Lompat ke isi

Soewardi Idris: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6: Baris 6:
Soewardi Idris adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Dari ketujuh bersaudara itu, hanya Soewardilah yang bergelut dengan dunia tulis-menulis. Ia benar-benar merintis kariernya sendiri. Sukses Soewardi Idris dalam hal tulis-menulis itu semata-mata hasil kerja kerasnya.
Soewardi Idris adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Dari ketujuh bersaudara itu, hanya Soewardilah yang bergelut dengan dunia tulis-menulis. Ia benar-benar merintis kariernya sendiri. Sukses Soewardi Idris dalam hal tulis-menulis itu semata-mata hasil kerja kerasnya.


Soewardi Idris menikah beberapa kali. Istri pertama bernama Rosleni. Bersama Rosleni, Soewardi Idris memiliki tiga orang anak. Karena Rosleni meninggal dunia, Soewardi Idris pun menikah lagi. Perempuan ketiga yang dinikahinya itu bernama Rahmah. Dari Rahmah, ia memiliki enam orang anak . Pernikahan Soewardi Idris dengan Rahmah terjadi di hutan karena saat itu Soewardi tengah bergerilya bersama PRRI. Bakat menulis Soewardi Idris menurun pada anaknya, misalnya [[Purnama Soewardi]]. Saat ini Purnama bekerja di [[TVRI]] sebagai GM Pemberitaan. Dari Isteri kedua yang berasal dari Sumani, Solok, beliau memiliki 3 orang anak. Yang tertua Melodia, sekarang menjadi pelukis ternama di Indonesia.
Soewardi Idris menikah beberapa kali. Istri pertama bernama Rosleni. Bersama Rosleni, Soewardi Idris memiliki tiga orang anak. Karena Rosleni meninggal dunia, Soewardi Idris pun menikah lagi. Perempuan kedua yang dinikahinya itu bernama Rahmah. Dari Rahmah, ia memiliki enam orang anak . Pernikahan Soewardi Idris dengan Rahmah terjadi di hutan karena saat itu Soewardi tengah bergerilya bersama PRRI. Bakat menulis Soewardi Idris menurun pada anaknya, misalnya [[Purnama Suwardi]]. Saat ini Purnama bekerja di [[TVRI]] sebagai GM Pemberitaan. Dari Isteri kedua yang berasal dari Sumani, Solok, beliau memiliki 3 orang anak. Yang tertua Melodia, sekarang menjadi pelukis ternama di Indonesia.


