Leonardus Benyamin Moerdani: Perbedaan antara revisi
k Bot: Penggantian teks otomatis (-karir +karier) |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 29: | Baris 29: | ||
Dalam posisi pemerintahan, selain sebagai [[Panglima ABRI]], beliau juga pernah menjabat sebagai [[Menteri Pertahanan dan Keamanan]] dan juga [[Pangkopkamtib]]. |
Dalam posisi pemerintahan, selain sebagai [[Panglima ABRI]], beliau juga pernah menjabat sebagai [[Menteri Pertahanan dan Keamanan]] dan juga [[Pangkopkamtib]]. |
||
== Karier Militer == |
|||
<sup>[2]</sup> Moerdani mulai mengangkat senjata sebagai Tentara Pelajar saat masih 14 tahun. Sebagai anak muda yang belum berpengalaman, beliau nyaris tewas dua kali saat pletonnya diserang dari sisi dan saat melarikan diri di Sekarpace. Dua kakaknya juga turut berjuang, salah satunya menjadi pasukan pengawal Slamet Rijadi. |
<sup>[2]</sup> Moerdani mulai mengangkat senjata sebagai Tentara Pelajar saat masih 14 tahun. Sebagai anak muda yang belum berpengalaman, beliau nyaris tewas dua kali saat pletonnya diserang dari sisi dan saat melarikan diri di Sekarpace. Dua kakaknya juga turut berjuang, salah satunya menjadi pasukan pengawal Slamet Rijadi. |
||
<sup>[1]</sup> Setelah penyerahan kedaulatan, Moerdani melanjutkan sekolah dan masuk sekolah kader infanteri TNI-AD. Dia direkrut dalam kompi Kesatuan Komando Angkatan Darat. Satu-satunya kompi komando tersebut memerangi DI/TII, terjun di PekanBaru dan Padang memerangi PRRI, dan melakukan operasi amfibi di Menado memerangi Permesta. Moerdani kembali nyaris gugur saat jeepnya ditembak bazooka. Setelah mengikuti sekolah lanjutan di Amerika, Mayor Moerdani memimpin pasukan gabungan RPKAD dan Kostrad terjun dalam Operasi Naga di Irian Jaya, dalam operasi ini beliau nyaris gugur lagi saat pasukannya disergap marinir Belanda dan Moerdani diincar penembak runduk (sniper). Moerdani juga memerangi pasukan Inggris di konfrontasi Malaysia. Kelak setelah menjadi Panglima TNI, Moerdani mengunjungi markas SAS di Inggris dan baru diberitahu beliau juga pernah dibidik sniper SAS saat menyusuri sungai dengan sampan. |
<sup>[1]</sup> Setelah penyerahan kedaulatan, Moerdani melanjutkan sekolah dan masuk sekolah kader infanteri TNI-AD. Dia direkrut dalam kompi Kesatuan Komando Angkatan Darat. Satu-satunya kompi komando tersebut memerangi DI/TII, terjun di PekanBaru dan Padang memerangi PRRI, dan melakukan operasi amfibi di Menado memerangi Permesta. Moerdani kembali nyaris gugur saat jeepnya ditembak bazooka. Setelah mengikuti sekolah lanjutan di Amerika, Mayor Moerdani memimpin pasukan gabungan RPKAD dan Kostrad terjun dalam Operasi Naga di Irian Jaya, dalam operasi ini beliau nyaris gugur lagi saat pasukannya disergap marinir Belanda dan Moerdani diincar penembak runduk (sniper). Moerdani juga memerangi pasukan Inggris di konfrontasi Malaysia. Kelak setelah menjadi Panglima TNI, Moerdani mengunjungi markas SAS di Inggris dan baru diberitahu beliau juga pernah dibidik sniper SAS saat menyusuri sungai dengan sampan. |
||
<sup>[1]</sup> |
<sup>[1]</sup> Kariernya di RPKAD terhenti karena perselisihan dengan Jenderal Ahmad Yani mengenai kelanjutan karier anak buah Moerdani yang terluka. Moerdani masuk Kostrad dan oleh Letkol Ali Moertopo ditugaskan sebagai perwira inteljen di Bangkok. Moerdani menjalin kontak dengan Malaysia untuk menjembatani perdamaian. Karier inteljen dilanjutkan menjadi atase di Korea. Setelah kejadian Malari, Moerdani dipanggil Soeharto kembali ke Jakarta menjadi Brigjen untuk memegang komando inteljen. Penugasan kontroversial adalah operasi terselubung menjelang Operasi Seroja. Nama Moerdani terkenal saat berhasil membujuk pemerintah Thailand (yang beliau kenal saat menjadi perwira inteljen di Bangkok) untuk mengizinkan operasi militer Den81 menyerang pesawat Woyla. |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
