Lompat ke isi

Kassian Cephas: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Denisugandi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17: Baris 17:


Cephas sendiri sudah sejak tahun [[1888]] memulai prosedur untuk mendapatkan status "gelijkgesteld met Europeanen" atau "disetarakan dengan kaum Eropa" untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.
Cephas sendiri sudah sejak tahun [[1888]] memulai prosedur untuk mendapatkan status "gelijkgesteld met Europeanen" atau "disetarakan dengan kaum Eropa" untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.

Baris Waktu Kassian Cephas
(Sumber: KNAAP, GERRIT (WITH A CONTRIBUTION BY YUDHI SOERJOATMODJO) Cephas, Yogyakarta. Photography in the service of the Sultan.
. Leiden, KITLV Press, 1999)

15 januari 1845
Lahir di Yogyakarta, dari pasangan pribumi Kartrodono dan Minah

Menurut H.J. de Graaf, Cephas adalah keturunan biologis dari Frederik Bernard Franciscus Schalk, warga Belanda yang tinggal di Yogyakarta pada pertengahan abad ke-19. (De Graaf 1981:47)

27 Desember 1860
Usia 15 tahun, dibabtis di gereaja Bagelen- Purworejo dan melengkapi nama belakang keluarga menjadi Cephas; dari bahasa Aramic. Pada masa ini, ia mengabdi sebagai pembantu rumah tangga untuk Christina Petronella Steven (Mrs. Phillips-Steven) di Bagelen.

1860-an
Kembali ke Yogyakarta

22 Januari 1886
Menikahi seorang wanita pemeleuk Kristen-Protestan pribumi, bernama Dina Rakijah di gereja Yogyakarta

1861-1871
Belajar fotografi dari Simon Willem Camerik, pelukis dan fotografer untuk sultan HB VI, Yogyakarta (Locomotief 13:29-8-1864)

1860-an
Belajar fotografi pada Isidore van Kinsbergen, yang bekerja untuk mendokumentasikan barang antik penginggalan Hindu-Jawa antara tahun 1863 hingga 1875. (De Graaf, 1981:49)

1869
Berkenalan dengan Isaac Groenaman, seorang dokter. Groenaman diangkat menjadi dokter pribadi sultan tahun 1885.

1885
Bergabung di Vereeneging voor Oudheid-, Land-, Taal- en Volkenkunde te Jogjakarta. (Persatuan untuk Arkeologi, Geografi, Bahasa dan Etnograpfi Yogyakarta) yang didirikan oleh Isaac Groenaman.

28 Juni 1866
Lahir anak perempuan pertama Naomi. Pada November 1882, menikah pada Christiaan Beem. Tahun 1868, Lahir anak laki-laki kedua, Jacob dan meninggal pada tahun yang sama.

15 Maret 1870
Lahir anak laki-laki ke-tiga, Sem. Pada tahun berikutnya, mengikuti jejak ayahnya menjadi pelukis dan fotografer istana.

30 Januari 1881
Farez, lahir. Tahun selanjutnya, 4 Juli 1881 Josef, lahir.

1877
Mendirikan studio foto di Lodtji Kecil Wetan (sekarang jalan Mayor Suryotomo) disamping kali Code. Teknik fotografi yang digunakan adalah cetak carbon (carbon print) yang disebut pula Chromo Photographs. Diantaranya menerima foto portrait, jalan dan monumen, bangunan tua.

1884
Melalui artikel yang ditulis Isaac Groeneman di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, atau perhimpunan seni dan ilmu pengetahuan Batavia, memuat karya Kassian Cephas foto bangunan Taman Sari, sebagai fotografer bangsa pribumi (Jawa)

1871
Diangkat menjadi pelukis dan fotografer untuk sultan VI, Yogyakarta

1884
Masuk ke dalam team pemotretan istana air taman sari, untuk royal Batavian society of art and science. (karya pemotretan yg pertama)

1885
Isaac Groeneman membuat draft untuk buku berjudul In den Kedaton dan De garebeg’s te Ngajogyakarta, masing-masing memuat photograpm karya Cephas ke KITLV (Institut Kerajaan untuk Linguistik dan antropologi, yang kini berada di Leiden) di Hague Belanda.