== Latar Belakang Kesusasteraan ==
== Latar Belakang Kesusasteraan ==
Bakat mengarang Soewardi Idris muncul semasa ia [[mahasiswa]]. Sebenarnya bakat mengarang Soewardi Idris bukan turunan dari siapapun melainkan ia merintis kariernya sendiri. Meskipun demikian, [[Rustam Anwar]] telah berjasa menyuntikkan semangat agar Soewardi Idris mau menulis apa saja, walaupun sedikit yang penting masuk buku [[HB Jassin]]. Dari suntikan semangat itu, lahirlah novel yang berjudul [[Dari Puncak Bukit Talang]]. Novel itu satu-satunya [[novel]] karya Soewardi Idris yang dibahas panjang lebar oleh HB Jassin. Di sisi lain, memang sangat mengagumi HB Jassin karena menurutnya Jassin benar-benar mengabdikan hidupnya untuk sastra. Di samping itu, Soewardi Idris pun mengaku sangat mengagumi karya-karya [[Kahlil Gibran]] sehingga dalam berkarya, ia merasakan sangat terpengaruh dengan pesona karya tokoh yang dikaguminya itu bahkan ia pun mengoleksi karya-karya Gibran. Pola hidup Soewardi banyak dipengaruhi oleh konsep pemikiran Gibran seperti cara berpakaian, bekerja, dan merawat anak.<ref name="c">Jassin HB. 1967. Soewardi Idris Pengarang Realis dalam ''Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei''. Jakarta: Gunung Agung.</ref>
Bakat mengarang Soewardi Idris muncul semasa ia [[mahasiswa]]. Sebenarnya bakat mengarang Soewardi Idris bukan turunan dari siapapun melainkan ia merintis kariernya sendiri. Meskipun demikian, [[Rustam Anwar]] telah berjasa menyuntikkan semangat agar Soewardi Idris mau menulis apa saja, walaupun sedikit yang penting masuk buku [[HB Jassin]]. Dari suntikan semangat itu, lahirlah novel yang berjudul [[Dari Puncak Bukit Talang]]. Novel itu satu-satunya [[novel]] karya Soewardi Idris yang dibahas panjang lebar oleh HB Jassin. Di sisi lain, memang sangat mengagumi HB Jassin karena menurutnya Jassin benar-benar mengabdikan hidupnya untuk sastra. Di samping itu, Soewardi Idris pun mengaku sangat mengagumi karya-karya [[Kahlil Gibran]] sehingga dalam berkarya, ia merasakan sangat terpengaruh dengan pesona karya tokoh yang dikaguminya itu bahkan ia pun mengoleksi karya-karya Gibran. Pola hidup Soewardi banyak dipengaruhi oleh konsep pemikiran Gibran seperti cara berpakaian, bekerja, dan merawat anak.<ref name="c">Jassin HB. 1967. Soewardi Idris Pengarang Realis dalam ''Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei''. Jakarta: Gunung Agung.</ref>

Soewardi Idris pernah menjadi pemimpin redaksi majalah satra "Seriosa" (1954) di Yogya, Wakil Pimpinan Redaksi Harian Nyata di Padang (1956, redaktur majalah Vista sewaktu pertama kali terbit tahun 60-an, redaktur Mingguan Chas, pemimpin redaksi majalah Monitor, 1973, dll.


Soewardi Idris memiliki banyak koleksi buku. Ia memiliki 2000 eksemplar novel dan buku-buku lainnya. Ia berhadap anak-anaknya memberi perhatian lebih terhadap koleksinya itu. Dalam peta sastra Indonesia Soewardi Idris tergolong dalam kelompok pengarang periode [[1953-1961]] oleh [[Ajip Rosidi]]. Meskipun demikian, sebenarnya Soewardi Idris tidak pernah berhenti berkarya. Karyanya masih muncul dalam berbagai [[media massa]].<ref name="b">{{en}}Kratz EU. 1988. Bibliography of Indonesia Literature in Journals. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>
Soewardi Idris memiliki banyak koleksi buku. Ia memiliki 2000 eksemplar novel dan buku-buku lainnya. Ia berhadap anak-anaknya memberi perhatian lebih terhadap koleksinya itu. Dalam peta sastra Indonesia Soewardi Idris tergolong dalam kelompok pengarang periode [[1953-1961]] oleh [[Ajip Rosidi]]. Meskipun demikian, sebenarnya Soewardi Idris tidak pernah berhenti berkarya. Karyanya masih muncul dalam berbagai [[media massa]].<ref name="b">{{en}}Kratz EU. 1988. Bibliography of Indonesia Literature in Journals. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.</ref>


