Lompat ke isi

Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
JeDe (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
5 Cara Menulis Dengan Cepat
SUGESTION SYSTEM ( SUMBANG SARAN )
PEMBERIAN REWARD SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI AGAMA ISLAM
(Penelitian dan Tindakan Kelas (PTK) )


Apakah Anda sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer hanya untuk membuat sebuah artikel atau satu postingan blog? Jika ya, Anda berarti harus belajar bagaimana menulis artikel yang cepat dan efektif.
BAB I
Anda harus benar-benar menggunakan waktu yang ada dengan benar dan mencoba menulis lebih banyak artikel dalam waktu singkat. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus Anda lakukan ketika menulis sebuah artikel atau postingan blog:
PENDAHULUAN


1.Tutup aplikasi lain
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Apakah Anda pernah menginstal software? Kadang kala, kita diperintahkan untuk menutup aplikasi lain saat menginstal sebuah software karena akan menghambat proses instalasi. Sama halnya ketika Anda menulis sebuah artikel atau postingan. Pertama, tutuplah aplikasi chatting Anda. Chatting akan memakan sebagian besar waktu Anda. Selanjutnya, tutup aplikasi e-mail Anda. Jangan buka aplikasi apapun, selain aplikasi untuk menulis. Silakan saja membuka browser kalau ingin mencari beberapa referensi, namun segera tutup jika sudah tidak diperlukan lagi.


2.Lakukan riset sebelum menulis
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Lakukan riset (penelitian) sebelum mulai menulis artikel. Ini akan membantu Anda untuk menulis artikel secara efektif. Melakukan riset sebelum menulis juga akan menghasilkan konten yang berkualitas. Dengan melakukan riset, Anda dapat membuat artikel yang lebih panjang dan mendalam.


3.Atur jadwal
Berdasarkan data pada semester 1 , penulis mengetahui bahwa SDS Astra Agro Lestari mempunyai murid yang cukup banyak, jumlah 770 siswa. Kelas 1 terdiri dari 4 kelas. Siswa kelas 2 dan 3 ada 3 kelas dan siswa kelas 4,5,6 masing-masing terdiri dari 2 kelas. Dari data tersebut, penulis menemukan bahwa jumlah murid kelas III-A yang beragama Islam adalah sebanyak 39 siswa. Dan ke 39 siswa kelas 3-A tersebut adalah siswa yang berasal dari PT. GSDI dan PT. GSYM.
Akan lebih baik jika Anda menyiapkan sebuah jadwal agar menghemat waktu. Alokasikan waktu yang tepat untuk setiap kegiatan yang dilakukan, misalnya 15 menit untuk mengumpulkan referensi, 5 menit untuk memilih gambar, 30 menit untuk menulis artikel dan sisanya untuk menentukan judul yang menarik. Dalam waktu kurang lebih satu jam, Anda seharusnya sudah dapat menghasilkan artikel yang berkualitas dan menarik.


4.Cek ulang tulisan
Kegiatan belajar mengajar dalam kelas akan efektif jika ditunjang dengan pengelolaan kelas yang baik dan penggunaan metode yang tepat oleh guru mata pelajaran atau guru kelas dalam menyampaikan materi.
Banyak orang yang langsung menerbitkan tulisannya tanpa terlebih dulu mengecek ulang karena keterbatasan waktu. Padahal mengecek ulang tulisan sangat penting dilakukan untuk meminimalisir kesalahan seperti ejaan, bahasa. Setelah selesai menulis, usahakan baca ulang artikel tersebut minimal sekali. Jika tidak punya waktu untuk melakukannya, minta bantuan seseorang atau kalau perlu bayar seseorang untuk melakukan tugas tersebut jika artikel yang harus dicek jumlahnya banyak.


5.Lakukan editing
Reward dan punishment (pemberian hadiah dan ganjaran) dalam ilmu pedagogik dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan. Pemberian hukuman bertujuan untuk memberiikan efek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatif dan ganjaran berguna untuk penguatan atas perilaku positif. Punishment dan reward juga dikenal dalam ajaran agama.
Lakukan editing setelah selesai menulis artikel. Tempatkan gambar di tempat yang sesuai, jangan lupa mencantumkan sumber gambar jika diperlukan. Selanjutnya preview artikel sebelum di-publish. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang Anda inginkan, silakan mempublikasikan artikel tersebut. Jika tidak, lakukan editing ulang.

Dalam Islam diajarkan tentang tentang adanya sorga dan neraka. Siapa saja yang melakukan amal buruk (negatif) atau mengingkari ajaran Allah Swt. adalah dosa (diberi punishment), dan siapa saja yang melakukan amal baik (positif) dan mematuhi perintah serta meninggalkan laranganNya, maka akan diberi pahala atau reward. Hamba Allah yang memiliki banyak dosa akan dilemparkan kelak kedalam Jahanam (neraka) sebagai punishment, dan yang melakukan banyak kebajikan, memiliki banyak pahala maka bagi mereka adalah Sorga (reward) sebagai tempat yang layak. Namun Allah Swt. memiliki ampunan yang besar bagi mereka yang bertobat, meninggalkan kebisaaan negatif atau dosa. Beberapa prinsip dalam Alqur’an mengenai pahala (reward) dan dosa (punishment) adalah sebagai berikut: PAHALA (rewards), hanya orang yang bertaqwa, sabar, dan beramal baik yang mendapatkan pahala dari Allah, terdapat dalam: Q.S Al Qashash: 80, Al Baqarah: 110, AlMulk:12, Annaziaat:40
siakan,terdapat dalam surat Ali Imran: 171 dan surat Al kahfi: 30oPahala orang mukmin tidak akan disia. Pahala sesuai dengan amalnya, terdapat dalam surat Al Baqarah: 286
.Pahala tidak dapat dipindahkan kepada orang lain, terdapat dalam surat Al Baqarah: 123
.Setiap kebaikan akan mendapat balasan dari Allah, terdapat dalam surat Az Zalzalah:7
Dalam upaya meningkatkan prestasi siswa sudah banyak kita mengetahui di dunia pendidikan adanya Punishment dan Reward ( pemberian sanksi/hukuman dan hadiah/penghargaan ) kepada siswa, namun perbandingan dalam pemberian sanksi/hukuman dan hadiah/penghargaan belumlah berimbang, terutama pada waktu kegiatan belajar mengajar ( KBM) berlangsung. Pemberian punishment lebih banyak atau lebih sering dilakukan daripada pemberian reward. Dan mungkin juga diantara kita masih banyak yang berasumsi bahwa bentuk pemberian hadiah/penghargaan adalah yang berupa benda atau material saja. Padahal pujian atau sanjungan , pengakuan dan pemberian bonus nilai juga merupakan bentuk pemberian hadiah atau penghargaan.
Atas dasar itu semua maka penulis dalam sumbang saran ini berkeinginan mengangkat judul ; “ Pemberian Reward Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam ( Penelitian dan Tindakan Kelas pada Semester 1, Kelas III-A, SDS Astra Agro Lestari ) “.