1886
Membeli kamera paling canggih saat itu, “Photographie Instantee”. Tipe kamera seperti ini bisa merekam hingga kecepan 1/400 detik.

1888
Karya pertama yg dapat dilihat oleh publik, buku “ In den Kedaton te Jogjakarta “ oleh issac groneman. Buku itu berisi 16 karya collotype print yang memperlihatkan karya tari klasik Hindu-Jawa yang ditarikan oleh bangsawan keraton di kesultanan Yogyakarta, pada saat pemerintahan Sultan HB VII. Tahun ini pula, Cephas mengajukan prosedur naturlisasi derajat sosialnya, disejajarkan dengan bangsa eropa, yang disebut gelijkteld met Europeanen, untuk Cephas sendiri, Sem dan Fares anaknya.

1890
Groeneman mempublikasikan tulisan dan gambar littograph yang berasal dari foto Cephas, tentang tarian Hindu-Jawa. Tarian ini dilaksanakan pada saat perayaan penobatan Patih, Kanjeng Raden Adipati Danureja V, bulan Agustus 1888.

1889
Perayaan upacara sunatan pangeran Gusti Raden Mas Akhadiyat atau Hamengkunegara I. Cephas mengambil beberapa gambar tarian Hindu-Jawa, namun karyanya tidak pernah dipublikasikan pada saat itu.

1889-1890
Masa-masa paling sibuk bagi Cephas. Dalam rangkaian pengambilan gambar untuk Perhimpunan Arkeologo Yogyakarya, dalam rangka sebagai bahan studi dan pelestarian. Diantaranya monumen, candi Loro Jonggrang, di komplek candi Prambanan. 1890, pemerintah Hindia-Belanda, menyediakan dana sebesar f. 3.000 untuk proyek dokumentasi ini. Kassian Cephas melakukan pemotretan dari tahun 1889 hingga 1890, sedangkan anaknya, Sem Cephas menggambar letak ruang komplek candi. 1891, Isaac Groenaman, mengirimkan karya Cephas ke KITLV di Hague, untuk bahan publikasi, kemudian terbit tahun 1893, terdiri dari 62 Callotype.

1890-1891
Cephas memotret bagian dasar candi Borobudur hingga mendapatkan 164 foto, terdiri dari 160 relief dan 4 foto yang memperlihatkan keseluruhan struktur bangunan. Untuk proyek ini, Cephas memperhitungkan, akan membutuhkan 300 foto untuk memotret keselurhan candi. Karena menggunakan teknik rekam dry plate gelatin, maka dibutuhkan waktu setengah jam untuk setiap kali pemotretan, hingga total keselurhan waktu yang dibutuhkan adalah 150 jam, atau 30 hari pengerjaan, untuk setiap lima jam setiap harinya.

1899
Proyek terakhir bersama Groeneman, mendokumentasikan pada penampilan panggung tari klasik, yang membutuhkan waktu empat hari di keraton. Sendra tari ini berdasarkan karya Gusti Pangeran Harya Surya Mataram, kakak dari HB VII. Lebih dari 150 orang terlibat dan persiapannya membutuhkan waktu setengah tahun, dan menghabsikan biaya f.30,000. Pada saat pementasan, dihadiri lebih dari 36.000 penonton. Peliputan lengkap ini, meliputi sembilan buku dengan teknik proses blok print karya fotografi Cephas, dipublikasikan di Semarang. Tahun 1902, buku ini dipesembahkan sebagai hadiah perkawinan ratu Welhelmina dan pangeran Frederik.

Pada tahun yang sama, mendapatkan anugerah “Orange-Nassau” bersama
Isaac Groneman atas hasil karyanya melakukan pemotretan budaya dan antropologi Jawa.