Kontroversi Moerdani dalam keterlibatan peristiwa Tanjung Priuk membuat Moerdani diadili di mahkamah militer. |
Kontroversi Moerdani dalam keterlibatan peristiwa Tanjung Priuk membuat Moerdani diadili di mahkamah militer. |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
<sup>[1]</sup> Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis anak-anak Soeharto. Soeharto marah dan mecopot jabatan Moerdani. <sup>[3]</sup> Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Kapten Prabowo Subianto (menantu Soeharto) pernah merencanakan menculik Moerdani karena tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai peristiwa ini dalam bukunya. |
<sup>[1]</sup> Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis anak-anak Soeharto. Soeharto marah dan mecopot jabatan Moerdani. <sup>[3]</sup> Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Kapten Prabowo Subianto (menantu Soeharto) pernah merencanakan menculik Moerdani karena tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai peristiwa ini dalam bukunya. |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
Baris 55: | Baris 50: | ||
<sup>[3]</sup> Subroto, Hendro. Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Gramedia 2009 |
<sup>[3]</sup> Subroto, Hendro. Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Gramedia 2009 |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/l/lb-moerdani/index.shtml Profil di Tokohindonesia.com] |
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/l/lb-moerdani/index.shtml Profil di Tokohindonesia.com] |
||
{{ |
{{S-start}} |
||
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Menteri Pertahanan dan Keamanan]] | tahun = 1988 - 1993| pendahulu = [[Poniman]] | pengganti = [[Edi Sudradjat]]}} |
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Menteri Pertahanan dan Keamanan]] | tahun = 1988 - 1993| pendahulu = [[Poniman]] | pengganti = [[Edi Sudradjat]]}} |
||
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Panglima ABRI]] | tahun = 1983 - 1988| pendahulu = [[Andi Muhammad Jusuf]] | pengganti = [[Try Soetrisno]]}} |
{{Kotak_suksesi | jabatan = [[Panglima ABRI]] | tahun = 1983 - 1988| pendahulu = [[Andi Muhammad Jusuf]] | pengganti = [[Try Soetrisno]]}} |
||
{{ |
{{End}} |
||
{{indo-bio-stub}} |
{{indo-bio-stub}} |
Revisi per 10 Juni 2010 06.51
Leonardus Benyamin Moerdani | |
---|---|
Berkas:Lbmoerdani.jpg | |
Menteri Pertahanan Republik Indonesia 18 | |
Masa jabatan 19 Maret 1983 – 23 Maret 1988 | |
Presiden | Soeharto |
Informasi pribadi | |
Lahir | Hindia Belanda | 2 Oktober 1932
Meninggal | 29 Agustus 2004 Indonesia | (umur 71)
Sunting kotak info • L • B |
Leonardus Benyamin "Benny" Moerdani (2 Oktober 1932 – 29 Agustus 2004) adalah salah satu tokoh militer Indonesia yang terkenal pada masanya. Merupakan perwira TNI yang banyak berkecimpung didunia inteljen, sehingga terkesan misterius apalagi ditunjang dengan pembawaannya yang hemat bicara serta jarang tersenyum, kesan misterius makin kuat. Merupakan satu-satunya [butuh rujukan] perwira penyandang pangkat bintang yang ikut terjun langsung di operasi militer yaitu penanganan pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla di Bandara Don Mueang, Bangkok, Muang Thai.
Dalam posisi pemerintahan, selain sebagai Panglima ABRI, beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dan juga Pangkopkamtib.