B. PERMASALAHAN
Sejak penulis ditugaskan mengajar di SDS Astra Agro Lestari per-tanggal 1 Oktober 2009, dan sebelum menyusun tulisan ini, penulis telah melakukan pengamatan secara langsung . Penulis melihat ada kekurangan semangat belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam sehingga pada pemberian tugas dan ulangan hasilnya kurang memuaskan. Masih ada sekitar 55% siswa yang nilainya di bawah KKM.
Permasalahan dapat timbul karena adanya beberapa faktor :
1. Apa factor penghambat dan penunjang semangat belajar siswa ?
2. Bagaimana solusinya ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk Mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III – A SDS AAL pada semester 1.
2. Untuk mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas III – A SDS AAL pada semester 1.
3. Untuk mencari solusi terbaik dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan cakupan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini dapat dirinci menjadi dua, yaitu :
1. Ada keberhasilan dalam penerapan reward dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam;
2. Pemberian reward dapat dijadikan alternatif dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Adakah berdampak penerapan reward terhadap peningkatan antusias, semangat motivasi siswa dan keaktifan siswa mengikuti proses pembelajaran PAI sehingga tercapainya peningkatan prestasi siswa.

E. MANFAAT PENELITIAN
Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis ;
 Sebagai bahan masukan untuk pengembangan pembelajaran khususnya pada teknik penyelenggaraan pembelajaran yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis ;
1. Menambah wawasan penulis tentang cara melaksanakan pembelajaran yang lebih baik terutama pada Pendidikan Agama Islam kelas III- A, dan kelas-kelas lain pada umumnya.
2. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian lanjutan.
3. Dapat memberikan manfaat bagi pembaca sebagai bahan pemikiran tentang permasalahan yang berkaitan dengan tema “ Pemberian Reward Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa “ .
4. Meningkatkan antusias belajar siswa di sekolah
5. Meminimalkan jumlah siswa tidak naik kelas
6. Siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran
7. Bagi perusahaan, dengan meningkatnya prestasi belajar siswa di sekolah yang didirikan, tingkat kepercayaan masyarakat semakin tinggi dan karyawan betah kerja di AAL (terutama dalam hal ini menyiapkan pendidikan yang layak dan bermutu bagi anak-anak karyawan) .

F. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahan pengertian dan kesimpangan serta kekaburan kemungkinan penafsiran dalam pemakaian istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan dan pembatasan tentang istilah-istilah atau kalimat-kalimat yang terangkum dalam judul penelitian.
Adapun istilah-istilah yang perlu mendapatkan penegasan dan batasan adalah sebagai berikut :
1. Reward
yaitu pemberian hadiah, penghargaan pujian atau sanjungan , pengakuan dan pemberian bonus nilai dalam mata pelajaran PAI.
Menurut John M.Echols dan Hassan Shadily dalam kamus Inggris Indonesia, reward adalah; ganjaran, hadiah. Memberikan penghargaan/menghadiahi, member hadiah kepada anak untuk angka-angkanya.

2. Upaya
Adalah usaha atau hal-hal yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesi pusat bahasa oleh Depdiknas disebutkan bahwa; “ Upaya berarti ; usaha ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoaln, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya “.
3. Meningkatkan
Adalah adanya usaha yang bisa merubah sesuatu atau hal dari yang kurang dan cukup menjadi lebih, dan dari yang kurang baik dan cukup baik menjadi lebih baik lagi.
4. Prestasi belajar siswa
Adalah hasil dari usaha belajar yang telah dilakukan siswa dalam kurun waktu tertentu. Data prestasi belajar siswa diambil dari daftar nilai semester ganjil bidang studi PAI.
Menurut Depdiknas dalam kamus besar bahasa Indonesi pusat bahasa, meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf, dsb ). peningkatan : proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb).
5. PAI ( Pendidikan Agama Islam ) merupakan salah satu dari beberapa bidang studi yang di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ; Pemberian reward yang dimaksud disini adalah adalah merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap siswa untuk merubah sesuatu atau hal dari yang kurang dan cukup menjadi lebih, dan dari yang kurang baik dan cukup baik menjadi lebih baik lagi dengan cara memberikan hadiah/penghargaan, pujian, pengakuan dan pemberian bonus nilai pada siswa kelas III-A SDS Astra Agro Lestari Pandu Senjaya, Pangkalan Lada, Kab.KOBAR .

G. BATASAN MASALAH
1. Fokus penelitian hanya pada bidang studi Pendidikan Agama Islam ( PAI ), untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Sampel yang diambil adalah siswa kelas III-A ( 39 anak ) SDS Astra Agro Lestari Pandu Senjaya, Pangkalan Lada, Kab.KOBAR .
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) bulan Oktober, November, Desember 2009.



H. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH SUGESTION SYSTEM
Sugestion system ( Sumbang saran ) ini dibagi dalam lima bab yang didahului dengan halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan intisari makalah suggestion system.

Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Yang membahas latar belakang/alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan, hipotesis, manfaat, penegasan istilah, batasan masalah dan sistematika penulisan makalah suggestion system.
BAB II :Tinjauan pustaka, Bab ini menguraikan tentang berbagai teori, konsep dan pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.
BAB III :Metode penelitian, bab ini menguraikan tentang pendekatan penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data.
BAB IV :Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V :Penutup, bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan sekaligus memberikan saran terhadap obyek yang telah diteliti serta pihak tersebut.
Bagian akhir dari skripsi ini berisi daftar pustaka untuk menyusun makalah suggestion system dan lampiran.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. REWARD
Menurut John M.Echols dan Hassan Shadily dalam kamus Inggris Indonesia, reward adalah; ganjaran, hadiah. Memberikan penghargaan/menghadiahi, member hadiah kepada anak untuk angka-angkanya.
Reward dan punishment(pemberian hadiah dan ganjaran) dalam ilmu pedagogik dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan. Pemberian hukuman bertujuan untuk memberiikan efek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatif dan ganjaran berguna untuk penguatan atas perilaku positif. Punishment dan reward juga dikenal dalam ajaran agama.
Dalam Islam diajarkan tentang tentang adanya sorga dan neraka. Siapa saja yang melakukan amal buruk (negatif) atau mengingkari ajaran Allah Swt. adalah dosa (diberi punishment), dan siapa saja yang melakukan amal baik (positif) dan mematuhi perintah serta meninggalkan laranganNya, maka akan diberi pahala atau reward. Hamba Allah yang memiliki banyak dosa akan dilemparkan kelak ke dalam Jahanam (neraka) sebagai punishment, dan yang melakukan banyak kebajikan, memiliki banyak pahala maka bagi mereka adalah Sorga (reward) sebagai tempat yang layak. Namun Allah Swt. memiliki ampunan yang besar bagi mereka yang bertobat, meninggalkan kebisaaan negatif atau dosa. Beberapa prinsip dalam Alqur’an mengenai pahala (reward) dan dosa (punishment) adalah sebagai berikut:
PAHALA (rewards) Hanya orang yang bertaqwa, sabar, dan beramal baik yang mendapatkan pahala dari Allah, terdapat dalam:
1. Q.S Al Qashash: 80;
                
80. berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".

2. Q.S Al-Baqarah:110;
   •           •     
110. dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

3. Q.S AlMulk:12;
•      •   
12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

4. Q.S An-naziaat:40;
•      •   
40. dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

5. Q.S Ali Imran: 171
      •      
171. mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.

6.Q.S.Al-kahfi:30
•            
30. Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.

7.Q.S.Al-Baqarah:286;
                                            •           
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."


8.Q.S.Al-Baqarah:123;
•                  
123. dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan[86] seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.

[86] Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.

9.Az-Zalzalah:7;
      
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

Namun, bentuk konsep hadiah dan ganjaran ketika dikaitkan dengan konteks pendidikan adalah bentuk penguatan terhadap peserta didik. Bentuk dari reward adalah seperti menghargai, memuji, mencium, bertepuk tangan dan sampai pada memberi hadiah. Sementara bentuk dari punishment adalah seperti tidak acuh, membentak, menghardik, mencaci, sampai pada memukul, atau hukuman fisik yang lain. Keduanya sangat penting dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter pesertadidik.
Reward (dalam bentuk pujian dan penghargaan) lebih dominan diberikan pada anak sejak usia dini sampai mereka masuk Sekolah Dasar. Pujian demi pujian atas aktivitas dan pengalaman hidup yang dilakukan anak telah mendorong mereka untuk tumbuh dan berkembang. Apalagi dalam rentangan usia dini- usia balita- dengan proses pertumbuhan otak yang cepat yang juga disebut dengan masa emas (golden period) maka pemberian reward dalam bentuk pujian dan penghargaan akan membantu anak untuk tumbuh dan berkembang secara sempurna.
Pemberian pujian dan penghargaan (reward) cenderung berkurang saat usia anak beranjak semakin besar. Malah orangtua dalam masyarakat root grass level (masyarakat lapisan bawah yang jumlahnya sangat banyak) juga jarang membiasakan mengatakan kata-kata “maaf dan terimakasih” sebagai model dalam pendidikan akhlak di rumah, akibatnya anak-anak juga tidak terbiasa dan mampu untuk mengucapkan ke dua kata tersebut dalam konteks yang tepat dalam pergaulan mereka. Pada akhirnya anak anak tumbuh menjadi generasi yang kikir untuk menuturkan kata-kata “I am sorry" dan "Thank you very much” dalam bahasa mereka. .
Perilaku siswa di sekolah adalah perilaku bawaan dari rumah dimana mereka dibesarkan dalam lingkungan yang jarang memberikan pujian dan perhatian, kecuali punishment/cacian, cemooh dan ancaman telah tumbuh menjadi anak didik yang agresif, sulit berkosentrasi, haus perhatian, dan suka menganggu ketenangan teman. Dalam pandangan ilmu paedagogik lama bahwa anak didik yang demikian (melakukan kegaduhan/gangguan) perlu untuk diberi punishment- walau prilaku mereka terpola akibat dari kelebihan mis-punishment (mal-praktek punishment) di rumah, maka guru-guru di sekolah juga cendrung memberiikan punishment untuk memberikan efek penjeraan seperti; menghardik, mencaci, menjewer, berdiri kaki itik/ sebelah kaki di depan kelas (agar supaya anak jadi jera).
Kemajuan teknologi dan informasi, juga memaksa kemajuan dalam pelayanan pendidikan. Pendidikan yang diharapkan oleh public adalah pendidikan yang kaya dengan sentuhan kemanusiaan. Maka gencarlah harapan untuk member anak dengan pendidikan bernuansa sentuhan emosi, sentuhan kalbu, sentuhan humanistic yang tulus. Anak perlu didik dan dilindungi dan mereka harus diberi perlindungan hukum. Tuntutan untuk mewujudkan hal yang demikian tentu juga mengharapkan agar orang tua di rumah dan guru di sekolah mengubah sikap dan kepribadian untuk melaksanakan pelayanan mendidik mereka- melalui pelatihan, pembiasaan dan iktikad baik- agar mampu bersikap lembut, ramah, simpatik dan empatik , dan selalu menjadi model yang selalu sabar dan santun dalam mendidik anak.
Adalah seruan yang positif agar orangtua dan guru mampu memberikan pendidikan dengan sentuhan kemanusiann- sentuhan kasih sayang yang tulus. Untuk perbaikan moral dan karakter anak, oleh sebab itu diharapkan agar tugas pendidikan yang paling utama musti ada pada orangtua. Namun guru juga perlu melakukan peubahan total dalam gaya mendidik. Mendidik dengan cara kekerasan dan penuh menekan atas nama mendisiplinkan anak adalah gaya mendidik guru-guru yang bergaya otoriter.
Pendidik dengan model persuasif, mengayomi, dan pemodelan positif pasti selalu ada dan dapat dipelajari serta diadopsi.




