Oeripan Notohamidjojo: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 135: | Baris 135: | ||
[[Kategori:Tokoh Indonesia]] |
[[Kategori:Tokoh Indonesia]] |
||
[[Kategori: Tokoh Jawa Tengah]] |
[[Kategori: Tokoh Jawa Tengah]] |
||
[[Kategori:Ilmuwan Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Pengajar Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]] |
Revisi per 11 Juni 2010 10.31
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Oeripan Notohamidjojo | |
---|---|
Doctor Honoris Causa Vrije Universiteit te Amsterdam (Image courtesy of Ukswsen) | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1915 Blora, Jawa Tengah, Indonesia |
Almamater | Fakultas Hukum Universitas Indonesia Fakultas Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia |
Pekerjaan | Pendiri Universitas Kristen Satya Wacana |
| |
Sunting kotak info • L • B |
Dr. Oeripan Notohamidjojo lahir di Blora, Jawa Tengah 1915 adalah pendiri Universitas Kristen Satya Wacana. Beliau memperoleh gelar Sarjana Hukum dan Sarjana Pengetahuan Masyarakat dari Universitas Indonesia pada tahun 1956.
Biodata
Dr. Notohamidjojo jika hendak kita tipekan dengan suatu istilah yang tepat, beliau adalah seorang guru. Guru yang sebenarnya memberikan bimbingan dan pembinaan dalam arti yang seluas-luasnya dan untuk itu diperlukan modal berupa pengetahuan dan kebijaksanaan hidup untuk dapat diteruskan kepada para siswa. Sebagaimana seorang guru dalam arti tradisionil mengumpulkan siswa dan membentuk suatu perguruan sebagai wadah pelayanannya, maka Dr. Notohamidjojo telah mendirikan serta mengasuh perguruan tinggi Satya Wacana sebagai karya hidup beliau (selama 17 tahun).
Riwayat Singkat
- Pendidikan
- 1922-1929: Hollandsch Zendingschool (Sekolah Dasar Tujuh Tahun)
- 1929-1935: Christelijke Hollands Inlandse Kweekschool / Chr. H.I.K - Solo (Sekolah Pendidikan Guru Enam Tahun)
- 1935-1938: Hoofdactecursus - Bandung (Mendapatkan Akte Kepala Sekolah Dasar)
- 1949-1956: Fakultas Hukum Universitas Indonesia
- 1949-1956: Fakultas Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia
- Karir
- 1938: Guru Sekolah Dasar Prins Bernhard School - Solo
- (Jaman Penjajahan Jepang) Kepala Sekolah Kristen Banjarsari - Solo (bekas Koningin Emma School)
- (Jaman Penjajahan Jepang) Guru Sejarah Shihang Gakko - Solo (Sekolah Pendidikan Guru Jepang)
- 1945: Ketua Bidang Politik PGRI
- 1945: Anggota Parkindo
- 1956: Rektor PTPG Kristen Indonesia - Salatiga
- 1959: Universitas Kristen Satya Wacana - (merubah nama dari PTPG Kristen Indonesia ke Universitas Kristen Satya Wacana)
- Karya & Penghargaan
- Penulis Surat Khabar "De Locomotief dan Soerabajaasch Handelsbald" tentang masalah-masalah kemasyarakatan (pada usia 21 tahun)
- 1951: Penulis buku "Iman Kristen dan Politik" Penerbit BPK
- 1951: Anggota staf redaksi De Zaaier
- 1951: Penulis pelbagai artikel sekitar kejawen dan kekristenan serta pertaliannya dengan praktek penginjilan di tanah Jawa
- Men-sistematika-kan filsafat hukum menjadi: asal, hakekat, tujuan hukum manusia dalam hukum dan norma-norma ethis-religius antara lain kebenaran dan keadilan dalam mempraktekan hukum
- Dosen pada Universitas Sultan Agung - Semarang
- 1967: Menulis buku “Tanggung Jawab Gereja dan Orang Kristen di Bidang Politik”
- 1970: Menulis buku "Mengindoktrinasikan Demokrasi Pancasila kepada masyarakat Kristen"
- Menulis buku “Masalah Keadilan” yang berisikan pernyataan prihatin karena Pancasila dan Keadilan sosial mulai hilang dan diremehkan
- Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia
- 1964-1970: Mengikuti berbagai Seminar-seminar akademis antar Perguruan Tinggi Kristen di Hongkong, Tokyo, Manila, New York, Nederland dan Wina
- 4 September 1972: Mendapat gelar DOKTOR / Doctor Honoris Causa ilmu hukum dari "Vrije Universiteit" Amsterdam yang disampaikan oleh Rektornya Prof. W.F. De Gaay Fortman
Riwayat Hidup
Beliau dilahirkan di kota kecil Blora pada tahun 1915 dalam keluarga Abdullahfatah seorang tokoh hukum agama dan pergerakan Islam. Jika ditelusur garis keturunan ke atas dapat diketemukan tokoh-tokoh menjabat di bidang pemerintahan dan bidang keagamaan. Agaknya dalam diri Dr. Notohamidjojo bersatulah dua cabang keahlian itu dengan serasi. Seorang rektor berkeahlian ilmu hukum, manager-administrator berpola kepemimpinan ‘Bapa’ dan seorang awam peminat theologia serta penggumul filsafat dari aliran Dooyeweerd.
