya (mis., Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental) menolak baik Dispensasionalisme maupun Teologi Perjanjian. |
Sebelum Dispensasionalisme, [[Teologi Perjanjian]] merupakan pandangan [[Protestan]] yang terkemuka mengenai sejarah penebusan dan hingga kini masih merupakan pandangan gereja-gereja Hervormd, meskipun kaum dispensasionalis akan mengatakan bahwa teori Perjanjian yang modern tidak jauh lebih tua daripada Dispensasionalisme. Sebuah pandangan yang relatif baru, yang dianggap sebagai alternatif ketiga, khususnya di antara kaum Baptis konservatif, disebut [[Teologi Perjanjian yang Baru]]. Namun demikian, di luar agama Kristen Protestan, cabang-cabang agama Kristen lainnya (mis., Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental) menolak baik Dispensasionalisme maupun Teologi Perjanjian. |
||
== Teologi Dispensasionalis == |
|||
<!--== Dispensationalist theology == |
|||
''Lihat artikel utama: [[Teologi Dispensasionalis]]'' |
|||
''See main article: [[Dispensationalist theology]]'' |
|||
Dispensasionalisme berusaha menjawab apa yang dianggap banyak orang sebagai teologi-teologi yang berlawanan antara [[Perjanjian Lama]] dan [[Perjanjian Baru]]. Namanya berasal dari kenyataan bahwa gerakan ini berusaha melihat sejarah Alkitab sebagaimana dipahami melalui serangkaian dispensasi atau zaman yang secara khusus telah ditetapkan oleh Allah di dalam Alkitab. |
|||
Dispensationalism seeks to address what many see as opposing theologies between the [[Old Testament]] and [[New Testament]]. Its name comes from the fact that it sees biblical history as best understood in light of a series of dispensations in the Bible. |
|||
* |
* dispensasi (atau zaman) [[tidak berdosa|tanpa dosa]] (Kejadian 1:1–3:7), sebelum [[dosa turunan |kejatuhan]] Adam, |
||
* |
* zaman [[hati nurani]] (Kejadian 3:8–8:22), Adam hingga Nuh, |
||
* |
* zaman [[pemerintahan]] (Kejadian 9:1–11:32), Nuh hingga Abraham, |
||
* |
* zaman pemerintahan [[nenek moyang (Alkitab)|para leluhur]] (Kejadian 12:1–Keluaran 19:25), Abraham hingga Musa, |
||
* |
* zaman [[Torah|Hukum Musa]] (Keluaran 20:1–Kisah para Rasul 2:4), Musa hingga Kristus, |
||
* |
* zaman [[anugerah ilahi|anugerah]] (Kisah 2:4–Wahyu 20:3 – kecuali untuk [[HiperDispensasionalisme|Hiperdispensasionalis]]), zaman Gereja yang sekarang, dan |
||
* |
* zaman harafiah, Kerajaan 1.000 tahun ([[Milenium]]) yang masih akan datang namun hal ini akan terjadi segera (Wahyu 20:4–20:6). |
||
Masing-masing zaman dikatakan mewakili suatu cara yang berbeda dari Allah dalam menangani manusia, seringkali dalam bentuk ujian yang berbeda untuk manusia. "Periode-periode ini ditandai dalam Kitab Suci oleh suatu perubahan dalam cara Allah menangani manusia, dalam hubungannya dengan dua persoalan: dosa, dan tanggung jawab manusia," C. I. Scofield menjelaskan. "Masing-masing zaman ini dapat dianggap sebagai sebuah ujian baru atas manusia yang alamiah dan masing-masing berakhir dengan penghakiman—menandakan kegagalan totalnya dalam masing-masing zaman." |
|||
Each dispensation is said to represent a different way in which God deals with man, often a different test for man. "These periods are marked off in Scripture by some change in God's method of dealing with mankind, in respect to two questions: of sin, and of man's responsibility," explained C. I. Scofield. "Each of the dispensations may be regarded as a new test of the natural man, and each ends in judgment—marking his utter failure in every dispensation." |
|||
=== |
=== Empat ajaran dasar === |
||
Selain ketujuh zaman ini, signifikansi teologis yang sesungguhnya dapat dilihat dalam '''empat ajaran dasar'''{{citation needed}} yang melatari ajaran dispensasional yang klasik. Dispensasionalisme menyatakan: |
|||
In addition to these seven dispensations, the real theological significance can be seen in '''four basic tenets'''{{citation needed}} which underlie classic dispensational teaching. Dispensationalism maintains: |
|||
