Lompat ke isi

Fitosterol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
ESCa (bicara | kontrib)
dev
ESCa (bicara | kontrib)
Baris 66: Baris 66:
</ref>
</ref>


Studi efek fitosterol pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa [[senyawa organik]] ini dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL ({{lang-en|low density lipoprotein}}). Hal ini disebabkan karena meski struktur fitosterol hampir sama dengan struktur kolesterol, fitosterol memiliki beberapa perbedaan pada posisi rantai C24. Kadar fitosterol pada jaringan tubuh biasanya sangat rendah karena fitosterol tidak mudah [[saluran pencernaan|dicerna]] dan di[[ekskresi]] lebih cepat oleh [[hati]], dibandingkan dengan [[kolesterol]]. Metabolisme fitosterol pada hati juga menghasilkan [[asam empedu]] dengan 21 atom karbon, lebih rendah daripada pada umumnya C24. Fitosterol juga telah terbukti dapat menghambat perkembangan kanker usus besar dan memberika efek terapi lain termasuk anti tumor.<ref>{{en}}{{cite web
Studi efek fitosterol pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa [[senyawa organik]] ini dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL ({{lang-en|low density lipoprotein}}). Hal ini disebabkan karena meski struktur fitosterol hampir sama dengan struktur kolesterol, fitosterol memiliki beberapa perbedaan pada posisi rantai C24. Kadar fitosterol pada jaringan tubuh biasanya sangat rendah karena fitosterol tidak mudah [[saluran pencernaan|dicerna]] dan di[[ekskresi]] lebih cepat oleh [[hati]], dibandingkan dengan [[kolesterol]]. Metabolisme fitosterol pada hati juga menghasilkan [[asam empedu]] dengan 21 atom karbon, lebih rendah daripada pada umumnya C24. Fitosterol juga telah terbukti dapat menghambat perkembangan kanker usus besar dan memberikan efek terapi lain termasuk anti tumor.<ref>{{en}}{{cite web
| url = http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7596226?dopt=Abstract
| url = http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7596226?dopt=Abstract
| title = Dietary phytosterols: a review of metabolism, benefits and side effects
| title = Dietary phytosterols: a review of metabolism, benefits and side effects

Revisi per 26 Februari 2010 09.22

β-sitosterol
Ergosterol.

Fitosterol juga dikenal sebagai sterol tumbuhan (bahasa Inggris: phytosterol) adalah kelompok steroid alkohol, fitokimia yang ada secara alami di dalam tumbuhan dan tidak ditemukan pada mamalia. Sesudah dipurifikasi, fitosterol tampak sebagai bubuk putih dengan bau lembut yang khas. Senyawa ini tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam alkohol. Senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan tambahan pangan obat-obatan dan kosmetik.

Lebih dari 250 jenis fitosterol ditemukan dari berbagai spesies tanaman, antara lain dari golongan 4-desmetil sterol, contoh: kampesterol, stigmasterol (dari minyak kedelai) dan b-sitosterol, yang terdapat pada serum lemak pada tumbuhan dan berguna bagi sintesis steroid. Pada alga coklat (bahasa Latin: phaeophyceae) ditemukan fukosterol dan kolesterol. Dari yeast dan ergot ditemukan senyawa C-28 ergosterol yang disebut juga mikosterol, berfungsi sebagai precursor bagi vitamin D2 (kalsiferol).[1]

Fitosterol spesifik

Nomenklatur untuk rangka steroid.
  • Molekul yang tampak di atas adalah β-sitosterol.
  • Kampesterol diperoleh dengan melepas atom karbon 242,
  • Kolesterol diperoleh dengan melepas atom karbon ke-241 dan 242.
  • Melepas atom hidrogen dari karbon ke-22 dan 23 menghasilkan stigmasterol (stigmasta-5,22-dien-3β-ol).
  • Brasikasterol (ergosta-5,22-dien-3β-ol) diperoleh dengan melepas atom karbon 242 dan hidrogen dari karbon 22 and 23.
  • Ergosterol (ergosta-5,7,22-trien-3β-ol) diperoleh dari pelepasan atom hidrogen dari karbon 7 dan 8 dari brasikasterol.

Kegunaan

Struktur Penyusun Tanaman

Tumbuhan mengandung sejumlah fotosterol sebagai komponen struktural membrannya. Pada sel mamalia, peran tersebut digantikan oleh kolesterol.