== Karya-karya ==
== Karya-karya ==
Tulisan Soewardi Idris muncul di berbagai [[majalah]] dan [[surat kabar]] sejak tahun [[1953]] hingga saat ini. Majalah yang memuat karya Soewardi Idris itu antara lain adalah Gadjah Mada, Fantasia, Mimbar Indonesia, Kisah, Majalah Nasional, Duta Suasana, Brawijaya, ''Star Weekly'', Waktu, Varia, dan Tanah Air. Hingga tahun 1999 tercatat ia telah menulis sebanyak 37 [[cerpen]], satu buah novel, satu buah [[puisi]], satu buah cerita anak, dan 35 [[pantun]] serta 9 karya di luar sastra.<ref name="a">Atisah. 1999. Soewardi Idris dan Karyanya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.</ref>
Tulisan Soewardi Idris muncul di berbagai [[majalah]] dan [[surat kabar]] sejak tahun [[1953]] hingga saat ini. Majalah yang memuat karya Soewardi Idris itu antara lain adalah Gadjah Mada, Fantasia, Mimbar Indonesia, Kisah, Majalah Nasional, Duta Suasana, Brawijaya, ''Star Weekly'', Waktu, Varia, dan Tanah Air. Hingga tahun 1999 tercatat ia telah menulis sebanyak 37 [[cerpen]], satu buah novel, satu buah [[puisi]], satu buah cerita anak, dan 35 [[pantun]] serta 13 biografi, 3 buku jurnalistik, 3 buku adat budaya minangkabau, 3 buku sejarah, dan satu buku cerita anak. selain itu, esai-esai sosial budaya dan politik yang ditulisnya juga banyak dimuat di harian Singgalang Padang. Tahun 2008 Penerbit Beranda Yogyakarta menerbitkan dua bukunya, yakni Antologi Cerpen Pergolakan Daerah, Senarai Kisah Pemberontakan PRRI, dan Perjalanan Dalam Kelam. Soewardi Idris meninggal dunia di Jakarta pada 13 Juli 2004. <ref name="p">Purnama Suwardi, 2010.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 17 September 2010 12.04

Soewardi Idris ialah seorang pengarang sastra Indonesia moderen. Nama Soewardi Idris sangat erat hubungannya dengan peristiwa PRRI karena ia hanya menulis satu novel dan novelnya itu bercerita tentang masalah PRRI. Melalui wawancara di Pusat Bahasa tanggal 1 Februari 1999, Soewardi menyatakan bahwa dialah satu-satunya pengarang yang menceritakan masalah PRRI. Dalam berkarya, Soewardi Idris kadang-kadang menggunakan nama samaran seperti R Baginda SI, Essy, dan Swara Iswari. Nama samaran itu ia gunakan ketika menulis bukan dalam bidangnya tujuannya agar pembaca tidak merasa dimonopoli karena saat usia muda itu, semangat menulis Soewardi sangat tinggi.

Soewardi Idris lahir di Selayo, Solok, Sumatra Barat pada tanggal 10 November 1930, wafat pada tanggal 13 Juli 2004 di Jakarta. Ia lahir dari keluarga petani. Ayahnya bernama Idris dengan gelar Datuk Rajo Nan Sati, sedangkan ibunya bernama Raisah. Datuk Bandaro Panjang adalah gelar adat yang dimiliki Soewardi Idris. Ia memang seorang yang memegang teguh adat Minangkabau. Perhatiannya terhadap adat Minangkabau dituangkannya dalam artikel di harian Singgalang 8 Oktober 1999 dengan judul Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau.

Soewardi Idris adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Dari ketujuh bersaudara itu, hanya Soewardilah yang bergelut dengan dunia tulis-menulis. Ia benar-benar merintis kariernya sendiri. Sukses Soewardi Idris dalam hal tulis-menulis itu semata-mata hasil kerja kerasnya.

Soewardi Idris menikah beberapa kali. Istri pertama bernama Rosleni. Bersama Rosleni, Soewardi Idris memiliki tiga orang anak. Karena Rosleni meninggal dunia, Soewardi Idris pun menikah lagi. Perempuan kedua yang dinikahinya itu bernama Rahmah. Dari Rahmah, ia memiliki enam orang anak . Pernikahan Soewardi Idris dengan Rahmah terjadi di hutan karena saat itu Soewardi tengah bergerilya bersama PRRI. Bakat menulis Soewardi Idris menurun pada anaknya, misalnya Purnama Suwardi. Saat ini Purnama bekerja di TVRI sebagai GM Pemberitaan. Dari Isteri kedua yang berasal dari Sumani, Solok, beliau memiliki 3 orang anak. Yang tertua Melodia, sekarang menjadi pelukis ternama di Indonesia.