#Ada suatu perbedaan mendasar antara Israel dan Tubuh Kristus yang sekarang; artinya, ada dua jenis umat Allah dengan dua arah dan tujuan yang berbeda, yaitu Israel yang duniawi (yang mengajarkan hukum dan [[Injil Kerajaan]]) dan Tubuh Kristus yang surgawi (yang mengajarkan [[Injil Anugerah Allah]]). |
|||
#A fundamental distinction between Israel and the present Body of Christ; that is, there are two peoples of God with two different destinies, earthly Israel (teaching the law and the [[Gospel of the Kingdom]]) and the heavenly Body of Christ (teaching the [[Gospel of the Grace of God]]). |
|||
# |
#Ada perbedaan yang mendasar antara [[Hukum dan Injil|Hukum dan Anugerah]]; artinya, keduanya adalah gagasan yang saling eksklusif.<ref name="scofield_t2">''Rightly Dividing the Word of Truth'', [http://www.Biblebelievers.com/scofield/scofield_rightly06.html ch. 6], pp. 34, 36.</ref> |
||
#Pandangan bahwa [[Tubuh Kristus]] dan [[Zaman Anugerah]] adalah sebuah tanda kurung dalam rencana Allah yang belum dibayangkan oleh Perjanjian Lama. Gagasan tentang tanda kurung ini tidak menunjukkan kegagalan dalam rancangan Allah, melainkan mengklaim bahwa "gereja" tidak diantisipasikan (atau belum terbayangkan) dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama (itulah sebabnya ia dirujuk sebagai "misteri" dalam [[surat-surat Paulin |Surat-surat Paulus]]). |
|||
#The view that the [[Body of Christ]] and the [[Dispensation of Grace]] is a parenthesis in God's plan which was not foreseen by the Old Testament. The idea of the parenthesis does not indicate a failure in God's plan, but claims the "church" was not anticipated (or in view) in the prophecies of the Old Testament (this is why it is referred to as the "mystery" in [[Pauline epistles|Paul's Epistles]]). |
|||
#Ada perbedaan antara [[Pengangkatan]] dan [[Kedatangan Yesus yang kedua kali]]; artinya, pengangkatan gereja pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali "di udara" (1 Tesalonika 4:17) mendahului kedatangan Kristus yang kedua kali yang "resmi" setelah tujuh tahun masa penderitaan yang hebat. |
|||
#A distinction between the [[Rapture]] and the [[Second Coming]] of Christ; that is, the rapture of the church at Christ's coming "in the air" (1 Thess 4:17) precedes the "official" second coming by seven years of tribulation. |
|||
Berbagai pandangan di kalangan Dispensasionalisme masing-masing mempunyai tingkat yang berbeda-beda sejauh mana keempat ajaran tersebut dipegang. Dispensasionalisme Klasik dan Tradisional (atau Revisi) cukup kuat dalam berpegang kepada ajaran-ajaran di atas. Cabang Progresif dari teologi ini mengendurkan sebagian daripada perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, sementara model Hiper-Dispensasional menciptakan serangkaian perbedaan yang lebih besar lagi. Malah, kebanyakan dispensasionalis akan menganggap Dispensasionalisme Progressif dan Hiper-Dispensasionalisme sebagai cabang-cabang teologi yang terpisah dari Dispensasionalisme, meskipun Dispensasionalisme Progresif telah menjadi cara pengajaran utama dalam praktis semua seminari yang secara tradisional bersifat Dispensasional. |
|||
The various viewpoints within dispensationalism each have different levels to which the above four tenets are held. Classic and Traditional (or Revised) Dispensationalism are fairly firm in adherence to the above noted tenets. The Progressive branch of the theology loosens some of the above noted distinctions while the Hyper-Dispensational model would create a greater set of distinctives. In fact, most dispensationalists would consider both Progressive Dispensationalism and Hyper-Dispensationalism to be separate branches of theology from Dispensationalism, although Progressive Dispensationalism has become the main mode of teaching in virtually all of the traditionally Dispensational seminaries. |
|||
==Influence of dispensationalist beliefs== |
<!--==Influence of dispensationalist beliefs== |
||