Setelah tamat belajar dari Hollandsch Zendingschool, sekolah dasar tujuh tahun berbahasa pengantar Belanda, yang dipimpin oleh Nona E. Kuckel, pada tahun 1929 beliau melanjutkan belajar ke Christelijke Hollands Inlandse Kweekschool di Sala, suatu sekolah pendidikan guru enam tahunan yang menyiapkan guru-guru untuk sekolah dasar. Meskipun maksud ayahanda sebenarnya supaya dengan menyekolahkan anak di Sala dapat diketahui rahasia metode penginjilan yang dilaksanakan oleh pendeta Zending Dr. Van Andel, tetapi sang anak menjelang pada suatu hari menghadap ayahanda dengan pemberitahuan bahwa pelajaran agama Kristen yang diterima dalam katekisasi amat menarik sehingga beliau mohon perkenan ayahanda untuk dibaptiskan masuk Kristen. Hal ini baru kemudian sesudah usia 20 tahun dicapai, diizinkan oleh bapak Abdullahfatah dengan hati yang berat.
Pertobatan yang berdasarkan keyakinan penuh ini sangat berarti bagi hidup dan karya Dr. Notohamidjojo di kemudian hari. Setelah tamat dari Chr. H.I.K. pada tahun 1935 beliau tanpa bekerja terlebih dulu sebagai guru di H.I.S. yang sebenarnya merupakan syarat minimum diperkenankan belajar 3 tahun di Bandung untuk memperoleh akte kepala sekolah dasar pada hoofdactecursus di sana. Kawan sekelas sejak di H.I.K. dan di kursus tersebut antara lain Bapak S. Subanu, M.A. yang kemudian mendampinginya sebagai wakil rektor.
Dari tahun 1938 sampai pecah perang beliau bekerja di Sala sebagai guru sekolah dasar ‘Prins Bernhard School’, suatu sekolah latihan dari Chr.H.I.K. yang dipimpin oleh tuan H. Zweers. Pada sekolah tersebut bekerja pula Bapak S.M.A. Pasaribu yang kemudian ikut menyumbangkan gagasan dalam pendirian perguruan tinggi Kristen di Salatiga.
Di zaman pendudukan Jepang, sebentar setelah mengepalai sekolah dasar Kristen Banjarsari Sala, bekas Koningin Emma School dulu, beliau diangkat menjadi guru tetap untuk mata pelajaran Sejarah pada Shihang Gakko di Sala, suatu sekolah guru laki-laki yang melebur sekolah-sekolah guru Kristen dan Katholik di Jawa Tengah menjadi satu sekolah pendidikan guru model Jepang. Pekerjaan ini dilayani sampai zaman awal kemerdekaan. Antara tahun 1949-1956 sambil mengajar dan memimpin asrama di Sekolah Guru Atas Kristen di Salemba Jakarta di bawah pimpinan Bapak I.P. Simanjutak, M.A. beliau mengusahakan waktu untuk berkuliah pada Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat dari Universitas Indonesia sampai tamat. Kawan studi beliau a.l. Bapak Surjandaru, S.H. yang kemudian menjadi salah seorang pembantu rektor; adapun guru besar di zaman Jakarta itu adalah antara lain para Profesor, Hazairin, Lemaire, Resink dan Beerling.
Setelah lulus sarjana, Dr. Notohamidjojo menerima tawaran untuk memimpin PTPG Kristen Indonesia di Salatiga atas permintaan Ds. Basuki Probowinoto seorang anggota pengurusnya, juga seorang kawan lama dari zaman H.I.K. di Sala. Pemimpin PTPG tersebut dilaksanakan dengan bantuan teman-teman bekerja beliau seperti tuan Jac.v.d. Waals, Nona Dra.M.C. Miedema, Drs.H.Baas dan Drs. Soetjipto Wirowidjojo. Akademi Pendidikan Guru itulah yang kemudian pada tahun 1959 disempurnakan menjadi Universitas dengan nama Satya Wacana.
