Lompat ke isi

Logos: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PT57Rosmalina (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
PT57Rosmalina (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:
Di dalam [[Perjanjian Baru]], kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang [[salib]] (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos. Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.<ref name="Kamus Sejarah Gereja">Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.</ref>
Di dalam [[Perjanjian Baru]], kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang [[salib]] (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos. Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.<ref name="Kamus Sejarah Gereja">Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.</ref>


Injil Yohanes mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (= existere) dalam bahasa Latin sebelum [[(=prae)]] sebelum dunia diciptakan. Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan. Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (=ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat [[(=homo ousios)]] dengan Bapa.<ref name="OFM Teologi Sistematika">Dr.Nico Syukur Dister.OFM Teologi Sistematika.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.</ref> Dr.Nico Syukur Dister, OFM Teologi sistematika,Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004. Pemikir teologis dalam gereja Purba mensubordinasikan Sabda Allah dibawah Allah (ho theos; la-ilah; the God).
Injil Yohanes mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (= existere) dalam bahasa Latin sebelum [[(=prae)]] sebelum dunia diciptakan. Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan. Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (=ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat [[(=homo ousios)]] dengan Bapa.<ref name="OFM Teologi Sistematika">Dr.Nico Syukur Dister.OFM Teologi Sistematika.Jakarta:Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004.</ref> Dr.Nico Syukur Dister, OFM Teologi sistematika,Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004. Pemikir teologis dalam gereja Purba mensubordinasikan Sabda Allah dibawah Allah (ho theos; la-ilah; the God).


==referensi==
==referensi==

Revisi per 14 Maret 2011 16.13

Logos, Tulisan Logos dalam huruf Yunani

Logos adalah salah satu konsep kunci di dalam agama Kristen. Kata Logos atau davar sangat erat hubungan dengan penciptaan, kristologi, soteriologi dan teologi. Sosok Kristus seringkali diidentikkan dengan Logos atau firman Allah yang menjadi daging di dalam teologi Kristen.

Definisi

Kata Logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti. Dalam bahasa Ibrani davar berarti hal yang ada di belakang yang adalah firman kreatif Allah dan sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu pengantara Allah dalam hubungan dengan ciptaan-Nya.[1]. Kata ini dipakai dalam LXX (septuaginta) untuk menterjemahkan davar berarti kata, tapi kemudian berkembang dengan berbagai arti: dalam tata bahasa logos mengartikan kalimat yang lengkap dalam logika mengartikan suatu pernyataan yang berdasarkan kenyataan; dalam retorika mengartikan pidato yang tersusun secara tepat.

Pemaknaan

Dalam Filsafat

Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari mitos ke logos.[2] Sebelumnya mitos alam semesta dan kejadian didalamnya terjadi akibat kuasa gaib dan adikodrati, para dewa-dewi.Seorang pemikir bernama Miletos dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala didalamnya tanpa bersandar pada mitos akan tetapi pada logos.Melalui Logos mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia didalamnya.Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir.[3] Istilah logos juga dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Herakleitos (abad ke 6 sM) untuk mengartikan kekuasaan atau tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta (logos spermatikos), manusia menjadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan mempunyai logos baik sebagai budi rasio (logos endiathetos) maupun sebagai kemampuan berbicara (logos proforikos).

Dalam Perjanjian Lama

Dalam tradisi orang Israel, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya. Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia. Davar mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis.

Dalam Perjanjian Baru

Di dalam Perjanjian Baru, kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang salib (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos. Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.[4]

Injil Yohanes mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (= existere) dalam bahasa Latin sebelum (=prae) sebelum dunia diciptakan. Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan. Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (=ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat (=homo ousios) dengan Bapa.[5] Dr.Nico Syukur Dister, OFM Teologi sistematika,Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004. Pemikir teologis dalam gereja Purba mensubordinasikan Sabda Allah dibawah Allah (ho theos; la-ilah; the God).

referensi

  1. ^ A. Heuken.SJ."Ensiklopedi Gereja".Jakarta.Yayasan Cipta Loka Caraka.2005.hal 149.
  2. ^ Simon Petrus L.TJahjadi.Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern.Yogyakarta:BPK Kanisius, 2004.hal 16-17.
  3. ^ A. Sudiarja, SJ dkk."Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang terlibat penuh dalam perjuangan bangsanya".Jakarta:BPK Gramedia Pustaka Utama, 2006.hal 1099.
  4. ^ Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja.Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2006.hal 266.
  5. ^ Dr.Nico Syukur Dister.OFM Teologi Sistematika.Jakarta:Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004.

Templat:Link GA