Dispensationalism has had a number of effects on Protestantism, at least as it is practiced in the [[United States|United States of America]]. By consistently teaching that the [[Beast]] of Revelation, or the [[Antichrist]], is a political leader, dispensationalism has weakened the traditional [[Protestant Reformation|Reformation]]-era identification of that figure with the [[Pope]], and the [[Roman Catholic Church]] with the [[Whore of Babylon]], however only in a minor way. While the Pope has been portrayed as an Antichrist in Protestant literature for hundreds of years (even before their official designation as Protestants during the Reformation), the Pope is still usually identified with one of the three main Agents of Satan who implement global deception during the Great Tribulation. Modern Dispensationalism has led many [[evangelicalism|evangelical]] Christians in the U.S. to separate their traditional anti-Catholicism and anti-Pope perspective from their own much more empathetic perspective towards lay Catholics. Some dispensationalists, usually of the [[Fundamentalist]] variety, have continued to teach that a [[pope]] (or an [[antipope]]) will be the [[Antichrist]] or the [[False Prophet]] of the book of [[Revelation]]. |
Dispensationalism has had a number of effects on Protestantism, at least as it is practiced in the [[United States|United States of America]]. By consistently teaching that the [[Beast]] of Revelation, or the [[Antichrist]], is a political leader, dispensationalism has weakened the traditional [[Protestant Reformation|Reformation]]-era identification of that figure with the [[Pope]], and the [[Roman Catholic Church]] with the [[Whore of Babylon]], however only in a minor way. While the Pope has been portrayed as an Antichrist in Protestant literature for hundreds of years (even before their official designation as Protestants during the Reformation), the Pope is still usually identified with one of the three main Agents of Satan who implement global deception during the Great Tribulation. Modern Dispensationalism has led many [[evangelicalism|evangelical]] Christians in the U.S. to separate their traditional anti-Catholicism and anti-Pope perspective from their own much more empathetic perspective towards lay Catholics. Some dispensationalists, usually of the [[Fundamentalist]] variety, have continued to teach that a [[pope]] (or an [[antipope]]) will be the [[Antichrist]] or the [[False Prophet]] of the book of [[Revelation]]. |
||
Revisi per 9 Juli 2006 06.07
Sebagai salah satu cabang dari teologi Kristen, Dispensasionalisme mengajarkan sejarah Alkitab sebagai serangkaian pengaturan atau administrasi, masing-masing dengan penekanannya terhadap kesinambungan dari perjanjian-perjanjian dalam Perjanjian Lama yang dibuat Allahd engan umat pilihannya melalui Abraham, Musa dan Daud.
Dispensasionalisme is adalah sebuah kerangka penafsiran untuk memahami keseluruhan alur Alkitab, dan seringkali dikontraskan dengan penafsiran yang berlawanan: Supersesionisme (juga disebut sebagai Teologi Pengganti (Replacement Theology). Dalam pengertian yang sederhana, Supersesionisme mengatakan bahwa agama Kristen menggantikan Yudaisme, sementara Dispensasionalisme mengajarkan bahwa agama Kristen memulihkan unsur-unsur yang hilang dari Yudaisme. Jadi, banyak penganut dispensasionalis yang percaya akan Restorasionisme.
Sebagai masalah praktis, Dispensasionalis Kristen kadang-kadang memeluk apa yang disebut oleh para kritikusnya dengan nada mengejek Yudeophilia (pecinta Yahudi) – yang merentang dari mendukung negara Israel atau berusaha mempelajari bahasa Ibrani sebagai alat bantu untuk mempelajari Alkitab, hingga merayakan hari-hari raya tradisional Yahudi dan mempraktikkan ritual-ritual keagamaan Yahudi. Lihat pula Kristen Yahudi dan Yudais.
Sejarah
Dispensasionalisme dilahirkan dari gerakan keagamaan yang gelisah di Inggris dan Irlandia pada 1820-an. Gerakan ini berakar dalam gerakan Plymouth Brethren, khususnya ajaran-ajaran John Nelson Darby (1800–1882). Darby membangun di atas tema-tema yang umum di antara kaum Calvinis yang radikal dalam gerakan Evangelikal dari awal abad ke-19, namun ia menguraikan sebuah sistem yang lebih rumit dan lengkap untuk menafsirkan Alkitab daripada para penulis sebelumnya.