1902
Membuat beberapa foto dokumentasi untuk upacara Wayang Beber, di kampung Gelaran Gunung Kidul.

1903
Cephas pensiun dan menjadi abdi dalem di keraton sebagai mediasi untuk pengiriman pesan surat. Aktifitas memotret dilanjutkan oleh Sem

16 Nopember 1911
Istri Kassian Cephas, Dina meninggal dunia dan karena sakit berkepanjangan, tanggal 16 November 1912 (usia 67) Kassian Cephas tutup usia. Tahun 1918, Sem Cephas meninggal dunia karena terjatuh dari kuda.



{{DEFAULTSORT:Cephas, Kassian}}
{{DEFAULTSORT:Cephas, Kassian}}

Revisi per 30 Maret 2011 16.20

Kassian Cephas

Kassian Cephas (15 Februari 1844 - 1912) dapat dianggap sebagai pelopor fotografi Indonesia. Ia adalah seorang pribumi yang kemudian diangkat anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.

Cephas lahir dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven. Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar tahun 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.

Publikasi luas foto-foto Cephas dimulai pada tahun 1888 ketika ia membantu membuat foto-foto untuk buku karya Isaäc Groneman, seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang budaya Jawa, yang berjudul: In den Kedaton te Jogjakarta. Pada buku karya Groneman yang lain: De Garebeg's te Ngajogjakarta, karya-karya foto Cephas juga ada disitu.

Dengan kamera barunya yang bisa dipakai untuk membuat "photographe instanee", Cephas mulai menjual karya-karya fotonya. Sejak itu karya-karyanya mulai dikenal dan dipakai sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para masyarakat elit Belanda ketika mereka akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Misalnya ketika JM. Pijnaker Hordijk, pemilik sewa dan seorang Vrijmetselaar terkemuka akan meninggalkan Yogyakarta, ia diberi hadiah album indah berisi kompilasi karya-karya foto Cephas dengan cover indah yang dilukis oleh Cephas sendiri dan bertuliskan "Souvenir von Jogjakarta". Album-album semacam itu yang berisi foto-foto sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti residen dan asisten residen. Keadaan seperti ini tentunya membuat Cephas dikenal luas masyarakat kelas tinggi, dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka.

Cephas mulai bekerja sebagai fotografer kraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengkubuwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak kraton maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di kraton semisal tari-tarian untuk kepentingan buku karya Groneman.

Cephas juga membantu pemotretan untuk penelitian monumen kuno peninggalan zaman Hindu-Jawa yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging di Yogyakarta. Proyek ini berlangsung tahun 1889-1890. Dalam bekerja, Kassian Cephas banyak dibantu Sem, anak laki-lakinya yang paling tertarik pada dunia fotografi seperti ayahnya. Kassian Cephas memotret sementara Sem menggambar profil bangunannya.

Ia juga membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana 9000 gulden untuk penelitian ini. Cephas dibayar 10 gulden per lembar fotonya. Cephas mengantongi 3000 gulden (sepertiga dari seluruh uang penelitian). Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.

Cephas adalah pribumi satu-satunya yang berhasil menguasai alat peradaban modern, itu juga yang membuatnya diakui di kalangan golongan masyarakat kelas tinggi. Buktinya ia bisa menjadi anggota istimewa Perkumpulan Batavia yang terkenal itu. Tahun 1896 ia dinominasikan menjadi anggota KITLV (Lembaga Linguistik dan Antropologi Kerajaan) atas dedikasinya memotret untuk penelitian Archaeologiche Vereeniging. Ia benar-benar diterima menjadi anggota KITLV pada tanggal 15 Juni 1896. Ketika Raja Chulalongkorn dari Thailand berkunjung ke Yogyakarta tahun 1896, ia mendapat hadiah berupa tiga buah kancing permata. Bahkan Ratu Wilhelmina dari Belanda memberi penghargaan berupa medali emas Oranje-Nassau kepada Cephas pada tahun 1901.

Cephas sendiri sudah sejak tahun 1888 memulai prosedur untuk mendapatkan status "gelijkgesteld met Europeanen" atau "disetarakan dengan kaum Eropa" untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.

