Antidot: Perbedaan antara revisi
k nocat |
k +cat |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{tanpa_kategori|date=Februari 2010}} |
|||
Sebuah '''antidot''' adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara jauh, kata ini berasal dari {{lang-gr|αντιδιδοναι}} atau ''antididonai'', yang berarti "memberikan perlawanan". |
Sebuah '''antidot''' adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara jauh, kata ini berasal dari {{lang-gr|αντιδιδοναι}} atau ''antididonai'', yang berarti "memberikan perlawanan". |
||
Baris 5: | Baris 4: | ||
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun ''risin'', yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan manusia dalam jumlah yang cukup. |
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun ''risin'', yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan manusia dalam jumlah yang cukup. |
||
{{Kimia-stub}} |
|||
[[Kategori:Kimia]] |
Revisi per 19 Maret 2010 15.15
Sebuah antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani: αντιδιδοναι atau antididonai, yang berarti "memberikan perlawanan".
Antidot untuk beberapa racun didapat dengan cara menyuntikkan racun ke badan binatang dalam dosis kecil, lalu mengekstraknya kembali dari darah binatang tersebut. Ini mengeluarkan terjadinya sebuah antidot yang dapat melawan racun yang diproduksi oleh binatang-binatang seperti ular, laba-laba, dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada antidotnya, dan ini kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki tubuh makhluk hidup lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang diproduksi oleh arthropoda (seperti laba-laba atau kalajengking) hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi alergik dan menyebabkan shok anapilaktik.
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun risin, yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan manusia dalam jumlah yang cukup.