Sungai Barito: Perbedaan antara revisi
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada jaman dahulu disebut '''Pulau Bakumpai''' adalah wilayah [[kabupaten]] [[Barito Kuala]], [[Kalimantan Selatan]]. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari [[Kabupaten Banjar]]. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk [[Afdeeling Bandjarmasin]]/[[Afdeeling Kuin]] |
Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada jaman dahulu disebut '''Pulau Bakumpai''' adalah wilayah [[kabupaten]] [[Barito Kuala]], [[Kalimantan Selatan]]. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari [[Kabupaten Banjar]]. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk [[Afdeeling Bandjarmasin]]/[[Afdeeling Kuin]] |
||
Pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai. |
Pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku dayak dengan penuturan [[bahasa Barito]] seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai. |
||
Sesudah [[Perang Banjar]] berakhir, terjadi perang besar yang lebih dikenal dengan [[Perang Barito]] dengan pejuang utamanya adalah [[Pangeran Antasari]] (Raja Bakumpai), [[Sultan Muhammad Seman]], Panembahan Muda |
Sesudah [[Perang Banjar]] berakhir, terjadi perang besar yang lebih dikenal dengan [[Perang Barito]] dengan pejuang utamanya adalah [[Pangeran Antasari]] (Raja Bakumpai), [[Sultan Muhammad Seman]], Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said), dan Ratu Zaleha. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, [[Tumenggung Surapati]], [[Panglima Batur]] dan Haji Matalib. |
||
[[Kategori:Sungai di Kalimantan|Barito]] |
[[Kategori:Sungai di Kalimantan|Barito]] |
Revisi per 17 Mei 2010 08.43
Sungai Barito adalah wilayah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito. Nama Barito diambil berdasarkan nama daerah Barito yang termasuk wilayah provinsi Kalimantan Tengah, tetapi sering dipakai untuk menamakan seluruh daerah aliran sungai ini hinggga ke muaranya pada laut Jawa di Kalimantan Selatan yang dinamakan Muara Banjar/Kuala Banjar. Berdasarkan beberapa naskah Hikayat Banjar dan naskah kuno lainnya diketahui sungai ini dahulu disebut juga Sungai Banjar khususnya yang berada di hilir dekat kampung Banjar-Masih (sekarang Banjarmasin) sampai ke hulu pada kota Marabahan, sebab di kota ini sungai Banjar bercabang dua anak sungai yaitu sungai Barito dan sungai Negara/sungai Bahan. Wilayah daerah aliran sungai Negara/sungai Bahan inilah yang oleh kesultanan Banjar dinamakan wilayah Hulu Sungai atau Banjar Hulu. Sedangkan daerah aliran sungai di hulu kota Marabahan sering dinamakan daerah Barito atau pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan Onder Afdeeling Barito yang beribukota di Muara Teweh (sekarang ibukota Barito Utara). Wilayah Barito ini dalam Kitab Negarakertagama disebutkan sebagai salah satu daerah taklukan kerajaan Majapahit yang berada di pulau Tanjung Negara disamping daerah tetangganya yaitu sungai Tabalong (sungai Negara).
Bekas Onder Afdeeling Barito (bagian dari Afdeeling Kapuas Barito) sekarang sudah berkembang menjadi 4 kabupaten yaitu Barito Selatan, Barito Utara, Barito Timur dan Murung Raya. Wilayah ini sekarang sedang berjuang untuk membentuk provinsi Barito Raya, dimana gerakan ini berakar dari pemikiran para penduduk di sepanjang DAS Barito dalam bidang sosial politik, untuk meminta perhatian yang lebih serta untuk mendapatkan pembagian yang lebih berimbang dan pemberian akses-akses ekonomi atas kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berada di sepanjang DAS Barito. Namun seiring waktu berjalan, ternyata ada banyak pro dan kontra sehubungan dengan pemekaran ini. Karena bagaimanapun juga, catatan sejarah menunjukkan bahwa daerah Barito merupakan bagian integral dari Daerah Dayak Besar. Dan, salah satu tokoh sejarah dari Barito GMTPS (Gerakan Mandau Talawang Pantjasila), Christian Simbar a.k.a "Uria Mapas", merupakan salah satu tokoh yang paling berjasa dalam pembentukan Kalimantan Tengah, bahkan pada mulanya ibukota Kalimantan Tengah direncanakan terletak di Muara Teweh di tepi sungai Barito.
Bagian hilir dan muara dari DAS Barito pada jaman dahulu disebut Pulau Bakumpai adalah wilayah kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Barito Kuala merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Banjar. Pada masa Hindia Belanda wilayah kabupaten Barito Kuala termasuk Afdeeling Bandjarmasin/Afdeeling Kuin
Pada umumnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Barito adalah dari etnik kategori Barito Isolec atau suku dayak dengan penuturan bahasa Barito seperti Dayak Murung, Dayak Siang, Dayak Maanyan, Dayak Bawoo, Dayak Dusun, dan Bakumpai.
Sesudah Perang Banjar berakhir, terjadi perang besar yang lebih dikenal dengan Perang Barito dengan pejuang utamanya adalah Pangeran Antasari (Raja Bakumpai), Sultan Muhammad Seman, Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said), dan Ratu Zaleha. Tokoh pejuang dalam perlawanan masyarakat Barito yang lain adalah Panglima Wangkang, Tumenggung Surapati, Panglima Batur dan Haji Matalib.