Gerakan Plymouth Brethren, yang pada hakikatnya adalah sebuah reaksi terhadap Gereja Inggris yang mapan dan eklesiloginya, menjadi terkenal karena sikapnya yang anti-denominasional, anti-klerus, dan anti-kredo. Pada 1848, Plymouth Brethren terpecah menjadi kelompok "Eksklusif" yang dipimpin oleh Darby dan kelompok yang "Terbuka". Pandangan-pandangan Darby menjadi dominan di antara kaum Brethren Eksklusif, tetapi baru menyebar di antara kaum Brethren Terbuka pada tahun 1870-an atau 1880-an.
Dispensasionalisme pertama kali diperkenalkan di Amerika Utara oleh James Inglis (1813–1872), melalui sebuah majalah bulanan yang bernama Waymarks in the Wilderness (“Tanda-tanda di Padang Gurun”), yang terbit secara tidak teratur antara 1854 dan 1872. Pada 1866, Inglis mengadakan Pertemuan Orang-orang Percaya untuk Pendalaman Alkitab, yang memperkenalkan gagasan-gagasan dispensasionalis kepada sebuah kelompok kecil Evangelikal Amerikan namun berpengaruh. Setelah kematiannya, James H. Brookes (1830–1898), seorang pendeta di St. Louis, mengorganisir Konferensi Alkitab Niagara untuk melanjutkan penyebaran gagasan-gagasan dispensasionalis. Dispensasionalisme mengalami kemajuan pesat setelah Dwight L. Moody (1837–1899) belajar tentang "kebenaran dispensasional" dari seorang anggota Brethren yang tidak diketahui pada 1872. Moody menjadi dekat dengan Brookes dan kaum dispensasionalis lainnya, dan mendorong penyebaran Dispensasionalisme, namun tampaknya ia tidak pernah mempelajari nuansa-nuansa dari sistem dispensasionalis. Dispensasionalisme mulai berkembang pada masa ini, terutama sekali setelah sekelompok dispensasionalis penting mengajukan gagasan tentang Pengangkatan (Rapture) "pasca-penderitaan besar". Para pemimpin Dispensasionalis di kalangan Moody termasuk Reuben Archer Torrey (1856–1928), James M. Gray (1851–1925), Cyrus I. Scofield (1843–1921), William J. Eerdman (1833–1923), A. C. Dixon (1854–1925), A. J. Gordon (1836–1895) dan William Blackstone, pengarang buku yang laris pada 1800-an "Jesus is Coming" (yang disokong oleh Torrey dan Eerdman). Orang-orang ini adalah penginjil-penginjil aktivis yang mempromosikan serangkaian konferensi Alkitab dan usaha-usaha misionaris dan penginjilan lainnya.. Mereka juga melembagakan secara permanen gerakan dispensasionalis dengan mengambil kepemimpinan dalam lembaga-lembaga Alkitab yang baru seperti Institut Alkitab Moody (1886), Institut Alkitab di Los Angeles (1907), dan Sekolah Tinggi Alkitab Philadelphia—kini Universitas Alkitabiah Philadelphia (1913). Jaringan lembaga-lembaga yang terkait yang segera muncul menjadi nukleus bagi penyebaran Dispensasionalisme Amerika.
Kerja keras C. I. Scofield dan rekan-rekannya memperkenalkan Dispensasionalisme kepada khalayak yang lebih luas di Amerika dan memberikan kehormatan kepada gerakan ini melalui Alkitab Referensi Scofield. Penerbitan Alkitab Referensi Scofield pada 1909 oleh Oxford University Press merupakan suatu kudeta sastra yang inovatif bagi gerakan ini, karena untuk pertama kalinya, catatan-catatan yang terang-terangan dispensasionalis ditambahkan ke dalam halaman-halaman teks Alkitab. Alkitab Referensi Scofield menjadi Alkitab utama yang dipergunakan oleh kaum Evangelikal dan Fundamentalis independen di AS selama enam puluh tahun berikutnya. Lewis Sperry Chafer (1871–1952), yang sangat dipengaruhi oleh C. I. Scofield, mendirikan Seminari Teologi Dallas pada 1924, yang telah menjadi perahu utama Dispensasionalisme di Amerika. Dispensasionalisme telah mendominasi panggung Evangelikal Amerika, khususnya di antara gereja-gereja non denominasional, banyak kelompok Baptis, dan kebanyakan Pentakostal serta kelompok Karismatik.