2.PRESTASI BELAJAR
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa oleh Depdiknas disebutkan bahwa ; “Prestasi adala; hasil yang telah dicapai ( dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb)”.
Prestasi belajar menurut Siti Sundari (1992:25) adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu lembaga pendidikan, dimana hasilnya dinyatakan melalui penilaian yang berwujud angka atau simbol lainnya.
Gagne dan Barliner (1983:252) menyatakan belajar merupakan proses mahkluk hidup mengubah perilaku karena hasil dari pengalaman. Purwadarminto (1987:767) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang di capai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang di kerjakan atau di lakukan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari usaha belajar yang telah dilakukan siswa dalam kurun waktu tertentu.
Herlina Ari Arnayanti (2004:4), mengatakan bahwa : Rendahnya motivasi berprestasi pada remaja merupakan gejala yang kurang menguntungkan karena rendahnya motivasi berprestasi pada mereka menunjukkan adanya sikap acuh tak acuh terhadap kehidupan sosial, termasuk terhadap masa depan bangsanya. Keberhasilan ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya motif berprestasi warganya, dengan kata lain pembangunan suatu bangsa akan sukses bila motif berprestasi warganya tinggi.
Dalam proses pembelajaran tentu ada kegagalan dan keberhasilannya. Kegagalan belajar siswa tidak sepenuhnya berasal dari diri siswa tersebut tetapi bisa juga dari guru yang tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Keberhasilan belajar siswa tidak lepas dari motivasi siswa yang bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya motivasi berprestasi merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa. Siswa juga akan lebih termotivasi jika dari hasil belajarnya tersebut mendapatkan penghargaan (reward) yang memuaskan dari guru atau pihak pengajar sebagai tanda penghargaan atashasilbelajarnyatersebut.
Menurut Dra. Catharina Tri Anni, M.Pd (2007:14) beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain : Kondisi internal dan eksternal pembelajar (siswa). Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi social, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

3. PAI ( Pendidikan Agama Islam )
Depdiknas (2003:7), Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi; Al-Qur’an dan hadits, Keimanan , Ahlak dan Fiqih/ibadah. Sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup PAI mencakup perwujudan keserasian, keselarasan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, mahluk lainnya maupun lingkungannya ( Hablum minallah wa hablum minannas ).
Fungsi Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk; a. penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; b.pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta ahlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkanlebih dulu dalm lingkungan keluarga. C. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan social; d. perbaikan kesalahan-kesalahan kelemahan-kelemahan peserta dididk dalam keyakinan , pengamalan ajarana agama islam dalamkehidupan sehari-hari; f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum ( alam nyata ), system dan fungsionalnya; g. Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan Pendidikan Agama Islam di SD adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan , pengamalan,serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan , ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Menurut (FX. Sudarsono, 1999) hakikat penelitian adalah untuk mencari kebenaran yang dapat diujikan oleh orang secara obyektif untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Untuk memperoleh kebenaran tersebut digunakan metode pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang memandang obyek kajian terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan fenomena yang andal (Arikunto, 1993:203). Selain itu PTK merupakan penelitian yang bersifat eksperimen.
Disini penulis menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research). Yang mana Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif.
A. PENGERTIAN
Lewin dalam Kasbolah (1998/ 1999 : 14-15 ) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang merupakan suatu rangkaian langkah- langkah (a spiral of Steps). Setiap langkah terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
Dari beberapa definisi penelitain tindakan kelas tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Action research(Penelitian Tindakan ) termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen
Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
B. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama
B. MASALAH CAR
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.
1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis.
2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas.
3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika kita yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, kita tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan kita pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang kita kuasai.
4. Masalah yang Terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan.
5. Masalah yang Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran kita misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
7. Masalah yang Anda Senangi
Akhirnya kita harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang kita teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran kita terhadap masalah itu dan keinginan kita untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah yang Riil dan Problematik
Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).
9. Perlunya Kolaborasi
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach kita perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
D. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, kita sebaiknya menuliskan semua masalah yang kita rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Kita tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat kita perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan dan nilai strategis. Akhirnya kita pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3. Deskripsi Masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara pendidikan agama Islam siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah pendidikan agama Islam, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti PKN, IPA, IPS, SBK, Bahasa Indonesia, Bahasa Ingris dsb. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang korelasi dan perbandingan antara huruf-huruf hijaiyah dan tanda harokat dengan huruf-huruf alphabet/latin terutama konsonan dan vocal dalam bahasa Indonesia, siswa masih ada yang bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran PAI. Saya khawatir siswa hanya menghafal, tidak dengan memahami dan mengidentifikasi pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
Setelah kita memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya kita perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan:
1. Siapa yang terkena dampak negatifnya?
2. Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
3. Masalah apa sebenarnya itu?
4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
Siswa di kelas 3 SDS AAL tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3)
• Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
• Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
• Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran terutama PAI, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam satuan pelajaran interdisiplin mengenal, membaca dan menulis huruf (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan penelitian:
1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
E. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Kajian Teori
Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya kita telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, kita perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.
2. Hipotesis Tindakan
Kita melakukan analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang kita rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat kita tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya kita belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
F. METODOLOGI
1. Setting Penelitian
Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.
2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR
Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.
4. Siklus-siklus
Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
5. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
G. HASIL PENELITIAN
1. Siklus-siklus Penelitian
Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.
2. Tabel, Diagram, dan Grafik
Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah.
3. Hasil-hasil yang Otentik
Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya.
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut bisa memberikan bermanfaat.
I. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan kita atas teori belajar dan pembelajaran yang kita minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan kita atas penelitian-penelitien terbaru yang sedang ngetren.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Waktu Pelaksanaan
Program ini berlangsung selama tiga bulan yaitu; pada bulan Oktober, November dan Desember 2009. Dan dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2009-2010.
Sebagai sample penelitian dan tindakan kelas adalah kelas 3-A SDS Astra Agro Lestari yang mana mayoritas siswanya adalah anak-anak dari PT.GSDI-GSYM.