Pembentukan Pribadi
Dr. Notohamidjojo dapat disebut seorang otodidak. Hidup beliau penuh dengan belajar dari buku, hubungan dengan guru-gurunya dan pengalaman kemasyarakatan. Sejak muda koleksi perpustakaan pribadi beliau terkenal luas. Sikap kepemimpinan dipelajari beliau dari pribadi tuan Meyerink, direktur Chr.H.I.K. yang kemudian menjadi anggota parlemen Belanda.
Berfikir historis yang bercorak progresif linier beliau terima dari Dr.H. Kroeskamp, guru sejarah beliau yang juga membimbing beliau kepada dasar-dasar politik Kristen. Guru-guru lain yang beliau rasa ikut membangkitkan kecintaan kepada pelbagai cabang pengetahuan adalah tuan-tuan J.In. ‘t Veld dan P. de Koomen untuk bahasa Belanda, tuan F. Eygenraam untuk ilmu pasti dan tuan H.C. Beekman untuk ilmu hayat. Yang terakhir ini kemudian menjadi kolega mengajar di S.G.A. Kristen Jakarta.
Memang dalam pandangan tradisionil Jawa, sabda dari tokoh pendita (guru) dan ratu (raja) dijunjung tinggi. Rasa hormat dan segan terhadap itu tadi disatukan dalam ungkapan “sabda pendita ratu”. Semasa beliau belajar untuk hoofdacte di Bandung, psikologi dan paedagogik diajarkan oleh Dr.T.S.G. Mulia tokoh yang beliau hormati dan kagumi.
Sejak usia 21 tahun beliau sudah menulis dalam surat-surat kabar De Locomotief dan Soerabajaasch Handelsbald tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Bakat menulis ini beliau warisi dari ayahanda yang setelah meninggalkan bidang keagamaan kemudian bekerja pada B.P.M. di Cepu dan ikut aksi pemogokan pada tahun 1919; sesudah itu ayahanda aktif bergerak dalam partai Serikat Islam dan membantu H.O.S. Tjokroaminoto dalam mengasuh surat kabar Oetoesan Hindia sebagai redaktur untuk ruang Agama Islam.
Dalam tulisan-tulisan beliau nampak perhatian beliau kepada bidang politik dan kebudayaan yang erat sekali hubungannya dengan pekerjaan beliau sebagai guru sejarah. Buku pertama yang ditulisnya untuk sekolah-sekolah menengah adalah Tata Negara Indonesia. Pada tahun-tahun awal berdirinya PTPG beliau masih ikut mengajar sejarah Indonesia pada jurusan Sejarah yang diasuh oleh R.M. Subantardjo bekas kawan sekelasnya juga di zaman Sala.
Dorongan pertama untuk menulis buku-buku ilmiah populer datang dari Prof.Dr. Johannes Verkuyl yang beliau kenal dari dekat di zaman Jakarta. Di samping menulis buku beliau pertama ‘Iman Kristen dan Politik’ BPK, 1951 beliau sebagai anggota staf redaksi De Zaaier menulis pelbagai artikel sekitar kejawen dan kekristenan serta pertaliannya dengan praktek penginjilan di tanah Jawa.
Guru-guru besar beliau di fakultas Hukum yang mengesan adalah pertama Prof. Mr. L.W.G. Lemaire yang memberikan pengantar ilmu Hukum, kedua Prof.Mr.G.J. Resink seorang literator dan jurist ulung dengan perhatian kepada sejarah dan politik International yang oleh beliau disebut kawan dan guru. Yang ketiga adalah Prof. Dr.R.F. Beerling pengajar filsafat hukum penulis opus “Krator, Mens en Recht” yang isinya kemudian beliau pergunakan untuk menyalin perkuliahan beliau filsafat hukum di Salatiga.
Dr. Notohamidjojo men-sistematika-kan filsafat hukum, meliputi: asal, hakekat, tujuan hukum manusia dalam hukum dan norma-norma ethis-religius antara lain kebenaran dan keadilan dalam mempraktekan hukum.