Latar Belakang Kesusasteraan

Bakat mengarang Soewardi Idris muncul semasa ia mahasiswa. Sebenarnya bakat mengarang Soewardi Idris bukan turunan dari siapapun melainkan ia merintis kariernya sendiri. Meskipun demikian, Rustam Anwar telah berjasa menyuntikkan semangat agar Soewardi Idris mau menulis apa saja, walaupun sedikit yang penting masuk buku HB Jassin. Dari suntikan semangat itu, lahirlah novel yang berjudul Dari Puncak Bukit Talang. Novel itu satu-satunya novel karya Soewardi Idris yang dibahas panjang lebar oleh HB Jassin. Di sisi lain, memang sangat mengagumi HB Jassin karena menurutnya Jassin benar-benar mengabdikan hidupnya untuk sastra. Di samping itu, Soewardi Idris pun mengaku sangat mengagumi karya-karya Kahlil Gibran sehingga dalam berkarya, ia merasakan sangat terpengaruh dengan pesona karya tokoh yang dikaguminya itu bahkan ia pun mengoleksi karya-karya Gibran. Pola hidup Soewardi banyak dipengaruhi oleh konsep pemikiran Gibran seperti cara berpakaian, bekerja, dan merawat anak.[1]

Soewardi Idris pernah menjadi pemimpin redaksi majalah satra "Seriosa" (1954) di Yogya, Wakil Pimpinan Redaksi Harian Nyata di Padang (1956, redaktur majalah Vista sewaktu pertama kali terbit tahun 60-an, redaktur Mingguan Chas, pemimpin redaksi majalah Monitor, 1973, dll.

Soewardi Idris memiliki banyak koleksi buku. Ia memiliki 2000 eksemplar novel dan buku-buku lainnya. Ia berhadap anak-anaknya memberi perhatian lebih terhadap koleksinya itu. Dalam peta sastra Indonesia Soewardi Idris tergolong dalam kelompok pengarang periode 1953-1961 oleh Ajip Rosidi. Meskipun demikian, sebenarnya Soewardi Idris tidak pernah berhenti berkarya. Karyanya masih muncul dalam berbagai media massa.[2]

Karya-karya

Tulisan Soewardi Idris muncul di berbagai majalah dan surat kabar sejak tahun 1953 hingga saat ini. Majalah yang memuat karya Soewardi Idris itu antara lain adalah Gadjah Mada, Fantasia, Mimbar Indonesia, Kisah, Majalah Nasional, Duta Suasana, Brawijaya, Star Weekly, Waktu, Varia, dan Tanah Air. Hingga tahun 1999 tercatat ia telah menulis sebanyak 37 cerpen, satu buah novel, satu buah puisi, satu buah cerita anak, dan 35 pantun serta 13 biografi, 3 buku jurnalistik, 3 buku adat budaya minangkabau, 3 buku sejarah, dan satu buku cerita anak. selain itu, esai-esai sosial budaya dan politik yang ditulisnya juga banyak dimuat di harian Singgalang Padang. Tahun 2008 Penerbit Beranda Yogyakarta menerbitkan dua bukunya, yakni Antologi Cerpen Pergolakan Daerah, Senarai Kisah Pemberontakan PRRI, dan Perjalanan Dalam Kelam. Soewardi Idris meninggal dunia di Jakarta pada 13 Juli 2004. <ref name="p">Purnama Suwardi, 2010.

Referensi

  1. ^ Jassin HB. 1967. Soewardi Idris Pengarang Realis dalam Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei. Jakarta: Gunung Agung.
  2. ^ (Inggris)Kratz EU. 1988. Bibliography of Indonesia Literature in Journals. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.