Lompat ke isi

Tembikar dan keramik Korea: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Cun Cun (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Tembikar dan keramik Korea''' adalah jenis barang-baran yang terbuat dari tanah liat yang secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori, yang ber[[glasir]] dan tak berglasir.<ref name="rsh">{{en}}{{cite book
'''Tembikar dan keramik Korea''' adalah [[barang pecah belah]] yang terbuat dari [[tanah liat]] yang diproduksi secara tradisional maupun moderen di [[Korea]].{{fact}} Tembikar dan keramik telah diproduksi sejak zaman [[prasejarah]] dan produksinya telah berkembang sepanjang sejarah Korea dan dianggap penting dalam perannya dalam kehidupan sehari-hari.{{fact}} Keramik dan tembikar Korea dianggap sebagai karya seni yang bermutu tinggi dikarenakan kecantikan dan teknik membuatnya yang sangat unik serta berbeda dibandingkan produksi negara tetangganya seperti Cina dan Jepang.{{fact}}
| last = Rha

| first = Sunhwa
Dalam seni keramik Asia Timur, seni keramik tradisional Korea dianggap memiliki konsep yang paling sederhana, lebih banyak menuangkan kreasi kecantikan alam, tidak mengimitasi ataupun melebih-lebihkan.{{fact}} Sementara [[keramik Cina]] sangat berwarna dan lebih besar, dan [[Jepang]] yang mengembangkan teknik keramiknya dari bangsa Korea memiliki gaya yang unik dan desain yang lembut.{{fact}}
| authorlink = Rha Sunhwa
| title = Pottery, Korean Traditional Handicrafts
| publisher = Ewha Woman University Press, Seoul
| year =2006
| page = 11-29
| doi =
| id =ISBN 89-7300-682-7-04630 }}</ref> Tembikar tak berglasir termasuk tembikar dengan dekorasi [[corak sisir]] yang berasal dari [[Zaman Neolitikum]], tembikar corak polos dari [[Zaman Perunggu]], tembikar abu-abu dari periode [[Tiga Kerajaan Korea|Tiga Kerajaan Korea]], keramik abu-abu dari periode [[Goryeo]] dan [[Dinasti Joseon|Joseon]] dan [[guci]] tembikar berwarna coklat tua dari zaman moderen yang dinamai ''[[puredok]]''.<ref name="rsh"/> Tembikar berglasir dimulai dengan [[keramik glasir hijau]] dan tembikar glasir hitam dari abad ke-9 periode [[Silla]] yang ditemukan di situs tungku [[Gurim-ri]] serta [[onggi]] yang bercirikhas glasir coklat tua yang digunakan untuk menyimpan [[makanan]].<ref name="rsh"/> Perabotan dari tembikar, baik yang berglasir maupun tidak, telah digunakan dari zaman prasejarah sampai sekarang dan digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari [[orang Korea]].<ref name="rsh"/>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 62: Baris 69:
== Onggi ==
== Onggi ==
{{Lihat pula|Onggi}}
{{Lihat pula|Onggi}}
''Onggi'' adalah jenis [[tempayan]] yang terbuat dari [[tembikar]] yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.<ref name="rsh">{{en}}{{cite book
''Onggi'' adalah jenis [[tempayan]] yang terbuat dari [[tembikar]] yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.<ref name="rsh"/> Orang Korea memanfaatkan Onggi sebagai tempat menyimpan makanan tradisional sejak lama seperti [[kimchi]], [[saewoo jeot|jeotgal]], [[kecap asin]] (''[[ganjang]]''), saus [[gochujang]], [[doenjang]] dan sebagainya.<ref name="rsh"/>
| last = Rha
| first = Sunhwa
| authorlink = Rha Sunhwa
| title = Pottery, Korean Traditional Handicrafts
| publisher = Ewha Woman University Press, Seoul
| year =2006
| doi =
| id =ISBN 89-7300-682-7-04630 }}</ref> Orang Korea memanfaatkan Onggi sebagai tempat menyimpan makanan tradisional sejak lama seperti [[kimchi]], [[saewoo jeot|jeotgal]], [[kecap asin]] (''[[ganjang]]''), saus [[gochujang]], [[doenjang]] dan sebagainya.<ref name="rsh"/>