Kegiatan di Bidang Politik dan Kegerejaan
Ketika pada tahun 1945 mulai ada kebebasan untuk bergerak dalam organisasi, Dr. Notohamidjojo ikut aktif sebagai anggota pengurus besar PGRI; beliau diserahi menjadi ketua bidang politiknya. Kemudian dengan berdirinya Parkindo beliau menceburkan diri pula. Pemilihannya untuk masuk partai Kristen ini berdasarkan keyakinan perlunya ada partai Kristen. Beliau membaca buku-buku Dr. Abraham Kuyper pertentangan politik Kristen dengan mendalam di zaman pendudukan Jepang. Sikap beliau terbuka terhadap pandangan orang Kristen yang menggabungkan diri dengan partai-partai non-Kristen, asal partai-partai tersebut mengakui Pancasila sebagai filsafat negara dan memperjuangkan demokrasi serta keadilan sosial, khususnya PNI dan PSI aliran Sjahrir.
Dr. Notohamidjojo mengakui bahwa Parkindo juga termasuk beliau sendiri, kurang berani berdialog dengan partai-partai Islam, akan tetapi dialog yang melalui kontak pribadi ada juga misalnya beliau sendiri telah lama mengajar di Universitas Sultan Agung di Semarang. Secara organisasi kontak dirasa tak mungkin, hanya sejak pada tahun 1971, dengan ada menteri Agama baru Dr. Mukti Ali, beliau melihat perspektif-perspektif baru untuk berdialog sehat dengan fihak golongan Islam.
Pengaruh beliau atas peristiwa-peristiwa di dalam tubuh Parkindo jelas, yakni beliau banyak berbicara pada kesempatan-kesempatan konggresnya, juga sampai nivo nasional pengaruh Dr. Notohamidjojo nampak, misalnya yang berupa advis-advis untuk pelbagai formasi kabinet dalam tahun-tahun ketika demokrasi masih leluasa sampai tahun 1957.
Dr. Notohamidjojo peka sekali terhadap gelagat dan kemungkinan-kemungkinan timbulnya bentrokan-bentrokan antar golongan Islam dan komunis, suatu hal yang pasti memerlukan sikap yang tegas dari pihak masyarakat Kristen. Bagi beliau kebijaksanaan dibutuhkan sekali sekitar tahun 1964-1965 ketika kekuatan komunis merembes masuk Universitas Satya Wacana. Ancaman komunis dalam segala bentuk beliau lihat sebagai bahaya yang merongrong Pancasila.
Ketika tubuh gerejapun nampak mulai keresapan ‘roh zaman’, misalnya usul supaya menasakomkan majelis di suatu jemaat besar suatu kota, peringatan-peringatan beliau lontarkan melalui pidato, kotbah dan tulisan-tulisan untuk membangkitkan kewaspadaan gereja dalam mengikuti gerak kemasyarakatan dengan sebagai bekal beliau menganjurkan tiga sikap: jujur seperti burung merpati, berani seperti sahid dan cerdik seperti ular. Pada tahun 1951 beliau menulis buku berjudul “Iman Kristen dan Politik” dengan maksud untuk menjelaskan kepada orang-orang Kristen akan tugasnya dalam membangun negara merdeka yang masih muda. Tahun-tahun berikutnya kesempatan menulis dengan bebas sangat terbatas karena situasi politik pada waktu itu. Baru pada tahun 1967 muncul buku beliau “Tanggung Jawab Gereja dan Orang Kristen di Bidang Politik”. Di situ beliau mendorong orang Kristen untuk berpartisipasi dengan tanggungjawab dalam mengembangkan negara.
Dalam tahun-tahun menjelang 1970 Dr. Notohamidjojo memanfaatkan suasana politik orde baru untuk mengindoktrinasikan Demokrasi Pancasila kepada masyarakat Kristen dengan buku yang berjudul juga demikian. Buku ini merupakan pengolahan-pengolahan kembali artikel-artikel yang pernah ditulisnya berturut-turut dalam harian Sinar Harapan. Beliau memang memiliki kemampuan untuk menyajikan pokok gagasan beliau sesuai dengan selera dan daya tangkap pembaca yang luas.
Buku yang terbit terakhir berjudul “Masalah Keadilan” dapat dilihat sebagai pernyataan keprihatinan beliau terhadap perkembangan yang ada sekarang di mana dasar-dasar Pancasila, keadilan sosial cenderung untuk diremehkan. Untung bahwa beliau mampu untuk mengutarakan masalah dan pemecahannya dengan tepat dan tajam meskipun kadang-kadang perlu menggunakan teknik pasemon, memilih kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang dapat ditafsir sesuai dengan kepekaan segenap pembacanya. Buku-bukunya bagi umat Kristen merupakan pedoman yang berharga.