Baris Waktu Kassian Cephas (Sumber: KNAAP, GERRIT (WITH A CONTRIBUTION BY YUDHI SOERJOATMODJO) Cephas, Yogyakarta. Photography in the service of the Sultan. . Leiden, KITLV Press, 1999)

15 januari 1845 Lahir di Yogyakarta, dari pasangan pribumi Kartrodono dan Minah

Menurut H.J. de Graaf, Cephas adalah keturunan biologis dari Frederik Bernard Franciscus Schalk, warga Belanda yang tinggal di Yogyakarta pada pertengahan abad ke-19. (De Graaf 1981:47)

27 Desember 1860 Usia 15 tahun, dibabtis di gereaja Bagelen- Purworejo dan melengkapi nama belakang keluarga menjadi Cephas; dari bahasa Aramic. Pada masa ini, ia mengabdi sebagai pembantu rumah tangga untuk Christina Petronella Steven (Mrs. Phillips-Steven) di Bagelen.

1860-an Kembali ke Yogyakarta

22 Januari 1886 Menikahi seorang wanita pemeleuk Kristen-Protestan pribumi, bernama Dina Rakijah di gereja Yogyakarta

1861-1871 Belajar fotografi dari Simon Willem Camerik, pelukis dan fotografer untuk sultan HB VI, Yogyakarta (Locomotief 13:29-8-1864)

1860-an Belajar fotografi pada Isidore van Kinsbergen, yang bekerja untuk mendokumentasikan barang antik penginggalan Hindu-Jawa antara tahun 1863 hingga 1875. (De Graaf, 1981:49)

1869 Berkenalan dengan Isaac Groenaman, seorang dokter. Groenaman diangkat menjadi dokter pribadi sultan tahun 1885.

1885 Bergabung di Vereeneging voor Oudheid-, Land-, Taal- en Volkenkunde te Jogjakarta. (Persatuan untuk Arkeologi, Geografi, Bahasa dan Etnograpfi Yogyakarta) yang didirikan oleh Isaac Groenaman.

28 Juni 1866 Lahir anak perempuan pertama Naomi. Pada November 1882, menikah pada Christiaan Beem. Tahun 1868, Lahir anak laki-laki kedua, Jacob dan meninggal pada tahun yang sama.

15 Maret 1870 Lahir anak laki-laki ke-tiga, Sem. Pada tahun berikutnya, mengikuti jejak ayahnya menjadi pelukis dan fotografer istana.

30 Januari 1881 Farez, lahir. Tahun selanjutnya, 4 Juli 1881 Josef, lahir.

1877 Mendirikan studio foto di Lodtji Kecil Wetan (sekarang jalan Mayor Suryotomo) disamping kali Code. Teknik fotografi yang digunakan adalah cetak carbon (carbon print) yang disebut pula Chromo Photographs. Diantaranya menerima foto portrait, jalan dan monumen, bangunan tua.

1884 Melalui artikel yang ditulis Isaac Groeneman di Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, atau perhimpunan seni dan ilmu pengetahuan Batavia, memuat karya Kassian Cephas foto bangunan Taman Sari, sebagai fotografer bangsa pribumi (Jawa)

1871 Diangkat menjadi pelukis dan fotografer untuk sultan VI, Yogyakarta

1884 Masuk ke dalam team pemotretan istana air taman sari, untuk royal Batavian society of art and science. (karya pemotretan yg pertama)

1885 Isaac Groeneman membuat draft untuk buku berjudul In den Kedaton dan De garebeg’s te Ngajogyakarta, masing-masing memuat photograpm karya Cephas ke KITLV (Institut Kerajaan untuk Linguistik dan antropologi, yang kini berada di Leiden) di Hague Belanda.

1886 Membeli kamera paling canggih saat itu, “Photographie Instantee”. Tipe kamera seperti ini bisa merekam hingga kecepan 1/400 detik.