Sebelum Dispensasionalisme, Teologi Perjanjian merupakan pandangan Protestan yang terkemuka mengenai sejarah penebusan dan hingga kini masih merupakan pandangan gereja-gereja Hervormd, meskipun kaum dispensasionalis akan mengatakan bahwa teori Perjanjian yang modern tidak jauh lebih tua daripada Dispensasionalisme. Sebuah pandangan yang relatif baru, yang dianggap sebagai alternatif ketiga, khususnya di antara kaum Baptis konservatif, disebut Teologi Perjanjian yang Baru. Namun demikian, di luar agama Kristen Protestan, cabang-cabang agama Kristen lainnya (mis., Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental) menolak baik Dispensasionalisme maupun Teologi Perjanjian.
Teologi Dispensasionalis
Lihat artikel utama: Teologi Dispensasionalis
Dispensasionalisme berusaha menjawab apa yang dianggap banyak orang sebagai teologi-teologi yang berlawanan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namanya berasal dari kenyataan bahwa gerakan ini berusaha melihat sejarah Alkitab sebagaimana dipahami melalui serangkaian dispensasi atau zaman yang secara khusus telah ditetapkan oleh Allah di dalam Alkitab.
- dispensasi (atau zaman) tanpa dosa (Kejadian 1:1–3:7), sebelum kejatuhan Adam,
- zaman hati nurani (Kejadian 3:8–8:22), Adam hingga Nuh,
- zaman pemerintahan (Kejadian 9:1–11:32), Nuh hingga Abraham,
- zaman pemerintahan para leluhur (Kejadian 12:1–Keluaran 19:25), Abraham hingga Musa,
- zaman Hukum Musa (Keluaran 20:1–Kisah para Rasul 2:4), Musa hingga Kristus,
- zaman anugerah (Kisah 2:4–Wahyu 20:3 – kecuali untuk Hiperdispensasionalis), zaman Gereja yang sekarang, dan
- zaman harafiah, Kerajaan 1.000 tahun (Milenium) yang masih akan datang namun hal ini akan terjadi segera (Wahyu 20:4–20:6).
Masing-masing zaman dikatakan mewakili suatu cara yang berbeda dari Allah dalam menangani manusia, seringkali dalam bentuk ujian yang berbeda untuk manusia. "Periode-periode ini ditandai dalam Kitab Suci oleh suatu perubahan dalam cara Allah menangani manusia, dalam hubungannya dengan dua persoalan: dosa, dan tanggung jawab manusia," C. I. Scofield menjelaskan. "Masing-masing zaman ini dapat dianggap sebagai sebuah ujian baru atas manusia yang alamiah dan masing-masing berakhir dengan penghakiman—menandakan kegagalan totalnya dalam masing-masing zaman."
Empat ajaran dasar
Selain ketujuh zaman ini, signifikansi teologis yang sesungguhnya dapat dilihat dalam empat ajaran dasar[butuh rujukan] yang melatari ajaran dispensasional yang klasik. Dispensasionalisme menyatakan:
- Ada suatu perbedaan mendasar antara Israel dan Tubuh Kristus yang sekarang; artinya, ada dua jenis umat Allah dengan dua arah dan tujuan yang berbeda, yaitu Israel yang duniawi (yang mengajarkan hukum dan Injil Kerajaan) dan Tubuh Kristus yang surgawi (yang mengajarkan Injil Anugerah Allah).
- Ada perbedaan yang mendasar antara Hukum dan Anugerah; artinya, keduanya adalah gagasan yang saling eksklusif.[1]
- Pandangan bahwa Tubuh Kristus dan Zaman Anugerah adalah sebuah tanda kurung dalam rencana Allah yang belum dibayangkan oleh Perjanjian Lama. Gagasan tentang tanda kurung ini tidak menunjukkan kegagalan dalam rancangan Allah, melainkan mengklaim bahwa "gereja" tidak diantisipasikan (atau belum terbayangkan) dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama (itulah sebabnya ia dirujuk sebagai "misteri" dalam Surat-surat Paulus).
- Ada perbedaan antara Pengangkatan dan Kedatangan Yesus yang kedua kali; artinya, pengangkatan gereja pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali "di udara" (1 Tesalonika 4:17) mendahului kedatangan Kristus yang kedua kali yang "resmi" setelah tujuh tahun masa penderitaan yang hebat.