B. Hasil Pelaksanaan Program
Sebelum penulis menerapkan reward, siswa kurang bersemangat di dalam pelajaran PAI sehingga prestasinya terlihat pada ulangan sebelumnya. Penulis mengadakan ulangan I untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang penulis ajarkan sebelum menerapkan reward. Dari 39 siswa yang mengikuti ulangan , rata-rata nilai siswa adalah 62,6. Dari hasil ulangan 1 tersebut ada 12 siswa atau sekitar 37 % yang lulus kompetensi (dengan KKM = 70); sedangkan sisanya 27 siswa atau 63 % tidak lulus kompetensi (lihat tabel ulangan harian I).
Setelah penulis menerapkan reward tampak hasil-hasil peningkatan prestasi Pendidikan Agama Islam.
Penilaian prestasi siswa dalam program reward ini tidak hanya berdasarkan ulangan-ulangan harian dan semester saja, namun juga pada aktif learning (keaktifan siswa dalam belajar,antara lain; keaktifan bertanya, keaktifan menjawab dan keaktifan demonstrasi/tampil) siswa di sekolah terutama pada waktu kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam yang merupakan ciri utama dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Yang dimaksud keaktifan siswa dalam penelitian ini adalah kesadaran diri dari siswa untuk melakukan sesuatu/hal. Missalnya, anak bertanya, menjawab dan tampil adalah karena kesadaran dirinya sendiri tanpa ditunjuk oleh guru. Dan salah satu cara yang dipakai oleh peneliti agar anak melakukan sesuatu/hal ialah dengan memberikan stimulus (rangsangan) reward.
Lebih jelasnya tentang hasil pelaksanaan program ini tampak pada tabel-tabel berikut ini ;



Tabel 1. Daftar Nilai Kelas 3 A

Tabel 2. Bonus Nilai Keaktifan Bertanya






Tabel 3. Bonus Nilai Keaktifan Menjawab


Tabel 4. Bonus Nilai Keaktifan Demonstrasi/Tampil

C. Pembahasan
Sebelum penulis menerapkan reward, siswa kurang bersemangat di dalam pelajaran PAI sehingga prestasinya terlihat pada ulangan sebelumnya. Penulis mengadakan ulangan I untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang penulis ajarkan sebelum menerapkan reward. Dari 39 siswa yang mengikuti ulangan , rata-rata nilai siswa adalah 62,6. Dari hasil ulangan 1 tersebut ada 12 siswa atau sekitar 37 % yang lulus kompetensi (dengan KKM = 70); sedangkan sisanya 27 siswa atau 63 % tidak lulus kompetensi (lihat tabel ulangan harian I).
Setelah penulis menerapkan reward tampak hasil-hasil peningkatan prestasi Pendidikan Agama Islam.
Tabel 1.Ulangan harian dan semester 1.
Pada ulangan harian yang kedua terdapat peningkatan dari ulangan harian 1 kurang lebih 4, nilai rata-rata kelas 71 yang berarti tuntas, ulangan yang ketiga terdapat peningkatan dari ulangan kedua 19, nilai rata-rata kelas 90 yang berarti tuntas.
Sehingga pada ulangan umum semester1 nilai rata-rata kelas 3-A Pendidikan Agama Islam adalah 75. Yang mana telah mencapai nilai standar ketuntasan minimal (SKM:70).Ulangan semester merupakan ulangan terdiri dari beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diselenggarakan enam bulan sekali.
Penilaian prestasi siswa dalam program reward ini tidak hanya berdasarkan ulangan-ulangan harian dan semester saja, namun juga pada aktif learning (keaktifan siswa dalam belajar,antara lain; keaktifan bertanya, keaktifan menjawab dan keaktifan demonstrasi/tampil) siswa di sekolah terutama pada waktu kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam yang merupakan ciri utama dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Tabel 2. Menjelaskan keaktifan siswa bertanya.
Bisa dilihat bahwa pada bulan pertama yaitu bulan oktober 2009, jumlah siswa yang aktif bertanya ada 7 siswa, yang mana 7 siswa tersebut sebelum adanya reward dalam bulan oktober minggu pertama yang aktif bertanya hanya satu anak itu pun hanya 1x, sedangkan siswa yang lainnya tidak sama sekali. Namun setelah diberikan reward pada minggu ke-3 dan ke-4 terdapat peningkatan jumlah siswa yang bertanya.
Demikian pula peningkatan jumlah siswa yang bertanya ini terlihat pada bulan-bulan berikutnya. Sehingga pada akhir penelitian ini total siswa yang bertanya adalah 19 dari 39 siswa 3A. Ke-19 siswa tersebut masing-masing ada yang jumlah bertanyanya dalam waktu 3 bulan adalah 3,4,5,6, Lihat tabel 2.
Tabel 3.menjelaskan keaktifan siswa dalam menjawab.
Tampak pada tabel 3 tersebut, jumlah siswa yang menjawab pertanyaan pada minggu pertama bulan Oktober sebelum reward berjumlah 5 anak. Minggu ke 3, 8 siswa sedangkan minggu ke 4, menurun 4siswa. Namun pada minggu-minggu berikutnya di bulan november dan desember mengalami peningkatan. Total siswa yang menjawab dalam 3 bulan tersebut adalah 22 siswa dari 39 siswa. Sedangkan total yang tidak menjawab ada 17 siswa.
Tabel 4. Menjelaskan keaktifan siswa yang demonstrasi/tampil.
Tampak pada tabel 4 tersebut, jumlah siswa yang demonstrasi/tampil pada minggu pertama sebelum reward berjumlah 1 siswa per-39 siswa. Minggu ke 3, 4 setelah reward mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan itu terjadi juga pada bulan-bulan berikutnya (November dan Desember). Total siswa yang demonstrasi/tampil dalam 3 bulan tersebut adalah 19 dari 39 siswa. Sedangkan total yang tidak demonstrasi/tampil ada 20 siswa.
Perolehan nilai ulangan dan keaktifan siswa, tuntas tidak tuntas, aktif, kurang aktif dan tidak aktif siswa disebabkan karena banyak faktor, yaitu faktor internal dan eksternal siswa.
Adapun beberapa faktor internal yang biasa mempengaruhi siswa adalah kemampuan dasar siswa atau tingkat intelegensia anak yang bervariasi, kecondongan, minat , kegemaran siswa terhadap pelajaran tertentu,dan absensi kehadiran siswa.
Sedangkan beberapa faktor eksternal yang banyak berpoengaruh adalah faktor lingkungan belajar di rumah, kontrol dan pengawasan orang tua, dan KBM di sekolah (meliputi: teman-temannya, Guru, materi dan metode yang dipakai guru). Semua faktor tersebut tidak bisa diabaikan, karena selain pengaruh lingkungan belajar di sekolah, kemampuan dasar/ bakat, minat serta kontrol orang tua dan lingkungan belajar di rumah juga berperan besar.
Pada KBM pra-program yang penulis lakukan, hanya beberapa siswa saja yang kelihatan aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan tampak prestasi yang di capai pada bulan pertama Oktober minggu ke-1 tidak memenuhi standar ketuntasan belajar. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya variatif dari KBM yang dilakukan. Sehingga kebanyakan siswa merasa bosan dan kurang antusias terhadap pelajaran PAI. Penggunaan metode ini juga menjadikan proses pembelajaran kurang bermakna dan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. Sehingga bisa dikatakan metode ceramah saja ini kurang efektif digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada pelajaran PAI.
Dalam menggunakan penerapan reward, ternyata mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam pelajaran PAI, sehingga mampu memacu dan mendongkrak prestasi siswa menjadi lebih baik dan tuntas, jika dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Dari pelaksanaan program ini diperoleh hasil pada nilai akhir yaitu; nilai rata-rata kelas 78 (tuntas). 38 siswa tuntas dengan nilai 70-79 berjumlah 30 siswa, siswa yang mendapat nilai 80-89 berjumlah 4 siswa dan yang mendapatnilai 90-95 berjumlah 5 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai terendah 68 (tidak tuntas) 1 siswa yaitu Adis widiyanto.
Faktor internal yang jelas dari siswa yang tidak tuntas tersebut salah satunya adalah keaktifan absensi kehadiran. Jumlah kehadirannya yang kurang pada pelajaran PAI. Dan hal ini juga terjadi pada pelajaran lain, memang jarang masuk sekolah.
Faktor eksternalnya dari siswa tersebut mungkin karena faktor lingkungan belajar di rumah, kontrol dan pengawasan orang tua.
Untuk menindak lanjuti siswa yang tidak tuntas ini penulis memberikan remidi, sehingga tercapai ketuntasan belajar.
Penulis belumlah puas terhadap peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode ini.
Untuk menarik, memacu / mendongkrak prestasi siswa pada semester 2 ini, penulis melakukan kontrol terhadap proses / kegiatan belajar siswa dilingkungan afdeling mereka dan dengan membuat buku kegiatan mengaji yang harus diisi dan dan ditandatangani oleh guru ngaji, orangtua dan guru PAI. Sebagai sample adalah afdeling hotel, karena afdeling hotel DI merupakan salah satu afdeling yang faktor orang tua dan lingkungan kurang mendukung terhadap pendidikan.
Dari hasil sementara menunjukkan peningkatan keaktifan siswa yang mengaji kurang lebih 85%.
Harapan penulis;
1. Semoga dengan adanya penelitian-penelitian/penggunaan metode-metode ini mampu meningkatkan semangat, motifasi dan prestasi siswa.
2. Semoga dengan adanya penelitian-penelitian/penggunaan metode-metode ini mampu meningkatkan peran dari Trilogi pendidikan (sekolah, orangtua dan lingkungan)






BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan program dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Metode yang monoton / tidak berubah akan menjadikan siswa bosan dalam belajar, maka diperlukan Variasi dan kontekstual dalam strategi pembelajaran.
2. Ada keberhasilan dalam penerapan reward dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam;
3. Penerapan reward dapat meningkatkan nilai siswa yaitu 38 siswa ( _+ 99%) lulus kompetensi dan 1 siswa ( _+ 1%) belum lulus kompetensi, dengan nilai rata-rata 76. Yang sebelumnya (metode ceramah) hanya 12 siswa (27%) tuntas dan 27 siswa (63%) belum tuntas.
4. Penerapan reward berdampak pada peningkatan antusias, semangat motivasi siswa dan keaktifan siswa mengikuti proses pembelajaran PAI sehingga tercapainya peningkatan prestasi siswa.

C. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1. Untuk rekan – rekan guru lainnya diharapkan mencoba metode Reward.
2. Rekan-rekan guru diharapkan dapat terus mencoba metode-metode kontekstual lainnya, yang dapat dipadukan dengan metode REWARD supaya menemukan metode yang benar-benar tepat untuk kegiatan belajar mengajar, yang berguna untuk meningkatkan daya serap siswa.
3. Metode yang monoton / tidak berubah akan menjadikan siswa bosan dalam belajar, maka diperlukan Variasi dan kontekstual dalam strategi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’anul Karim
2. Depdiknas,( 2007), ” Modul Pembelajaran Kontekstual”. Jakarta: Universitas Terbuka Press.
3. M.Echols, John, dan Shadily, Hasan, (2005), ” Kamus Inggris Indonesia ”, Jakarta, PT.Gramedia.
4. Depdiknas, (2008), ” Kamus Besar Bahasa Indonesia” , Jakarta, Gramedia.
5. Depdiknas (2003), ”Modul Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI ” Jakarta;Pusat Kurikulum, Balitbang.
6. Nurhadi,(2003), “ Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning”, (CTL)). Jakarta: Depdiknas.
7. Islamnic Software.
8. Yamin, Martinis,(2005),”Strategi Pembelajaran Berbasis kompetensi”, Jakarta: Gaung Persada Press.
9. Sugandi, Achmad (2007), “Teori Pembelajaran”. Semarang: UPT MKK UNNES
10. Tri Anni, Catharina (2007,)” Psikologi Belajar”. Semarang: UPT MKK UNNES
11. Indrawan, (2005),” Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jombang: Lintas Media
12. Muchith, Seakhan, (2007),” Pembelajaran Kontekstual”. Semarang: Rasail Media Group
13. Sundari, Siti ,(1992), “Pengantar Pendidikan Khusus”. Swadaya: Jakarta
14. Slameto, (2003). “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta
15. Margono.S, Drs,(1997), “ Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta, Rineka Cipta
16. Sugandi, Ahmad, Drs, M.Si.,dkk, (2007),”Pengantar Ilmu Pendidikan”, Semarang, UPT MKK
17. Hamdi, Drs, Msi, (2004),“ Metode Penelitian Kualitatif “Malang, UMM Pres.
18. Sanjaya, Wina, Dr,M.Psd, ( 2006 ),“ Startegi Pembelajaran “, Jakarta,Kencana Prenada.
19. Tafsir, Ahmad (2001) , Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Bandung Rosdakarya.,
20. Uhbiyati, Nur ,( 1998) , Ilmu Pendidikan Islam., Bandung, CV. Pustaka Setia.
21. Tatang Sunendar, M.Si. Drs, “Penelitian Tindakan Kelas” , Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.