== Galeri ==
== Galeri ==

Revisi per 16 Mei 2010 02.53

Tembikar dan keramik Korea adalah jenis barang-baran yang terbuat dari tanah liat yang secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori, yang berglasir dan tak berglasir.[1] Tembikar tak berglasir termasuk tembikar dengan dekorasi corak sisir yang berasal dari Zaman Neolitikum, tembikar corak polos dari Zaman Perunggu, tembikar abu-abu dari periode Tiga Kerajaan Korea, keramik abu-abu dari periode Goryeo dan Joseon dan guci tembikar berwarna coklat tua dari zaman moderen yang dinamai puredok.[1] Tembikar berglasir dimulai dengan keramik glasir hijau dan tembikar glasir hitam dari abad ke-9 periode Silla yang ditemukan di situs tungku Gurim-ri serta onggi yang bercirikhas glasir coklat tua yang digunakan untuk menyimpan makanan.[1] Perabotan dari tembikar, baik yang berglasir maupun tidak, telah digunakan dari zaman prasejarah sampai sekarang dan digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari orang Korea.[1]

Sejarah

Tembikar Zaman Mumun dari periode Neolitikum.
Tembikar dari Kerajaan Gaya, abad ke-5 M

Zaman prasejarah

Sejarah tembikar muncul seiring perkembangan peradaban manusia prasejarah di Korea, yakni sekitar tahun 7000-8000 SM.[2] Pada awalnya, hanya bangsa Korea dan Cina yang mampu membuat tembikar yang berkualitas yang dihasilkan dari pembakaran di atas suhu 1000 derajat.[2]

Zaman Tiga Kerajaan

Pembuatan barang-barang pecah belah dari tanah liat mulai diproduksi secara besar-besaran pada periode Tiga Kerajaan (57 SM-668 M) yang kebudayaannya semakin pesat berkembang.[butuh rujukan] Negara-negara seperti Goguryeo, Baekje dan Silla, serta Gaya, memproduksi tembikar untuk perlengkapan sehari-hari yang dibakar dengan suhu tinggi di atas 1000˚C di tungku pembakaran.[butuh rujukan] Ciri-ciri barang pecah belah zaman ini berwarna abu-abu dan agak kasar dan digunakan sebagai objek ritual di makam-makam kaum bangsawan.[butuh rujukan] Ciri khas tembikar ini masih diwariskan pada zaman Silla Bersatu (668-935) namun sudah mulai diberi glasir dan dekorasi yang lebih menarik.[butuh rujukan]

Goryeo

Keramik Hijau Goryeo

Pada zaman Dinasti Goryeo (912-1392), teknik membuat keramik glasir hijau (Qing ci;Seladon) diperkenalkan dari Dinasti Song dan segera menjadi sangat terkenal.[butuh rujukan] Keramik tidak lagi dipandang sebagai perlengkapan semata, karena dengan teknik glasir, keramik hijau mulai diperhatikan sebagai karya seni yang berestetika.[butuh rujukan] Agama Buddha yang secara dalam dianut oleh pemerintahan dan rakyat Goryeo ikut mempengaruhi desain keramik hijau, yang dibuat dengan ornamen dan hiasan yang bernafaskan filosofi Buddhisme.[butuh rujukan]

Joseon

Keramik Putih Joseon

Ideologi Neo-Konfusianisme yang diterapkan Dinasti Joseon membuat kepopuleran keramik hijau meredup dan digantikan oleh keramik putih yang sederhana.[3]Selama masa ini jenis-jenis keramik baru muncul seperti buncheong (keramik berwarna coklat) dan cheonghwa baekja (keramik corak biru).[3]

Puluhan ribu pengrajin keramik Joseon yang diculik ke Jepang oleh para penyerbu dalam peristiwa Perang Imjin pada tahun 1592-1598.[2] Mereka dibawa ke Jepang dan mengembangkan teknik pembuatan keramik di Jepang.[2] Teknik pembuatan keramik Korea segera menyebar ke Jepang dan membantu meningkatkan perkembangan seni keramik di negara tersebut, hal itu menyebabkan gaya keramik Jepang begitu sama dengan gaya keramik Korea.[2] Salah satu pengrajin keramik asal Korea yang diculik ke Jepang adalah Yi Sam-pyong.[2]Yi yang menetap di Arita, Prefektur Saga, Pulau Kyushu, dianggap sebagai empunya pengrajin keramik dan sangat dikagumi akan keahliannya.[2]

Pasca Dinasti Joseon-kini

Pasca Dinasti Joseon, Korea dijajah oleh Jepang (1910-1945) dan menderita tekanan budaya yang luar biasa.[butuh rujukan] Berbagai aspek budaya dan tradisi Korea hampir mati dan tidak bisa bertahan, termasuk produksi keramik tradisional.[butuh rujukan]