Karier Militer
[2] Moerdani mulai mengangkat senjata sebagai Tentara Pelajar saat masih 14 tahun. Sebagai anak muda yang belum berpengalaman, beliau nyaris tewas dua kali saat pletonnya diserang dari sisi dan saat melarikan diri di Sekarpace. Dua kakaknya juga turut berjuang, salah satunya menjadi pasukan pengawal Slamet Rijadi.
[1] Setelah penyerahan kedaulatan, Moerdani melanjutkan sekolah dan masuk sekolah kader infanteri TNI-AD. Dia direkrut dalam kompi Kesatuan Komando Angkatan Darat. Satu-satunya kompi komando tersebut memerangi DI/TII, terjun di PekanBaru dan Padang memerangi PRRI, dan melakukan operasi amfibi di Menado memerangi Permesta. Moerdani kembali nyaris gugur saat jeepnya ditembak bazooka. Setelah mengikuti sekolah lanjutan di Amerika, Mayor Moerdani memimpin pasukan gabungan RPKAD dan Kostrad terjun dalam Operasi Naga di Irian Jaya, dalam operasi ini beliau nyaris gugur lagi saat pasukannya disergap marinir Belanda dan Moerdani diincar penembak runduk (sniper). Moerdani juga memerangi pasukan Inggris di konfrontasi Malaysia. Kelak setelah menjadi Panglima TNI, Moerdani mengunjungi markas SAS di Inggris dan baru diberitahu beliau juga pernah dibidik sniper SAS saat menyusuri sungai dengan sampan.
[1] Kariernya di RPKAD terhenti karena perselisihan dengan Jenderal Ahmad Yani mengenai kelanjutan karier anak buah Moerdani yang terluka. Moerdani masuk Kostrad dan oleh Letkol Ali Moertopo ditugaskan sebagai perwira inteljen di Bangkok. Moerdani menjalin kontak dengan Malaysia untuk menjembatani perdamaian. Karier inteljen dilanjutkan menjadi atase di Korea. Setelah kejadian Malari, Moerdani dipanggil Soeharto kembali ke Jakarta menjadi Brigjen untuk memegang komando inteljen. Penugasan kontroversial adalah operasi terselubung menjelang Operasi Seroja. Nama Moerdani terkenal saat berhasil membujuk pemerintah Thailand (yang beliau kenal saat menjadi perwira inteljen di Bangkok) untuk mengizinkan operasi militer Den81 menyerang pesawat Woyla.
Tanjung Priuk
Kontroversi Moerdani dalam keterlibatan peristiwa Tanjung Priuk membuat Moerdani diadili di mahkamah militer.
Perselisihan dengan Soeharto
[1] Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat menjabat Panglima ABRI Moerdani memberi komentar mengenai bisnis anak-anak Soeharto. Soeharto marah dan mecopot jabatan Moerdani. [3] Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang menyerbu Woyla), disebutkan Kapten Prabowo Subianto (menantu Soeharto) pernah merencanakan menculik Moerdani karena tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak memberi komentar mengenai peristiwa ini dalam bukunya.
Referensi
[1] Pour, Julius. Benny: Tragedi Seorang Loyalis Kata Hasta Pustaka (first published 1993)
[2] Pour, Julius. Ign. Slamet Rijadi: Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS 2008 by Gramedia
[3] Subroto, Hendro. Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Gramedia 2009
Pranala luar
- (Indonesia) Profil di Tokohindonesia.com
Didahului oleh: Poniman |
Menteri Pertahanan dan Keamanan 1988 - 1993 |
Diteruskan oleh: Edi Sudradjat |
Didahului oleh: Andi Muhammad Jusuf |
Panglima ABRI 1983 - 1988 |
Diteruskan oleh: Try Soetrisno |
- Kelahiran 1932
- Kematian 2004
- Meninggal usia 72
- Artikel biografi Juni 2010
- Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan Juni 2010
- Semua artikel rintisan Juni 2010
- Rintisan biografi Indonesia Juni 2010
- Panglima TNI
- Tokoh intelijen Indonesia
- Tokoh Katolik Indonesia
- Pangkopkamtib
- Menteri Pertahanan Indonesia