Lompat ke isi

GPIB Pniel Jakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k memindahkan Gereja Ayam Jakarta ke GPIB Pniel Jakarta: pakai nama asli
~pembuka, -deadlink, +{{fact}}
Baris 1: Baris 1:
'''Gereja Ayam''' adalah sebutan yang diberikan oleh masyarakat kepada '''[[GPIB]] Pniel''' yang terletak di Jl. H. Samanhudi 12, di daerah [[Pasar Baru]], [[Jakarta Pusat]]. Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini dibangun antara [[1913]] dan [[1915]] dan mulanya diberi nama '''Gereja Baru'''. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam.
'''[[GPIB]] Pniel''' [[Pasar Baru]], [[Jakarta Pusat]], atau yang sering disebut dengan '''Gereja Ayam''', merupakan sebuah [[gereja]] peninggalan zaman kolonial di Indonesia. Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini dibangun antara [[1913]] dan [[1915]] dan mulanya diberi nama '''Gereja Baru'''. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam.


Gedung gereja yang ada sekarang sudah merupakan perluasan dari bangunan yang asli yang pertama kali didirikan pada [[1850]], yang saat itu masih merupakan sebuah kapel kecil. Arsitek Cuypers dan Hulswit memugarnya dengan menggunakan perpaduan gaya [[Italia]] dan [[Portugis]] dan memperluasnya sehingga dapat menampung hingga 1.500 orang. Hingga kini interior bangunan kuno ini masih bertahan sejak masa hampir satu abad yang lalu. Kursi, mimbar dan perlengkapan lainnya yang terbut dari jati masih tetap dipertahankan sejak masa Belanda, meskipun orgel pipanya sudah diganti pada awal [[1990-an]]. Sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari [[1855]] diletakkan di atas mimbar gereja itu. Karena dimakan zaman, Alkitab ini pun sudah rapuh dan mudah robek.
Gedung gereja yang ada sekarang sudah merupakan perluasan dari bangunan yang asli yang pertama kali didirikan pada [[1850]], yang saat itu masih merupakan sebuah kapel kecil. Arsitek Cuypers dan Hulswit memugarnya dengan menggunakan perpaduan gaya [[Italia]] dan [[Portugis]] dan memperluasnya sehingga dapat menampung hingga 1.500 orang. Hingga kini interior bangunan kuno ini masih bertahan sejak masa hampir satu abad yang lalu. Kursi, mimbar dan perlengkapan lainnya yang terbut dari jati masih tetap dipertahankan sejak masa Belanda, meskipun orgel pipanya sudah diganti pada awal [[1990-an]]. Sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari [[1855]] diletakkan di atas mimbar gereja itu. Karena dimakan zaman, Alkitab ini pun sudah rapuh dan mudah robek.


Pada tahun [[1998]], saat kerusuhan melanda Jakarta, sejumlah massa berusaha menyerbu bangunan ini, namun gagal.
Pada tahun [[1998]], saat kerusuhan melanda Jakarta, sejumlah massa berusaha menyerbu bangunan ini, namun gagal. {{fact}}



== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www3.oag.com/Cities/Detail?city=190&cat=26&item=107750 Pniel Gereja Ayam]
* [http://eklesia-sinar.blogspot.com/2005/01/kokok-setia-gereja-ayam.html Kokok Setia Gereja Ayam]
* [http://eklesia-sinar.blogspot.com/2005/01/kokok-setia-gereja-ayam.html Kokok Setia Gereja Ayam]



Revisi per 8 Desember 2010 07.23

GPIB Pniel Pasar Baru, Jakarta Pusat, atau yang sering disebut dengan Gereja Ayam, merupakan sebuah gereja peninggalan zaman kolonial di Indonesia. Arsitektur gereja ini dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit. Gereja ini dibangun antara 1913 dan 1915 dan mulanya diberi nama Gereja Baru. Julukan Gereja Ayam diberikan karena di atap gereja ini diletakkan sebuah petunjuk arah angin yang dibuat berbentuk ayam.

Gedung gereja yang ada sekarang sudah merupakan perluasan dari bangunan yang asli yang pertama kali didirikan pada 1850, yang saat itu masih merupakan sebuah kapel kecil. Arsitek Cuypers dan Hulswit memugarnya dengan menggunakan perpaduan gaya Italia dan Portugis dan memperluasnya sehingga dapat menampung hingga 1.500 orang. Hingga kini interior bangunan kuno ini masih bertahan sejak masa hampir satu abad yang lalu. Kursi, mimbar dan perlengkapan lainnya yang terbut dari jati masih tetap dipertahankan sejak masa Belanda, meskipun orgel pipanya sudah diganti pada awal 1990-an. Sebuah Alkitab besar berbahasa Belanda dari 1855 diletakkan di atas mimbar gereja itu. Karena dimakan zaman, Alkitab ini pun sudah rapuh dan mudah robek.

Pada tahun 1998, saat kerusuhan melanda Jakarta, sejumlah massa berusaha menyerbu bangunan ini, namun gagal. [butuh rujukan]

Pranala luar