Lompat ke isi

Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
wayang versi sunda
 
sedikit wikifikasi
Baris 1: Baris 1:
wayang golek, khususnya di tanah pasundan, digunakan oleh para wali untuk menyebarkan Agama Islam. karena mayoritas agama yang dianut rakyat Pasundan adalah Agama Hindu, lewat wayang golek tersebut para wali memodifikasi beberapa bagian yang dianggap tauhid (prinsip) dirubah atau diganti. misalkan : dalam cerita mahabrata para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh Semar yang pada akhirnya semar tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak barata yudha baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.
'''Wayang Golek''', khususnya di tanah pasundan, digunakan oleh para wali untuk menyebarkan [[Agama]] [[Islam]]. karena mayoritas agama yang dianut rakyat Pasundan adalah [[Agama]] [[Hindu]], lewat wayang golek tersebut para wali memodifikasi beberapa bagian yang dianggap tauhid (prinsip) dirubah atau diganti. misalkan : dalam cerita [[Mahabharata]] para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh Semar yang pada akhirnya [[Semar]] tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak [[Bharata Yuddha]] baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.

Revisi per 26 April 2005 07.42

Wayang Golek, khususnya di tanah pasundan, digunakan oleh para wali untuk menyebarkan Agama Islam. karena mayoritas agama yang dianut rakyat Pasundan adalah Agama Hindu, lewat wayang golek tersebut para wali memodifikasi beberapa bagian yang dianggap tauhid (prinsip) dirubah atau diganti. misalkan : dalam cerita Mahabharata para dewa punya wewenang yang sangat absolut, sebagai penentu nasib dan takdir yang tidak bisa disanggah maka para wali membuat objek baru yang posisinya lebih kuat yaitu lewat tokoh Semar yang pada akhirnya Semar tersebut turun ke bumi -yang karena kesalahannya- untuk mendampingi setiap kejadian dalam babak Bharata Yuddha baik sebagai penengah atau sebagai eksekutor tokoh yang tidak bisa diajak ke dalam kebaikan.