Berbagai pandangan di kalangan Dispensasionalisme masing-masing mempunyai tingkat yang berbeda-beda sejauh mana keempat ajaran tersebut dipegang. Dispensasionalisme Klasik dan Tradisional (atau Revisi) cukup kuat dalam berpegang kepada ajaran-ajaran di atas. Cabang Progresif dari teologi ini mengendurkan sebagian daripada perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, sementara model Hiper-Dispensasional menciptakan serangkaian perbedaan yang lebih besar lagi. Malah, kebanyakan dispensasionalis akan menganggap Dispensasionalisme Progressif dan Hiper-Dispensasionalisme sebagai cabang-cabang teologi yang terpisah dari Dispensasionalisme, meskipun Dispensasionalisme Progresif telah menjadi cara pengajaran utama dalam praktis semua seminari yang secara tradisional bersifat Dispensasional.
Rujukan
- Allis, Oswald T. Prophecy and the Church (Presbyterian & Reformed, 1945; reprint: Wipf & Stock, 2001). ISBN 1579107095
- Bass, Clarence B.: Backgrounds to Dispensationalism (Baker Books, 1960) ISBN 0801005353
- Boyer, Paul: When Time Shall Be No More: Prophecy Belief in Modern American Culture (Belknap, 1994) ISBN 0674951298
- Camp, Gregory S. Selling Fear: Conspiracy Theories and End-Time Paranoia (Baker, 1997) ISBN 0801057213
- Rev. Clarence Larkin The Greatest Book on Dispensational Truth in the World; or God's Plan and Purpose in the Ages A.K.A. Dispensational Truth (1918) ASIN B000ALVEHM
- Clouse, Robert G., ed. The Millennium: Four Views (InterVarsity, 1977) ISBN 0877847940
- Crenshaw, Curtis I., and Grover E. Gunn, III. Dispensationalism: Today, Yesterday, and Tomorrow (Footstool, 1987) ISBN 1877818011
- Crutchfield, Larry. Origins of Dispensationalism: The Darby Factor (University Press of America, 1992). ISBN 01819184683
- Enns, Paul: The Moody Handbook of Theology (Moody, 1989) ISBN 0802434282
- Fruchtenbaum, Arnold. "The Footsteps of the Messiah" (Ariel Press, 2003) ISBN 0914863096
- Grenz, Stanley. The Millennial Maze (InterVarsity, 1992) ISBN 0830817573
- LaHaye, Tim, and Jerry B. Jenkins. Are We Living in the End Times? (Tyndale House, 1999) ISBN 0842300988
- MacDonald, Dave. The Incredible Cover Up, (Omega, 1975) ISBN 093160806
- Noē, John. The Apocalypse Conspiracy (Wolgemuth & Hyatt, 1991). ISBN 1561210404
- Oropeza, B. J. 99 Reasons Why No One Knows When Christ Will Return (InterVarsity, 1994). ISBN 0830816364
- Reymond, Robert L. New Systematic Theology Of The Christian Faith (Nelson 2d ed., 1998) ISBN 0849913179
- Ryrie, Charles C. Dispensationalism (Moody, 1995) ISBN 0802421873
- Ryrie, Charles C. Basic Theology (Moody, 1999) ISBN 0802427340
- Singleton, Steve. Behind 'Left Behind': The Popular Novel Series Not a Reliable Guide to End-Times Events (E-book: DeeperStudy.com, 2001)
- Walvoord, John. The Millennial Kingdom (Zondervan, 1983) ISBN 0310340918
Lihat pula
- Perjanjian (Alkitab)
- Covenantalism
- Teologi Kristen
- Sejarah Gereja
- Denominasi Kristen
- Gerakan Anugerah
- Eskatologi Kristen
- Baptis (gereja)
- Pentakostal
- Plymouth Brethren
- Anglikanisme
- Presbyterianisme
- Methodisme
- Lutheranisme
- Ringkasan perbedaan-perbedaan eskatologis Kristen
- Pra-milennialisme
- Khotbah di Bukit
- Antinomianisme
- Kekristenan Paulin
- Amanat Agung
Pranala luar
- Dispensationalism 101
- Berean Bible Society Sejarah Gerakan Anugerah
- Menjalajahi Alkitab menurut Dispensasionalisme
- Gereja Alkitab Middletown tentang Dispensasionalisme
- Prophetic Midrash: Para nabi Alkitab dikategolrikan oleh Dispensasionalisme