Pendeteksian Materi Organik

Sehubungan dengan kehadirannya pada seluruh tumbuhan di bumi dan keterbatasan kehadirannya pada alga uniseluler, β-sitosterol dapat digunakan sebagai biomarker yang mengindikasikan jumlah materi organik asal tumbuhan di dalam suatu sampel penelitian. Karena materi ini merupakan materi yang sukar larut di dalam air, pengendapan materi ini sebagai sedimen umum terjadi di alam.

Menurunkan Kolesterol

Sebagai tambahan pangan, fitosterol memiliki kemampuan untuk berkompetisi dengan kolesterol dalam penyerapannya di dalam usus. Kompetisi ini mengakibatkan berkurangnya jumlah kolesterol yang dapat diserap oleh tubuh. [2] Selain tu, ia juga dapat berperan dalam mencegah terjadinya kanker. [3] Fitosterol terdapat dalam jumlah kecil di dalam minyak tumbuhan, misalnya minyak ''sea buckthorn'' (1640mg/100g minyak),[4] corn oil (968mg/100g),[5] and soybean oil (327mg/100g oil).[6] Salah satu kompleks fitosterol, yang diambil dari minyak sayur, yaitu cholestatin, terdiri atas campesterol, stigmasterol, dan brassicasterol, dan dipasarkan sebagai dietary supplement. Sterols dapat mengurangi kolesterol pada manusia hingga 15%.[7]

Studi efek fitosterol pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa senyawa organik ini dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (bahasa Inggris: low density lipoprotein). Hal ini disebabkan karena meski struktur fitosterol hampir sama dengan struktur kolesterol, fitosterol memiliki beberapa perbedaan pada posisi rantai C24. Kadar fitosterol pada jaringan tubuh biasanya sangat rendah karena fitosterol tidak mudah dicerna dan diekskresi lebih cepat oleh hati, dibandingkan dengan kolesterol. Metabolisme fitosterol pada hati juga menghasilkan asam empedu dengan 21 atom karbon, lebih rendah daripada pada umumnya C24. Fitosterol juga telah terbukti dapat menghambat perkembangan kanker usus besar dan memberikan efek terapi lain termasuk anti tumor.[8]

Di Indonesia, produk-produk pangan yang mengandung fitosterol antara lain adalah produk-produk yang berasal dari tumbuhan seperti margarin (bedakan dengan mentega). Karena merupakan penyusun membran tumbuhan, merupakan hal yang lumrah jika fitosterol ditemukan pada seluruh produk makanan ringan yang mengandung kacang. Fitosterol juga dapat diperoleh dari suplemen makanan, sereal, dan sejumlah produk susu tersuplementasi (Misalnya: Tropicana Slim Nonfat Fitosterol).

Referensi

  1. ^ (Inggris)"Sterols". Cyberlipid Center. Diakses tanggal 2010-02-21. 
  2. ^ Ostlund RE, Racette, SB, and Stenson WF (2003). "Inhibition of cholesterol absorption by phytosterol-replete wheat germ compared with phytosterol-depleted wheat germ". Am J Clin Nutr. 77 (6): 1385–1589. 
  3. ^ De Stefani, Eduardo; et al. (2000). "Plant Sterols and Risk of Stomach Cancer: A Case-Control Study in Uruguay". Nutrition and Cancer. 37 (2): 140–144. 
  4. ^ Li, Thomas S. C. (1633–1639). "Phytosterol content of sea buckthorn (Hippophae rhamnoides L.) seed oil: Extraction and identification". Food Chemistry. Elsevier. 101 (4): 1633–1639. doi:10.1016/j.foodchem.2006.04.033. Diakses tanggal 2006-11-20. 
  5. ^ Pennington & Douglas, Food Values of Portions Commonly Used, 18th ed. (2005)
  6. ^ "The Marketing Edge: Phytosterols Qualisoy" (Brochure (PDF)). Qualisoy. Diakses tanggal 2006-11-20. 
  7. ^ "Consumption of a Functional Oil Rich in Phytosterols and Medium-Chain Triglyceride Oil Improves Plasma Lipid profiles in Men" (Article (PDF)). Journal Of Nutrition (133): 1815–1820. 
  8. ^ (Inggris)"Dietary phytosterols: a review of metabolism, benefits and side effects". School of Dietetics and Human Nutrition, McGill University, Ling WH, Jones PJ. Diakses tanggal 2010-02-25. 

Pranala luar