Satya Wacana : “Setia Sabda”
Perguruan Tinggi Satya Wacana merupakan anak rohani Dr. Notohamidjojo. Kedatangan beliau di Salatiga menurut keyakinan beliau adalah merupakan panggilan dari Tuhan sendiri. Ketika beliau mendapat tawaran dari pengurus PTPG Kristen Indonesia untuk memangku jabatan pemimpin akademi pendidikan guru tersebut, hati beliau mendua karena dalam waktu yang bersamaan beliau ditawari oleh Profesor Resink untuk membantunya mengajar di fakultas hukum Universitas Indonesia, suatu karier ilmiah yang berprospeksi menarik.
Namun beliau memilih Salatiga dan di situ beliau melaksanakan karya hidup beliau. Dari pidato beliau pada pembukaan peresmian Universitas Satya Wacana pada tahun 1959 nampak bahwa beliau sejak berdirinya PTPG pada tahun 1956 sudah melihat perlunya suatu Universitas Kristen yang menyiapkan tenaga-tenaga kader untuk gereja dan masyarakat. Dari ucapan-ucapan serta pahamnya nampak pengaruh dari gagasan-gagasan tinggi Dr. Abraham Kuyper pendiri Vrije Universiteit di Nederland sebagai suatu perguruan yang beralaskan iman Kristen.
Dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia, Satya Wacana nampak menonjol terutama dalam corak keunikan “Indonesia Kecil”. Sebanyak 19 sinode gereja-gereja di tanah air dari Nias sampai Irian Jaya mendukungnya sehingga para mahasiswa yang berasal dari pelbagai daerah, pelbagai suku hadir dalam kampus Satya Wacana. Ratusan alumni Satya Wacana kini bekerja bertebaran di seluruh Nusantara mengabdikan diri di segala bidang dalam partisipasinya membangun Negara kita.
Perkembangan perguruan Satya Wacana tak selancar gambaran luar yang berupa gedung-gedung yang serba megah fasilitas yang mencukupi untuk studi. Berkali-kali Dr. Notohamidjojo menghadapi kesulitan-kesulitan di bidang finansiil, materiil akademis dan politis. Sebagai rector dan educational stateman terbukalah beliau membicarakan segalanya dengan kawan-kawannya sekerja. Segala upaya pengatasan kesulitan dilandaskan pada doa karena Dr. Notohamidjojo percaya akan kekuasaan doa. Dalam situasi yang depresif beliau mampu menggairahkan staf pembantunya ataupun dosen-dosen dan pegawai-pegawai untuk tetap menunjukkan dan membuktikan sikap dedikasi.
Sebagai sarjana hukum yang berspesialisasi filsafat hukum Dr. Notohamidjojo menggumuli filsafat wetside dari Dooyeweerd; bersama-sama dengan Dr.Sj. Roosjen karib beliau, beliau mendalami dan mengembangkannya. Gagasan-gagasan yang banyak diwarnai filsafat tersebut mempengaruhi pula fisi beliau yang nampak dalam penulisan kertas-kertas kerja beliau untuk konfrensi-konfrensi atau seminar-seminar akademis antar perguruan tinggi Kristen di Hongkong, Tokyo, Manila, New York, Nederland dan Wina antara tahun 1964-1970.
Peristiwa yang penting dalam hidup beliau dan Universitas dan IKIP Kristen Satya Wacana adalah penggelaran Doctor Honoris Causa kepada beliau dalam ilmu hukum oleh Vrije Universiteit di Amsterdam melalui rektornya Prof.Mr.W.F. De Gaay Fortman pada tanggal 4 September 1972.
Sayang bahwa sepulangnya ke Salatiga beliau banyak diganggu oleh penyakit tekanan darah tinggi sehingga beliau perlu banyak mengaso dan pelbagai bidang-bidang kegiatannya dibagi-bagikan kepada para pembantunya. Namun kemauan beliau yang keras dan rasa tanggungjawab beliau yang tebal kadang-kadang menjadikan beliau lupa akan kelemahan jasmani beliau. Hubungan dengan partner-partner di luar begeri melalui korespondensi, menemui kunjungan serta pembicaraan-pembicaraan masih beliau lakukan demi kelangsungan hidup dan perkembangan lanjut Satya Wacana.
Dr. Notohamidjojo yang akhirnya atas kemauan sendiri menyerahkan tugasnya sebagai pengasuh perguruan tinggi yang didirikannya selama 17 tahun yang lalu merasa puas bahwa ‘anak asuhannya’ akan berada dalam tangan mereka yang mampu melanjutkan perjuangan Satya Wacana dalam mengabdi gereja dan negara sesuai dengan makna namanya “Setia Sabda” dan yang selalu berpedoman kepada motto yang diambil dari Amsal Sulaiman 1:7 “Bahwa takut akan Tuhan itu permulaan segala pengetahuan”.