LAMPIRAN ;
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

SD/MI : SDS Astra Agro Lestari
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : III / 1


Standar Kompetensi : 1. Mengenal kalimat dalam Alquran
Kompetensi Dasar : 1.1 Membaca kalimat dalam Alquran
Indikator : 1.1.1 Melafalkan huruf-huruf Alquran melalui kalimat dengan benar
1.1.2 Melafalkan kalimat dalam Alquran dengan benar sesuai harakat dan makhraj
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (1 x pertemuan)
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat melafalkan huruf-huruf Alquran melalui kalimat dengan benar
2. Siswa dapat melafalkan kalimat dalam Alquran dengan benar sesuai harakat dan makhraj
Materi Pembelajaran : Membaca kalimat dalam Alquran (lihat buku pendidikan Agama Islam SD Kelas 3, Erlangga ).
Metode Pembelajaran: 1. Siswa berlatih membaca huruf, kata dan kalimat dalam Alquran secara klasikal, kelompok dan individu setelah mendengar penjelasan dari guru
2. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa secara berkelompok dan individu tentang cara membaca huruf, kata dan kalimat dalam Alquran sesuai dengan harakat dan makhraj yang benar

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1. Kegiatan Awal
. Salam, membuka pelajaran dengan membaca surat alfatihah,dilanjutkan surat-surat pendek.
. mengabsen siswa
. Memperkenalkan bahan ajar mengenai huruf, kata dan kalimat dalam Alquran (melalui Fitur Mutiara Islam dan sepenggal kisah)

2. Kegiatan Inti
. Guru memperkenalkan cara melafalkan huruf, kata dan kalimat dalam Alquran
. Siswa diperkenalkan macam-macam harakat dan makhraj (keluarnya huruf)
. Siswa secara berulang-ulang melafalkan huruf, kata dan kalimat sesuai dengan harakat dan makhraj yang benar

3. Kegiatan Akhir
. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa secara berkelompok dan individu tentang cara membaca huruf, kata dan kalimat dalam Alquran sesuai dengan harakat dan makhraj yang benar

Alat / Sumber Belajar:
1. Alquran (Juz Amma)
2. Tulisan harakat, huruf, kata dan kalimat Alquran pada karton
3.. Buku Pendidikan Agama Islam Jilid 3 Erlangga
4. Buku Tajwid atau buku-buku lain yang relevan
5. Pengalaman guru
6. Lingkungan sekitar


Penilaian:
1. Bacalah kalimat-kalimat berikut ini sesuai dengan harakat dan makhraj yang benar!
a. فِيْ دِ يْنِ اللهِ
b. اِلَفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ
c. اَ لَمْ يَجْعَلْ كَيْدَ هُمْ







Mengetahui,
Kepala SDS Astra Agro Lestari



( Doni Krisbiyanto, S.E ) Pandu Senjaya, 5 Oktober 2009


Guru Pendidikan Agama Islam



(Z a m r o n I , S.PdI),
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
SD : SDS Astra Agro Lestari
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : III / 1

Standar Kompetensi : 1. Mengenal kalimat dalam Alquran
Kompetensi Dasar : 1.2 Menulis kalimat dalam Alquran
Indikator : 1.2.1 Menuliskan kalimat Alquran dengan benar
1.2.2 Menulis ayat-ayat Alquran dengan benar
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit (1 x pertemuan)
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menulis kalimat Alquran dengan benar
2. Siswa dapat menulis ayat-ayat Alquran dengan benar
Materi Pembelajaran : Menulis kalimat dalam Alquran (lihat buku pendidikan Agama Islam SD Jilid 3 Kelas 3 Erlangga )
Metode Pembelajaran : 1. Siswa berlatih menulis huruf, kata dan kalimat dalam Alquran secara individu
2. Siswa berlatih merangkaikan huruf-huruf hijaiah menjadi huruf hijaiah sambung atau sebaliknya

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Awal
. Salam, membuka pelajaran dengan membaca surat alfatihah,dilanjutkan surat-surat pendek.
. mengabsen siswa
. Guru mengulang kembali uraian tentang huruf, kata dan kalimat dalam Alquran secara ringkas
. Memperkenalkan bahan ajar mengenai cara menulis huruf, kata dan kalimat dalam Alquran
2. Kegiatan Inti
. Siswa diperkenalkan cara merangkaikan huruf-huruf menjadi huruf hijaiah sambung
. Siswa menyalin huruf, kata dan kalimat dalam Alquran
. Siswa merangkaikan huruf-huruf hijaiah menjadi huruf hijaiah sambung
. Siswa menulis ayat-ayat Alquran sesuai dengan tugas yang diberikan guru
3. Kegiatan Akhir
. Siswa mengerjakan latihan latihan menulis kalimah “ ALLAAHU AKBAR “ dalam huruf hijaiyah sambung.