1888 Karya pertama yg dapat dilihat oleh publik, buku “ In den Kedaton te Jogjakarta “ oleh issac groneman. Buku itu berisi 16 karya collotype print yang memperlihatkan karya tari klasik Hindu-Jawa yang ditarikan oleh bangsawan keraton di kesultanan Yogyakarta, pada saat pemerintahan Sultan HB VII. Tahun ini pula, Cephas mengajukan prosedur naturlisasi derajat sosialnya, disejajarkan dengan bangsa eropa, yang disebut gelijkteld met Europeanen, untuk Cephas sendiri, Sem dan Fares anaknya.

1890 Groeneman mempublikasikan tulisan dan gambar littograph yang berasal dari foto Cephas, tentang tarian Hindu-Jawa. Tarian ini dilaksanakan pada saat perayaan penobatan Patih, Kanjeng Raden Adipati Danureja V, bulan Agustus 1888.

1889 Perayaan upacara sunatan pangeran Gusti Raden Mas Akhadiyat atau Hamengkunegara I. Cephas mengambil beberapa gambar tarian Hindu-Jawa, namun karyanya tidak pernah dipublikasikan pada saat itu.

1889-1890 Masa-masa paling sibuk bagi Cephas. Dalam rangkaian pengambilan gambar untuk Perhimpunan Arkeologo Yogyakarya, dalam rangka sebagai bahan studi dan pelestarian. Diantaranya monumen, candi Loro Jonggrang, di komplek candi Prambanan. 1890, pemerintah Hindia-Belanda, menyediakan dana sebesar f. 3.000 untuk proyek dokumentasi ini. Kassian Cephas melakukan pemotretan dari tahun 1889 hingga 1890, sedangkan anaknya, Sem Cephas menggambar letak ruang komplek candi. 1891, Isaac Groenaman, mengirimkan karya Cephas ke KITLV di Hague, untuk bahan publikasi, kemudian terbit tahun 1893, terdiri dari 62 Callotype.

1890-1891 Cephas memotret bagian dasar candi Borobudur hingga mendapatkan 164 foto, terdiri dari 160 relief dan 4 foto yang memperlihatkan keseluruhan struktur bangunan. Untuk proyek ini, Cephas memperhitungkan, akan membutuhkan 300 foto untuk memotret keselurhan candi. Karena menggunakan teknik rekam dry plate gelatin, maka dibutuhkan waktu setengah jam untuk setiap kali pemotretan, hingga total keselurhan waktu yang dibutuhkan adalah 150 jam, atau 30 hari pengerjaan, untuk setiap lima jam setiap harinya.

1899 Proyek terakhir bersama Groeneman, mendokumentasikan pada penampilan panggung tari klasik, yang membutuhkan waktu empat hari di keraton. Sendra tari ini berdasarkan karya Gusti Pangeran Harya Surya Mataram, kakak dari HB VII. Lebih dari 150 orang terlibat dan persiapannya membutuhkan waktu setengah tahun, dan menghabsikan biaya f.30,000. Pada saat pementasan, dihadiri lebih dari 36.000 penonton. Peliputan lengkap ini, meliputi sembilan buku dengan teknik proses blok print karya fotografi Cephas, dipublikasikan di Semarang. Tahun 1902, buku ini dipesembahkan sebagai hadiah perkawinan ratu Welhelmina dan pangeran Frederik.

Pada tahun yang sama, mendapatkan anugerah “Orange-Nassau” bersama Isaac Groneman atas hasil karyanya melakukan pemotretan budaya dan antropologi Jawa.

1902 Membuat beberapa foto dokumentasi untuk upacara Wayang Beber, di kampung Gelaran Gunung Kidul.

1903 Cephas pensiun dan menjadi abdi dalem di keraton sebagai mediasi untuk pengiriman pesan surat. Aktifitas memotret dilanjutkan oleh Sem

16 Nopember 1911 Istri Kassian Cephas, Dina meninggal dunia dan karena sakit berkepanjangan, tanggal 16 November 1912 (usia 67) Kassian Cephas tutup usia. Tahun 1918, Sem Cephas meninggal dunia karena terjatuh dari kuda.