Pada saat ini, pemerintah Korea Selatan sangat menaruh perhatian dalam pelestarian keramik tradisional di seluruh negeri.[butuh rujukan] Banyak pusat-pusat industri keramik masih beroperasi sejak lebih dari ratusan tahun lalu.[butuh rujukan] Di tempat-tempat ini terdapat tungku-tungku pembakaran kuno yang masih berfungsi dan dilindungi sebagai situs bersejarah.[butuh rujukan] Para pembuat keramik tradisional telah yang keluarganya secara turun-temurun membuat keramik dianggap sebagai aset nasional hidup yang dihargai oleh pemerintah, di antaranya:

Jenis keramik dan tembikar

Goryeo Cheongja

Teknik membuat keramik hijau (Hanzi:青瓷, qīngcí, Bahasa Korea:청자, Cheongja) diperkenalkan dari Dinasti Song di masa pemerintahan Dinasti Goryeo (918-1392).[4] Seniman Goryeo menciptakan Teknik Sanggam untuk menghasilkan kreasi keramik yang baru dan berbeda daripada keramik hijau Cina.[5] Pada masa Dinasti Goryeo, kepopuleran keramik hijau mencapai Cina dan banyak bangsa lain yang mengagumi keindahannya.[4] Para seniman asal Cina bahkan menjulukinya sebagai salah satu dari "harta karun paling indah di bawah langit".[6] Keramik hijau pada saat itu menjadi komoditas perdagangan antara Goryeo dengan bangsa-bangsa lain.[7] Di Goryeo sendiri keramik hijau dinikmati kalangan bangsawan dan menjadi dekorasi karya seni yang menghiasi istana kerajaan dan kuil-kuil Buddha.[8]

Buncheong

Buncheong adalah jenis keramik yang berwarna coklat dinamakan dari warnanya yang agak kecoklatan dibanding jenis keramik lain.[butuh rujukan] Buncheong berkembang di abad ke-15 masa Dinasti Joseon dan dinikmati oleh semua kelompok masyarakat. [butuh rujukan]Ciri-cirinya adalah permukaannya yang kasar, goresannya gambarnya tebal dan cara pembuatannya lebih sederhana sehingga kurang dianggap cantik dibanding jenis keramik lain.[butuh rujukan] Pada masa Perang Imjin, produksi keramik Buncheong hampir mati karena banyak pengrajin yang diculik serta tungku pembakaran hancur.[2]

Joseon Baekja

Joseon Baekja atau Keramik Putih Joseon diproduksi pada masa Dinasti Joseon (1392-1910). Keramik putih menikmati kepopuleran dan mengambil alih posisi keramik hijau.[3] Pemerintahan Joseon memfokuskan pada upaya khusus untuk memproduksi dan mengelolanya, dan masyarakat pun sangat menyukai jenis keramik baru ini.[3] Karena besarnya dukungan dan keterkenalannya, produksi keramik putih mengalami pertumbuhan yang pesat.[3]

Onggi

Onggi adalah jenis tempayan yang terbuat dari tembikar yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.[1] Orang Korea memanfaatkan Onggi sebagai tempat menyimpan makanan tradisional sejak lama seperti kimchi, jeotgal, kecap asin (ganjang), saus gochujang, doenjang dan sebagainya.[1]

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d e f (Inggris)Rha, Sunhwa (2006). Pottery, Korean Traditional Handicrafts. Ewha Woman University Press, Seoul. hlm. 11-29. ISBN 89-7300-682-7-04630. 
  2. ^ a b c d e f g h (Inggris)The Korean Pottery, koreafolkart. Diakses pada 24 April 2010.
  3. ^ a b c d e (Inggris)White Porcelain with Inlaid Lotus Scroll Design, koreana. Diakses pada 28 April 2010.
  4. ^ a b (Inggris)Pak, Young Sook (2003). Earthenware and Celadon. Laurence King Publishing. ISBN 1-85669-360-0. 
  5. ^ (Inggris)KOREAN CELADON POTTERY, zanzibararts. Diakses pada 8 Mei 2010.
  6. ^ (Inggris)Gangjin Celadon, Home of "the finest celadon under heaven"
  7. ^ (Inggris)Nahm. Ph. D, Andrew (2009). A Panorama of 5000 Years: Korean History. Hollym International Corp, Elizabeth, New Jersey. ISBN 0-930878-68-X. 
  8. ^ (Inggris)Korean Ceramics, Its History and Evolution, visitkorea. Diakses pada 19 April 2010.

Pranala luar