Alat / Sumber Belajar:
1. Alquran (Juz Amma)
2. Tulisan harakat, huruf, kata dan kalimat Alquran pada karton
3. Kaset dan CD Alquran
4. Buku Pendidikan Agama Islam SD Jilid 3 Kelas 3 Erlangga
5. Buku tajwid atau buku-buku lain yang relevan
6. Pengalaman guru
7. Lingkungan sekitar







Penilaian:

1. Salinlah huruf-huruf hijaiah berikut ini dengan huruf hijaiah sambung!
a. قُ لْ اَ عُ ذُ بِ رَ بِّ ا ل نَّ ا سِ
b. اَ نْ عَ مْ تَ عَ لَ يْ هِ مْ
c. لَ مْ يَ لِ دْ وَ لَ مْ يُ وْ لَ دْ
2. Salinlah huruf hijaiah sambung berikut menjadi huruf-huruf hijaiah yang terpisah!
a. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ
b. فَصَلِّ لِرَ بِّكَ وَنْحَرْ
c. رَبَّ هَذَالْبَيْتِ













Mengetahui,
Kepala SDS Astra Agro Lestari




( Doni Krisbiyanto, S.E ) Pandu Senjaya, Oktober 2009


Guru Pendidikan Agama Islam




(Z a m r o n I , S.PdI)




















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

SD/MI : SDS Astra Agro Lestari
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : III / 1

Standar Kompetensi : 4. Melaksanakan salat dengan tertib
Kompetensi Dasar : 4.2 Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan salat
Indikator : 4.2.1 Mempraktikkan gerakan salat
4.2.2 Mempraktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit (2 x pertemuan)
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa mampu mempraktikkan gerakan salat dengan benar dan berurutan
2. Siswa mampu mempraktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat dengan benar dan berurutan
Materi Pembelajaran : Keserasian antara gerakan dan bacaan salat (lihat buku pendidikan Agama Islam SD Jilid 3 Kelas 3 Erlangga)
Metode Pembelajaran : 1. Siswa berlatih mempraktikkan gerakan salat mengikuti gerakan guru.
2. Siswa mempraktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:

1. Kegiatan Awal
. Salam, membuka pelajaran dengan membaca surat alfatihah,dilanjutkan surat-surat pendek.
. mengabsen siswa
. Mengkorelasikan pelajaran yang telah di dapat tentang masalah salat dengan bahan ajar keserasian gerak dan bacaan salat
2. Kegiatan Inti
. Siswa mendengarkan dan mengamati uraian guru tentang bahan ajar yang disampaikan
. Siswa memperhatikan gerakan salat pada gambar peraga,/ Cd Kaset
. Siswa mempraktikkan gerakan-gerakan salat secara klasikal dan berkelompok
. Siswa mempraktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat secara klasikal dan berkelompok
3. Kegiatan Akhir
. Guru memberikan tugas Siswa untuk menuliskan pengalaman praktik solat pada KBM ini pada buku tugas.
Alat / Sumber Belajar:
1. Gambar peraga salat
2. Kelas/ruangan/mushala
3. Alat perlengkapan salat
4. Kaset/CD tentang bacaan dan gerakan salat
5. Buku Pendidikan Agama Islam SD Jilid 3 Kelas 3 Erlangga
6. Buku tata cara salat
7. Lingkungan sekitar







Penilaian:
1. Praktikkan gerakan salat dengan benar dan berurutan!
2. Praktikkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat!














Mengetahui,
Kepala SDS Astra Agro Lestari




( Doni Krisbiyanto, S.E ) Pandu Senjaya, Oktober 2009


Guru Pendidikan Agama Islam




(Z a m r o n I , S.PdI)

Revisi per 14 Juni 2010 07.26

5 Cara Menulis Dengan Cepat

Apakah Anda sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer hanya untuk membuat sebuah artikel atau satu postingan blog? Jika ya, Anda berarti harus belajar bagaimana menulis artikel yang cepat dan efektif. Anda harus benar-benar menggunakan waktu yang ada dengan benar dan mencoba menulis lebih banyak artikel dalam waktu singkat. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus Anda lakukan ketika menulis sebuah artikel atau postingan blog:

1.Tutup aplikasi lain Apakah Anda pernah menginstal software? Kadang kala, kita diperintahkan untuk menutup aplikasi lain saat menginstal sebuah software karena akan menghambat proses instalasi. Sama halnya ketika Anda menulis sebuah artikel atau postingan. Pertama, tutuplah aplikasi chatting Anda. Chatting akan memakan sebagian besar waktu Anda. Selanjutnya, tutup aplikasi e-mail Anda. Jangan buka aplikasi apapun, selain aplikasi untuk menulis. Silakan saja membuka browser kalau ingin mencari beberapa referensi, namun segera tutup jika sudah tidak diperlukan lagi.

2.Lakukan riset sebelum menulis Lakukan riset (penelitian) sebelum mulai menulis artikel. Ini akan membantu Anda untuk menulis artikel secara efektif. Melakukan riset sebelum menulis juga akan menghasilkan konten yang berkualitas. Dengan melakukan riset, Anda dapat membuat artikel yang lebih panjang dan mendalam.

3.Atur jadwal Akan lebih baik jika Anda menyiapkan sebuah jadwal agar menghemat waktu. Alokasikan waktu yang tepat untuk setiap kegiatan yang dilakukan, misalnya 15 menit untuk mengumpulkan referensi, 5 menit untuk memilih gambar, 30 menit untuk menulis artikel dan sisanya untuk menentukan judul yang menarik. Dalam waktu kurang lebih satu jam, Anda seharusnya sudah dapat menghasilkan artikel yang berkualitas dan menarik.

4.Cek ulang tulisan Banyak orang yang langsung menerbitkan tulisannya tanpa terlebih dulu mengecek ulang karena keterbatasan waktu. Padahal mengecek ulang tulisan sangat penting dilakukan untuk meminimalisir kesalahan seperti ejaan, bahasa. Setelah selesai menulis, usahakan baca ulang artikel tersebut minimal sekali. Jika tidak punya waktu untuk melakukannya, minta bantuan seseorang atau kalau perlu bayar seseorang untuk melakukan tugas tersebut jika artikel yang harus dicek jumlahnya banyak.

5.Lakukan editing Lakukan editing setelah selesai menulis artikel. Tempatkan gambar di tempat yang sesuai, jangan lupa mencantumkan sumber gambar jika diperlukan. Selanjutnya preview artikel sebelum di-publish. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang Anda inginkan, silakan mempublikasikan artikel tersebut. Jika tidak, lakukan editing ulang.